My Trip My Adventure Episode 3 Bagian 3

Tidak berapa lama panggilan lagi untuk penumpang bus agar segera naik. Kemudian tidak berapa lama naik muncul bis lagi dari arah Medan. Ekonomi Makmur body New Skyliner yang pernah saya naiki, Makmur AC seat 2-2 dan Halmahera Ekonomi. Tidak berapa lama bus Makmur New Skyliner itu berhenti ada sosok yang keluar. Ternyata si Tama. Gilang memanggil Tama.
            “Tama.. Tam..” kata gilang
            “eh, mana? Kata Tama
            “Pku. Sinilah dulu” kata Gilang
            Kemudian Tama mengisyaratkan kalau dia lagi merokok dan mau makan. Tapi Gilang tetap menyuruhnya ke arah bus kami.
            “sini la dulu. Sombong kali ya” kata Gilang
            Kemudian mereka salaman
            “mau ke mana kau?” kata Gilang
            “Pku” kata Tama
            “gak ke Dumai kau?”
            “nanti, aku ke Pku dulu. Sama siapa kau?”
            “ini sama bang Jeff dan kak Ayu”
            Kemudian bang Jeff salaman dan bertanya juga dengan dengan Tama. Tapi sepertinya kurang respect dengan kehadiran bang Jeff. Kalau saya malas dengan orang seperti itu. Saya tidak begitu kenal dengan Tama, dan tidak terlalu peduli. Kemudian bis berjalan dan kami duduk lagi.
            “sombong kali si Tama itu ya”
            “kenapa Yu”
            “songong kali gayanya. Tau dia ada abang, tapi kayaknya gimana gitu”
            “biarkan aja la Yu. Abang gak terlalu gubris kayak gitu”
            “tapi kita sesama bismania. Kan bukan bawa bendera”
            “ada dendam terselubung ini. hahahahahaha” kata Gilang
            Dan saya pun ikut tertawa. Memang saya tahu sedikit tentang hubungan bang Jeff dulu dengan pacar si Tama yang juga anggota Bismania tapi di BMC (BisMania Community). Dan saya juga tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain. Tapi dari cerita teman-teman yang tahu sepertinya cerita tentang mereka dulu mengandung sesuatu makna.
            Tepat di daerah Palas kembali Jupe menghubungi bang Jeff. Dan menanyakan di mana keberadaan bang Putra. Kemungkinan bang Putra akan sampai jam 12 siang di Pekanbaru. Kemudian kami membahas akan turun di mana
            “jadi teringatnya turun di mana kita?”
            “kayaknya loket aja Yu”
            “soalnya baterai Ayu low bang”
            “di AKAP aja kalau gak. Kan mau ngecas kan” kata Gilang
            “kalau di loket cucian gak enak Yu. Dimana mau duduk disitu. Di AKAP aja la kita. Abang telpon si Opiee dulu” kata bang Jeff
            “Opiee, dimana?”
            “di cucian Makmur bang” kata Opiee
            “oo, Opiee ke terminal AKAP aja. Kami turun di AKAP” kata bang Jeff
            “ok bang”
            “bang, nanti antar aku dulu la pulang” kata Gilang
            “gak cukup kenderaan kita”
            “siapa aja yang ke AKAP?”
            “ada Opiee sama si Arie. Abang mau pulang dulu nanti, abang sama Opiee”
            “bisala aku ama si Arie pulang dulu”
            “terus kalau kita berdua pergi Ayu gimana? Kan gak mungkin kita tinggal”
            “alah, kak Ayu tinggalkan aja dulu di AKAP. Aman itu”
            “begh, enak kali ya lang” kata Saya pada Gilang
            “ya la, kakak huting-huting aja dulu”
            “begh, buat silap ya lang” kata Saya
            “hahahahahahaha” kata Gilang tertawa
            “bang, Jupe jam berapa sampai katanya?” kata saya
            “jam 12 kemungkinan itu Yu”
            “terus kita jumpa dimana bang?”
            “di loket Rapi Yu”
Dan kami kemungkinan hampir jam 12 akan sampai. 11.30 kami memasuki Pekanbaru dan menuju Terminal AKAP. Banyak penumpang yang sudah mulai turun. Dan salah satunya si penumpang lebay itu. Tepat dia turun dekat simpang menuju terminal. Huh sudah la mentel, lebay banget lagi. Kami tertawa jadinya. Tapi ketika penumpang itu turun sedikit lama berhenti.
“kok lama kali ya”
“kenapa itu lang. Cak lht dulu” kata saya
Kemudian Gilang turun dan sepertinya memang ada sedikit perdebatan. Dan setelah itu dia naik dan kami tanyakan apa permasalahannya.
“kenapa rupanya lang?” kata saya
“gak bayar ongkos dia”
“bah, jadi dari tadi malam naik belum bayar dia”
“naik dari mana dia kak?”
“depan loket medan” kata bang Jeff
“itu penumpang paling heboh lang, tadi malam buat bising kali dia”
“apa dibuatnya kak”
“dia duduk di bangku tempel dari naik depan loket. Terus ntah jam berapa la itu. Dia minta di temanin ke toilet sama kernet. Terus tangannya terjepit pas tertutup pintu sekat itu. Kakak udah ketawa dalam hati. Mau kakak maki karena bising tapi masih kakak tahan”
“cocoklah gitu gayanya. Lebay kali pun”
“terus tadi gimana ceritanya”
“pas kernet minta uang, katanya gak ada uang. Terus abang itu gak mau. Di kasihnya hp, hpnya pun kalau ngelempar anjing mati”
“bah, berarti gayanya aja la itu lang. Tapi bukannya ada suaminya?”
“ah suaminya pun gak pegang uang katanya. Tadi mau di terima abang itu, terus ku bilang jangan mau. Ku suruh abang itu ambil tasnya sebagai jaminan. Biar di kasihnya uangnya nanti di loket”
“kalau isinya berharga diambil lagi itu”
“isinya kosmetiknya sama baju”
“ah kalau gitu gak mau dia datang lagi itu”
“gak mungkin kak”
“lang, lang berapa la harga kosmetik itu”
“banyak lo kak”
“yah banyak pun, ga sebanding sama ongkos dia itu”
“ya juga sich kak”
            Jam 12 lewat bus kami memasuki terminal AKAP. Hari makin panas saja. Finish in Pekanbaru. Untuk ke-2 kali menginjakkan kaki di sini. Tidak berapa lama turun dari bus, ada Opiee dan Arie yang sudah stay di sini.
            “eh, ketemu lagi kita” kata saya kepada Opiee dan Arie
            “ya kak”
            “udah lama klen di sini?”
            “gak la kak”
            “Arie antar aku ke rumah dulu la”
            “ah malas aku, rumah kau jauh”
            “mana ya, dekat rumah ku dari sini”
            “kalau dekat pulang sendiri la kau”
            “kejam kali bah. Tolong la”
            “panas masih lo. Hitam aku nanti”
            “sok putih kali kau”
            “justru itu. Sendiri kenapa, naik metro kau, taksi”
            “gak lewat metro tempat aku”
“lewat ya”
            “lewat depan gang aja. Ayoklah..”
            Saya tertawa melihat mereka betekak. Hihihi ada-ada aja mereka, kalau di Medan Bisser lebih parah kalau ini. Kemudian dia meminta Opiee untuk mengantarkan.
            “ya udah antar dulu dia pie” kata bang Jeff
            Akhirnya Opiee yang mengantar Gilang ke rumah. Dan sesuai kesepakatan kami akan bertemu di loket Rapi. Sambi menunggu Opiee saya pun hunting sejenak sambil duduk bercerita dengan bang Jeff dan Arie.





Sudah 30 menit juga menunggu di AKAP, hari semakin panas saja. Setelah Opiee datang kami pun bergegas ke loket Rapi yang ada di Arengka tak jauh dari termnal AKAP. Kami sampai Rapi Napi Stutgart sudah parkir di depan loket. Dan kami pun langsung ke dalam melihat bang Putra sedang mengangkat barang-barangnya di bagasi bus.
“nah ini pesanan mu” kata bang Putra kepada Gilang
“mantap ini”
“bisa la ini” kata Opiee
“ah, enak aja. Jatah ku ini di kasih bang Putra” kata Gilang
            “weh, bantu la dulu. Berat ini” kata bang Putra
            “oh, perlu bantuan bilang la” kata Gilang
            “lo iya la” kata bang Putra
            Kemudian Gilang, bang Jeff, Arie dan Opiee membantu bang Putra angkat barang ke dalam loket dulu. Sedangkan saya memegang tas ransel bang Putra yang isinya sudah pasti saya tahu ini apa.
            “tiket kita cemana? Aman kan?” kata saya
            “udah ku pesan. Tapi gak Bracha la”
            “ah, ga percaya. Tadi lewat dengan manis dia depan kami”
            “ya lo. Yang O500R ini. Bracha ke Jambi”
            “ah, gak yakin Ayu. Udah deh”
            “gak percaya ya sudah”
Bersambung...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar