My Trip My Adventure Episode 8 Bagian 2

Kemudian saya makan bersama dengan kru yang lain, walaupun sebenarnya ada rasa segan sih, karena kan penumpang lain pada lihatin, takutnya saya dikira macam-macam padahal gak.
“eh, jangan lupa penumpang ada turun nanti, sama ada paket ya di tempat biasa” kata bang Makmur bilang ke Supir 2 nya
“iya” kata supir 2
“eh, Ayu jangan dilupakan ya, di Kopin” kata saya
“ya ini jangan lupa, campakkan di Kota Pinang” kata bang Makmur
“bah, dicampakkan ya, abang yang kejam” kata saya sambil tertawa
Dan setelah makan kami pun keluar dan menuju kembali ke bis. Aku ke belakang ya Yu.” Kata bang Makmur
“yach ditinggal sendiri dong”
“ayok ku kawanin kalau ga”
“ahahaha, Ayu depan aja ya bang. Bosan di bangku mulu”
“oo, ya udah, duduk di depan la sama orang itu”
Dan kemudian saya duduk di depan.
“pakai alas itu” kata supir 2 tersebut
“gak apa-apa bang”
“di Kota Pinang tempat siapa kau?”
“gak ada bang, cuma jalan-jalan aja. Touring pendek” kata saya
“jadi turun dimana?”
“di SPBU sebelum masuk Kota Pinang bang, yang sebelah kanan. Biasa Satu Nusa juga disitu ngisi”
“ooo, jadi habis itu kemana kau?”
“ada kawan nunggu di sana bang sebentar, habis itu pulang lagi”
“bah, gak capek itu? Naik apa pulang?”
“gak bang, namanya udah hoby naik bis. Naik Makmur bang”
“udah dihubungi krunya?”
“udah bang, karena kan kawan juga disitu”
“oooo. Boru apa kau?”
“lubis bang”
“bah, yang serumpun kita, pandai bahasa mandailing kau?”
“gak bang”
“bah, cemananya lubis gak bisa bahasa daerah”
“hihihi, bilangnya gak bisa, tapi kalau orang ngomong ngerti la dikit-dikit”
“kalau kampung mu dimana?”
“kalau opung katanya daerah mandailing sana tapi gak tau dimana. Karena gak pernah ke sana”
“oo, berarti udah asli medan la ya,ke belakang aja kalau capek, masih jauh Kota Pinang
“gak apa-apa bang, bosan di belakang dari tadi, kalau disini kan masih enak ada yang dilihat, bis-bis yang lewat” kata saya
Ternyata benar juga kata bang Makmur, joss juga supir 2 nya ini. Benar-benar rezeki dapat bis enak. Hihihi. Selama perjalanan ada bebarapa bis di depan, ada PMS mungkin tujuan Pranap kali dari Siantar joss juga tapi berhasi dilewati. Dan kemudian didepan ada lagi PMH dan joss juga tapi susah dilewati karena kencang juga, sambil melihat aksi bis malam saya juga menchat bang Putra dan bang Sitohang.
“Poster” kata saya menchat bang Putra, tapi tidak ada balasan
“Poster” kata saya chat MTG
“Balam area”
“oke”
“om dimana?” kata MTG
“masih lewat simpang kawat ini”
“ooo, masih lama itu”
“ahahahaha, oke MTG nanti awak kabarin lagi”
“oke”
Yang tadinya ngantuk karena lelah jadi gak jadi karena dengar musik dari bis dan lihat aksi-aksi bis lintas yang enak. Jam 11 malam melewati kota Ranto dan saya menchat Mail untuk memberitahu kalau tidak bisa singgah.
“maaf Mail, numpang lewat ya. Gak bisa singgah” kata saya
“iya gak apa-apa. Awak udah lihat tadi bisnya, awak duduk di warung depan SPBU jalan baru”
“oo, iya Mail, hihihihihi. Maaf ya Mail”
“oke, hati-hati”
“oke”
Dan sambil dijalan saya juga menchat bang Putra dan bang Sitohang.
“poster Yu?” kata bang Putra
“masih Aek Nabara”
“abang dimana?”
“masuk Bagan”
“oke” kata saya
“nanti kalau MTG berhenti disitu beli sate ya”
“iya kalau berhenti”
“berhenti biasanya”
“okelah” kata saya
“oke”
Dan akhirnya saya hampir sampai juga di Kota Pinang.
“poster Wahdi” kata saya
“udah di SPBU. Kakak di mana?”
“ok, udah dekat” kata saya
“SPBU ini kan?” kata supir tersebut
“ya bang”
Kemudian bis berhenti
“makasih ya bang” kata saya
“yok, hati-hati” katanya
Dan kemudian bis berlalu dan saya pun menyebrang. Saya mencoba menelpon Wahdi dan gak jadi karena udah ketemu.
“apa kabar kak?” kata Wahdi
“sehat. Gimana kabar?” kata saya
“sehat juga kak. Makan sate kakak”
“iya boleh, penasaran juga”
“udah finish di Kopin” kata saya melalui chat ke bang Putra
“Bagan batu masih. Kau dimana?”
“SPBU bang”
“ooo, okelah tunggu aja di situ. Sama siapa kau?”
“sama Si Wahdi bang”
“oo okelah”
“ok bang”

Dan kemudian saya makan sate bersama Wahdi, sambil bercerita tentang pekerjaan, ya masalah tentang komunitas juga dan masalah yang ada di sosial media tentang rekan-rekan bismania. Sambil makan sate ada beberapa bis yang lagi Mami(Makan Minum) alias isi bensin di sini. Jadi sambil menyelam minum air la. Hehehehe.















Sbenarnya ada lagi bis yang isi bensin. Tapi tidak difoto karena lagi malas hunting. Lama juga menunggu si MD.
“poster” tanya saya melalui chat WA ke MTG
“Cikampak. Om dimana?” kata MTG
“di SPBU di Kota Pinang yang kalau dari Medan sebelah kanan”
“ooo, iya. Tunggu aja di situ”
Lama juga menunggu si MD, jam 2 baru mendarat di SPBU, saya fikir dia akan masuk juga untuk isi bensin, ternyata tidak. Hmmmm
“Pommm.. pommmm” suara klakson khas MD
“ligat Yuk” kata MTG berteriak
“sabar lo MTG. Wahdi makasih ya” kata saya
“ya kak, hati-hati” kata Wahdi
“ayok om” kata MTG ke Wahdi
“iya om”
“duluan ya” kata bang Putra
“ya bang” kata Wahdi juga
Dan kemudian si MD pun berjalan. Saya duduk di area depan tentunya. Dan supir ganti yang bawa. Kencang juga sich.
“ini boru Lubis itu” kata supir ganti tersebut
“ya inilah dia” kata MTG
“ooo, Lubis rupanya, yang berito la kita ya” kata supir tersebut
“ini Tobing, ini Lubis, samanya semua” kata MTG
“awas tangan mu” kata bang Putra
“ya bang” kata saya
“kenapa?” kata MTG
“kan tangannya belum sembuh itu bang” kata bang Putra
“ooo” kata MTG
“kau tidur gak gatal Pe” kata MTG kemudian
“gak, tapi aku was-was juga” kata bang Putra
“masih ada rupanya Kapinding itu?”
“masih la. Susah itu hilangnya Yu” kata bang Putra
“aku tadi mau tidur nyari itu dulu la, mana tau ada. Habis badan ku nanti” kata MTG
“aku kasihan yang dibangku 9-10 itu, itu sarangya kayaknya” kata bang Putra
“kenapa gitu bang?” kata saya
“udah tua yang duduk itu Yu. Lagi sakit juga kayaknya. Kalau dibuat itu lagi sama binatang itu apa gak kasihan kali” kata bang Putra
“kau tidur tadi gimana?” kata MTG
“aku nyari tempat aman la. Lihat-lihat juga”
Sambil cerita akhirnya sampai di SPBU tempat biasa MD isi bensin. Dan kami turun sebentar untuk hunting sebentar.



Entah mengapa si MD ini selalu menjadi yang terbaik la kalau dalam touring. Dari sebelum bang Sitohang di sini masih di Halmahera tetap terbaik. Mungkin karena kru disini sudah menjadi bagian dari keluarga juga. Kalau naik bersama mereka saya dan rekan lain tidak akan pernah di kasih membayar, karena pernah di bilang mereka “kalau kau bayar naik ini, cari aja bus lain”. Jadi gak akan pernah berani tanya ongkos ke sini atau ke sana dengan mereka jika kita sendiri yang berangkat, kalau itu siap-siap kena maki la. Setelah isi bensin kami lanjut sebentar bercerita.
“jadi intinya, bagaimana la caranya untuk menghilangkan itu?” kata saya
“dibakar bangkunya” kata bang Putra
“bah, sayang la” kata MTG
“gimana lagi, ganti jok kulit la kelen. Lihat aja mobil bang Mora, si Hancur punya. Jok kulit itu. Dijamin gak ada kapinding itu lagi” kata bang Putra
“jadi yang skyliner itu gimana” kata MTG
“bentar lagi kena juga itu, tanya la Ayu udah pernah dia naik new skyliner itu. Gimana bangkunya”
“bangkunya beludru gitu bang, kurang nyaman” kata saya
“nyesal pula aku pilih bangku itu waktu itu” kata MTG
“kalau abang bawa sisa itu apa gak kena keluargamu” kata bang Putra
“iya juga. Jadi gak ada obatnya itu”
“gak ada. Kalau ada cuma sebentar” kata bang Putra
“tengok-tengok kalau ada dia” kata saya
“iya, kalau dipicit bau kali” kata bang Putra
“bah dicium ya” kata saya
“udah ngantuk kau Yu, kalau ngantuk tidur la, capek kau. Tanganmu itu kan belum sembuh benar” kata bang Putra
“sepertinya iya, mau bobomania la ini” kata saya
“ayoklah. Duluan kami ya” kata bang Putra
“iya” kata MTG
Dan kami masuk ke dalam, lihat para penumpang masih tertidur pulas.
“disini aja Yu” kata bang Putra
“iya bang” kata saya
Lalu saya duduk diarah dekat jendela dan bang Putra disebelah saya. Mata sudah ngantuk tapi masih sempat kami berburu Kapinding. Hahahahahaha
“ngapain si pace” kata saya
“lihat mana tau ada. Gak nyaman Yu”
“iya sich”
Dan saya bersama bang Putra kemudian berburu kapinding.
“itu dia bang” kata saya
“mana”
“itu yang dekat sarung ini”
“ooo iya ini berarti sarangnya”
“ngapain kelen?” kata MTG kemudian masuk karena sepertinya akan pergantian lagi
“biasa berburu kami” kata saya
“berburu kapinding” kata MTG
“iya. Mau kemana abang?” kata saya
“gantian dulu la”
“oke bang”
Dan kami pun melanjutkan perburuan, tapi lama-lama capek juga
“tidur yok Yu”
“ayoklah, Ayu dah dari tadi 5 watt, abang ajak lagi berburu”
“ahahahaha, agak jauh dikit Yu. Nanti di candid dia kita”
“ya bang, pindah abang sana, nanti kena kita sama MTG” kata saya
Dan kami pun mulai lanjut tidur, pas udak Putra yang bawa. Kencang santai jadi tertidur pulas. Sampai RM. Gunung Sari I pun kami malas turun.
“turun kita Yu” kata bang Putra
“gak la bang, ngantuk Ayu”
“ya udahlah sama kita berarti, lanjutla kita tidur”
Dan kami lanjut tertidur lagi. Sampai didaerah mana saya lupa, saya bangun dan melihat bang Putra masih terlelap, saya melewati dia dan ke depan duduk bersama bang Ucok Galung dan bang Lubis.
“yah” kata bang Lubis
“eh bang” kata saya
“diajak ke Pranap gak mau” kata bang Ucok
“kerja lo bang” kata saya
“kerja kan bisa libur” kata bang Ucok
“bisa, habis itu awak dipecat” kata saya
Lama juga bercerita gak terasa sampai di tanjung, bang Putra bangun dan turun di bawah fly over katanya
“kau turun dimana?” kata bang Putra
“biasa, kfc tikun. MD ke Binjai” kata saya
“kalau gitu aku di fly over la ya” kata bang Putra
“iya bang”
Dan akhirnya finish juga di Medan, sambil menunggu penumpang turun dan ada yang naik untuk ke Binjai, ketemu dengan orang loket Makmur.
“bah, dia lagi”
“ahahahaha” kata saya
“yang sewa batu”
“biarlah” kata saya
Lalu setelah penumpang turun kami pun jalan lagi
“buka aja la telolet itu ya” kata bang Lubis
“lha kenapa corongnya?” kata saya
“rusak tapi” kata bang Lubis
“putus kabelnya” kata bang Ucok
“ooo” kata saya
Kemudian berhenti sebentar dan saya ikut lihat bang Lubis melepas corong telolet itu.
“bang, KFC tikun ya” kata saya
“ooo, dimananya rumah mu?” kata bang Ucok
“Johor bang” kata saya
“oooo”
“jadi dari sini naik apa kau?”
“ada adik yang jemput bang”
“ooo”
“sini aja bang”
“mana adikmu?”
“itu bang, udah nunggu” kata saya
“oke” dan bang Ucok kemudian ambil lajur kiri
“makasih ya bang” kata saya
“yok” kata bang Ucok dan bang Lubis bersamaan
Dan MD pun berjalan dan saya juga akan pulang. Inilah cerita kali ini. See you next story ya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

My Trip My Adventure Episode 8 Bagian 1

Sudah lama sekali rasanya tidak ngeTrip atau touring. Sudah sebulan lebih, apalagi setelah kecelakaan beberapa waktu lalu membuat saya harus istirahat total di rumah hampir sebulan. Dan menjelang akhir bulan Februari saya kembali touring.Dan ini cerita saya.
            Saat itu hari Jum’at tanggal 24 Februari 2017, saat itu saya berjanji bertemu dengan bang Putra di Warjan.
            “poster, Warjan kita?” kata bang Putra
            “rumah. Jam berapa?”
            “ini la”
            “habis jum’atan aja bang” kata saya
            “oke”
            Lalu sehabis makan siang saya pun bergegas menuju Warjan.Ya pastinya naik angkot.Setelah sampai lalu saya duduk sendirian. Dan tidak berapa lama bang Putra pun datang.
            “MTG dimana ini ya” kata saya
            “coba la tanya” kata bang Putra
            Lalu saya chat bang Sitohang via WA, tetapi belum di balas.
            “touring kita yok. Pakam” kata saya
            “ah malas la” kata bang Putra
            “kemarin kak Iin juga ngajak naik Mebidang” kata saya
            “ajaklah dia. Coba tanya dimana dia?” kata bang Putra
            “ok Ayu WA dulu dia” kata saya
            Lalu saya menchat kak Iin via WA
            “poster kak” tanya saya
            “dirumah. Kenapa kak?” kata kak Iin
            “naik Mebidang yok sama bang Putra” ajak saya
            “kakak dimana ini?”
            “udah di Warjan kak. Kesini la” kata saya
            “ya kak”
            “apa kata Iin” kata bang Putra
            “ya katanya bang”
            Tidak berapa lama cerita tiba-tiba bang Sitohang datang dari loket Makmur
            “lha berangkat abang?” kara saya
            “iya ini nunggu baju dulu” kata Bang Sitohang
            “gak perpal?” kata saya
            “aturannya perpal, tapi gak jadi”
            Lalu kami bercerita dengan bang Sitohang atau biasa kami sebut MTG. Sambil memesan minuman kami bercerita.
            “cemana cara menghilangkan Kapinding?” kata bang Sitohang
            “apa itu Kapinding?” kata saya
            “itu lo binatang yang nempel di bangku. Kayak kutu” kata bang Sitohang
            “kecil kayak kutu, tapi dimatikan bau” kata bang Putra
            “abang coba share di internet” kata saya
            “udah. Gak ada. Itu baru ku semprot pakai obat nyamuk, ku kasih bagus kapur itu” kata bang Sitohang
            “gak bakal mempan juga itu. Yang iyanya ganti bangku kelen” kata bang Putra
            “jadi kalau diganti yang lama di apain?” kata bang Sitohang
            “dibakar la. Abang lihat mobil si Hassur mana ada itu binatang itu, mobil bang Mora. Pokoknya yang dia jok kulit, kayak Legacy si Hassur, Skyliner pertama itu gak ada. Karena itu jok kulit” kata bang Putra
            “nyesal pula aku pilih bangku itu dulu di Karoseri sana” kata bang Sitohang
            “abangnya” kata saya
            “ya karena ku tengok cantik. Untung gak kubawa sisa 2 bangku itu”
            “ya kalau gak, habis la keluargamu kena gigit” kata bang Putra
            Tidak berapa lama kak Iin datang juga.Dan kami bercerita.
            “trip kemana abang hari ini?” kata saya
            “Pranap” kata bang Sitohang
            “perpal gak? Kalau perpal aku gak ikut. Tapi kalau gak aku mau” kata bang Putra
            “gak perpal. Disini yang perpal”
            “ikutlah aku. Touring kita? Ada darah?” kata bang Putra
            “begh, bukan gak ada darah bang, sabtu besok, kerja masih” kata saya
            “ah, gak ada darah” kata bang Putra
            “kalau mau ikut ayok. Bang Putra lagi turun” kata bang Sitohang
            “jadi siapa yang ganti?” kata bang Putra
            “ada supir yang Halmahera itu. Turun mesin mobil orang itu” kata bang Sitohang
            “ooo, aku ikutlah, suntuk aku” kata bang Putra
            “ya udah, pergi la abang. Besok jumpa di Kopin kita” kata saya
            “ya, ajak Iin”
            “kalau kak Iin mau, ayok touring kita kak” kata saya
            “lihat besok ya kak” kata kak Iin
            “yok, kawanin aku kerumah Yu. Bawa kereta Iin” kata bang Putra
            “sini” kata saya
            “tapi gak usah deh Yu, Iin aja. Yok Iin” kata bang Putra
            “emang dasar gak jelas” kata saya
            Lalu bang Putra dan kak Iin pun pergi.
            “ikut ke dalam om Yuk” kata bang Sitohang
            “duluan aja bang. Ayu nunggu Jupe sama kak Iin” kata saya
            “ya udah, aku duluan ya” kata bang Sitohang
            “ok bang” kata saya
            Lalu bang Sitohang pun nyebrang ke loket. Beberapa menit juga sich saya menunggu bang Putra dan kak Iin di Warjan sampai mereka datang.
            “mau touring berapa lama bang?” kata saya
            “kau fikir aku gak mandi?”
            “begh, iya tapi lihat la nanti kalau udah di sana” kata saya
            “yok ke dalam kita” kata bang Putra
            Lalu saya dan kak Iin mengikuti bang Putra menyeberang ke dalam.Dan didalam sudah terparkir si Makmur MD.Terlihat penumpang pada menaiki bus. Bang Putra naik ke dalam bus dan menaruh ranselnya di belakang alias di area kandang macan atau area istirahat supir. Lalu bang Putra pun turun. Dan kami bercerita dengan salah satu pegawai loket yang saya lupa namanya.Tidak berapa lama bus mau berangkat dan kami pun bergegas naik.
            “ayok yang Pranap.. Pranap” kata bang Sitohang
            Kemudian kami pun naik. Kali ini bang Ucok yang bawa dari Medan. Karena biasa kan udak Putra yang bawa dari Medan ini karena udak Putra libur jadi bang Ucok yang bawa dari Medan.
            “kalian duduk di bangku CC ini aja Yuk” kata bang Sitohang
            “emang penumpangnya naik dari mana?” kata saya
            “dari arah Lima Puluh sana” kata bang Sitohang
            “ooo” kata saya

            “yok foto kita dulu, team kepur MD” kata bang Sitohang


Bus berhenti sebentar di gang Dame, karena nang udak (istri udak Putra) mengantar air mineral untuk para kru di MD, Saya dan kak Iin saja di kasih air mineral tersebut.
“lho kenapa berhenti Yu” kata bang Putra
“istri udak Putra kasih air” kata saya
“ooo” kata bang Putra
“nah Pe minum mu” kata bang Sitohang memberikan botol air tersebut ke bang Putra
“udah taruh aja situ” kata bang Putra
“gak mau minum kau rupanya?” kata bamg Sitohang
“mau, taruh aja”
“pegang la ini. Mana tau kau haus nanti payah pula” kata bang Sitohang
“oo emang la MTG ini” kata bang Putra
“kalian kongsi aja ya” kata bang Sitohang
“ya kami dapat juga. Kan kami kepurnya dekat” kata saya
“iya, mana tau haus kelen nanti” kata bang Sitohang
Lalu kak Iin yang menerimanya dan saya yang memegang airnya, dan kemudian kami bercerita lagi, kali ini bang Putra menjahili penumpang yang duduk di seat 2.Hahahaha emang gak heran kalau kami, dimanapun pasti tetap jahil gak ketinggalan.Dan saya bercerita dengan kak Iin, maklum saat ini kak Iin punya masalah dengan suaminya yang juga teman kami di komunitas, jadi kami menganggap kak Iin bagian dari keluarga kami juga.Dan akhirnya sampai juga di terminal Lubuk Pakam, saya dan kak Iin pun bersiap turun.
“turun penumpang pertama” kata bang Putra
“hahaha” kata saya
“diajak gak mau” kata bang Sitohang
“kerja lo bang besok” kata saya
Sebelum turun saya sempat berbicara dengan bang Ucok sebentar.
“duluan ya bang” kata saya
“yach, gak ikut sampe Pranap?” kata bang Ucok
“gak bang, besok kerja. Besok la jumpa di Kopin kita” kata saya
“Ayoklah” kata bang Ucok
“besok kita jumpa bang di Kota Pinang” kata saya
Sebelum saya pergi bang Sitohang juga sempat bilang
“Yuk” kata bang Sitohang
“ya bang” kata saya
“kata si Ucok ada darah mu. Ayok ikut”
“hahaha, gak bisa bang, besok kita jumpa di sana” kata saya
“ya la, kabarin besok ya” kata bang Sitohang
“ya bang”
Lalu saya dan kak Iin berjalan menuju Halte pemberhentian bus Mebidang. Dan kemudian kami pun masuk ke bus tersebut. Kemudian kami memilih tempat duduk yang dibelakang yang menghadap ke depan. Masih sepi penumpang jadi kami hanya bercerita saja.
“masih sering RCT menghubungi kakak?” tanya saya
“gak kak, awak udah gak pernah lagi komunikasi sama dia” kata kak Iin
“lha, kenapa kak?” tanya saya lagi
“udah malas kak, payah nanti cewek itu” kata kak Iin
“oo ya la kak, teringatnya kemarin jumpa Paradep DD kakak mau ke mana?” kata saya
“oo itu, mau ke Siantar kak” kata kak Iin
“ngapain kak ke Siantar?”
“gak ada kak, main-main aja. Ada saudara disana” kata kak Iin
“ooo”
“dulu awak sempat tinggal di sana kak. Gak ada saudara di sana. Cuma ada tetangga yang udah kayak saudara la. Jadi kalau ke sana singgah ke tempat dia, nginap pun” kata kak Iin memperjelas lagi
“itu yang enak kak. Ada yang mau di datangi kalau udah jauh” kata saya
“iya kak” kata kak Iin
“oh ya kak, mau tanya. Cowok yang sering kakak sebut itu cowok baru kakak? Atau lagi PDKT?” tanya saya penasaran
“ooo itu kak, bukan kak. Dulu cowok itu mantan awak.Tapi udah lama gak komunikasi. Pas awak main ke Dumai kemarin itu jumpa lagi sama dia. Jadi komunikasi lagi kak”
“oo gitu rupanya. Terus kakak sama RCT gmn kelanjutannya?” tanya saya lagi
“ini la kak, awak masih bimbang. Orang tua awak udah gak suka awak dekat-dekat lagi sama dia”
“payah la kalau gitu kak. Tapi kan kakak masih sah jadi istrinya” kata saya
“itu la kak. Bingung juga jadinya”
“ya sich kak”
Tak terasa cerita kami sudah panjang lebar, dari mulai maslah pribadi sampai masalah kerjaan.Dan tak terasa pula sudah hampir sampai di loket ALS.
“bang, loket ALS ya bang” kata saya kepada supir dan krnet Mebidang
“ALS?” kata kernetnya
“ya bang” kata saya
Dan kemudian bus berhenti dan kami pun turun.
“makasih ya bang” kata saya
“ya sama-sama” kata kernet bus tersebut
Kemudian kami menyebrang ke Warjan.Dan duduk disana. Ternyata ada Reza dan Rezki juga di sana. Bercerita bagaimana kalau besok touring ke Kota Pinang.
“touring kita besok ke Kopin? Pulang naik MD” Kata saya
“berangkat MD rupanya mbak?” kata Rezki
“ya Ki, kami baru naik MD tadi ke pakam” kata saya
“kemana orang itu? Pranap?” kata Rezki
“ya Pranap, PP” kata saya
“mbak gak ikut?”
“gak, kerja besok. Makanya ayok touring kita”
“naik apa kita dari sini?”
“yang sampe la ke sana”
“Darwis gak disini pula”
“dimana dia?”
“berangkat kemarin mbak”
“mbak pokoknya ada gak ada diusahakan harus ada. Pala naik Barumun la minta Kepur” kata saya
“oo ya, minta sama udak Suhardi” kata Rezki
“ya la, jelas udah, makan di tanggung pasti. Pulang naik MD juga gitu”
“iya juga ya”
“kak, ini uang naik Mebidang tadi” kata kak Iin
“ah, gak usah kak, gak apa-apa” kata saya menolak uang itu
“ii kakak ini” kata kak Iin
“macam betol kali ya kak. Kan sekali-sekali kita tourpen” kata saya
“ihh kakak ini”
“wkwkwkwkwkwk” kata saya
Lalu saya bangkit membeli minum di sebelah.Sesekali jajanan anak kecil.Beli pop ice, akibat si Reza beli jadi beli saya.
“Dil, pop ice la 1” kata saya
“rasa apa kak?”
“hmmmm, apa ya bingung”
“bentar ya kak awak buat yang ini dulu” kata Dila
“mbak satu la” kata Rezki
“rasa apa?” kata saya
“kakak beli itu?” kata kak Iin
“ya kak. Mau?” kata saya
“pakai ini aja kak bayarnya” kata kak Iin
“alah, gak apa-apa kak. Macem betol kali”
“gak enak awak kak” kata kak Iin
“terserah kak aja la. Mana baiknya, nanti awak bilang gak kakak gak mau hahahaha”
“kakak ini” kata kak Iin
“rasa apa jadinya kak?” kata si Dila
“coklat aja Dil, kau Ki rasa apa?” kata saya
“mbak apa?” kata Rezki
“coklat mbak” kata saya
“coklat aja la”
“coklat tinggal satu bang” kata Dila
“jadi apa yang tinggal?” kata Rezki
“yang ada Cappucino ini Ki” kata saya
“ya udah, itu pun jadi” kata Rezki
Ya udah Dil, coklat 1 cappucino 1. Kakak apa?” kata saya kepada kak Iin
“yang ini aja” kata kak Iin menunjuk rasa Blueberry
Lalu kemudian kami duduk kembali sembari menunggu pop ice itu dibuat.Dan kami bercerita panjang lebar lagi. Ya namanya kalau udah kumpul kalau tidak cerita-cerita ya tidak enak ya kan. Dan tidak berapa lama akhirnya pun minuman kami siap.
“sesekali minum ini enak juga ya” kata saya
“kenapa gitu mbak?” kata Rezki
“biasa kan kita pesan kalau gak Aqua, Mandi(Manis dingin), Nurdin(Nutrisari dingin) paling kopi” kata saya
“efek akhir bulan gak?” kata Rezki
“hahahaha. Itu juga, efek akhir bulan harus hemat” kata saya
“kak awak duluan ya” kata kak Iin
“mau pulang kakak?” kata saya
“ya kak, mau pergi lagi sama kawan” kata kak Iin
“ooo, ya udah kak, hati-hati ya kak” kata saya
“iya kak, duluan ya kak, bang Rezki, bang Reza” kata kak Iin
“ya kak” kata Rezki
“hati-hati kak Iin” kata Reza
“begh si redo ini” kata Rezki
“ahahahaha.. kalau redo gak heran mah” kata saya
Setelah kak Iin pergi, kami pun melanjutkan lagi perbincangan.
“aku kuliah dulu la ya” kata Rezki
“pergilah” kata saya
“yach, masih zaman kuliah Ki” kata Reza
“kau do buat silap aja ya” kata Rezki
“ya kan betol Ki. Masih zaman lagi kuliah”
“awas kau ya dong” kata Rezki
Lalu Rezki pun pergi, karena sudah terlambat juga. Tidak berapa lama bang Asrul pun datang.
“dari mana koh?” kata saya
“dari rumah tadi”
“oooo”
“koh Asrul gak terlacak radar dia” kata Reza
“bah, buat silap si Reza koh” kata saya
“kau ya dong” kata bang Asrul
“ahahahha” kata Reza
“mana si Jupe?” kata bang Asrul
“tapi touring naik MD ke Pranap”
“oh ya”
“touring kita besok ke Kopin?” kata saya
“ke Kopin?”
“ya pulang naik MD. Tadi bang Ucok udah ngajak, tapi karena besok kerja gak jadi la” kata saya
“ooo, lihat besok la gimana. Tapi kayaknya gak bisa” kata bang Asrul
Sebenarnya ingin sekali ke Pranap. Touring ke sana sekalian main ke rumah Widy (salah seorang rekan bismania cewek di Medan Bisser), tapi udak Putra tidak memberi izin kalau seandainya mereka perpal atau menginap, apalagi saya perempuan. Tapi jika tidak perpal dia memberi izin.Sayang di sayang, ketika mereka berangkat tidak perpal selalu saja waktunya tidak pas.Mungkin belum rezeki buat saya menginjakkan kaki ke Pranap.Lintas di Riau juga baru sedikit saya jalanin. Paling jauh itupun di Renghat, main kesana waktu tahun baru tahun 2015. Touring pp juga waktu itu, tapi saat masih batangan udak Putra Halmahera dengan sebutan HO. Kapan saya bisa menginjakkan kaki ke Pranap.
“bang Putra turun ya” kata bang Asrul
“ya bang, mau libur dia dulu kata MTG tadi. Mau pergi katanya”
“sama atok juga ya”
“kalau itu kurang tau, tapi kata MTG iya”
Tidak terasa sudah mau maghrib, dan Fitri juga sampai di Warjan
“Jupe mana mbak?” kata Fitri
“touring tapi dia ikut MD ke Pranap?”
“mbak gak ikut?”
“tadi udah diajak sama bang Ucok, tapi gak mungkin la, besok mbak kerja”
“oh iya ya, mbak besok masih masuk”
“ya Fit, touring kita besok?” kata saya
“kemana mbak?”
“ke Kopin aja”
“akhir bulan ini mbak”
“cari yang kepur la Fit” kata saya
“naik apa?”
“naik Barumun. Kan bisa kepur. Makan jelas” kata saya
“ya juga ya minta sama om Suhardi” kata Fitri
“udah suntuk Fit, hampir sebulan gak kemana-mana. Pasca kecelakaan itu”
“emang tangan itu udah baik?” kata Fitri
“belum sich” kata saya
“belum sembuh udah lasak aja” kata Fitri
“hahahahahaha”
“ketawa dia” kata Fitri
“biarin weeek. Gak aci angek” kata saya
“begh…” kata Fitri
Tak terasa juga cerita-cerita, Rezki pun sudah pulang dari kuliahnya. Dan saya pun pamit ke bang Asrul, Reza dan bang Toink yang juga datang ketika menjelang adzan maghrib tadi.
“jadi mbak besok touring?” kata Fitri
“Insha Allah jadi, ada gak ada diadakan Fit”
“bah, ngerinya”
“udah suntuk Fit” kata saya
“jadi sama siapa mbak besok?”
“sama siapa yang mau aja la Fit, kalau Fitri mau ayok. Pulang naik MD kita” kata saya
“jam berapa mbak berangkat?”
“paling kalau jadi jam 5. Naik Barumun trip Pasir” kata saya
“ooo, awak mana bisa. Pulang aja jam 6”
“gak terkejar la Fit kalau itu”
“makanya itu”
Akhirnya sampai juga dirumah, masih memikirkan besok jadi atau gak touring. Tapi hati kuat berkata touring.Inilah kalau sudah biasa touring walau hanya jarak dekat. Pasti kalau tidak touring sekali saja naik bis dalam sebulan rasanya bagaimana begitu, tak terkataken kalau kata bang Putra.
“touring la besok” kata saya
“kemana kakak?” kata Dita sepupu saya
“ke Kota Pinang Ta rencana”
“jauhnye” kata Dita
“masih dekat itu Ta”
“jadi pulangnya?”
“minggu pagi udah sampai disini lagi kok” kata saya
“capek kali kak”
“ya namanya touring Ta, ya begitulah” kata saya
“payah la yang anak bis ini” kata Dita
“hahahahahaha”
Dan hari Sabtu pun tiba, ajakan si hati untuk touring semakin menjadi.Mau hubungin bang Putra di jam pagi seperti ini pasti dia lagi bobomania mungkin di bis, atau bisa jadi juga baterai handphonenya lagi habis.Galau saya pace.
“halo, dimana kau?” kata bang Putra
“masih di kerjaan bang. Kenapa?” kata saya
“jadi kau touring itu?”
“Insha Allah jadi bang. Kalau gak ke Kota Pinang sampe Ranto pun gak masalah la. Lihat sikon nanti”
“naik apa kau dari Medan?”
“belum tau bang”
“naik Barumun aja kau yang jam 7 atau jam 5”
“ya bang, nanti Ayu hubungi tulang Suhardi”
“oo, ya udah. Nanti ku hubungi kau lagi ya”
“ya bang”
“ok”
Lalu telepon berakhir.Setelah berakhir kemudian saya melihat bunda Fatimah tersenyum.
“ngeri kali anak gadis ini” kata bunda Fatimah
“kenapa bun?” tanya saya pura-pura tidak tahu
“belum sembuh tangan itu udah mau touring lagi”
“hehehehe, habis gimana bun, suntuk juga. Sudah lama gak touring” kata saya
“ya tapi tangan itu tengok oi” kata bunda Fatimah
“hehehhe” kata saya nyengir
Dan kemudian saya pun bergegas menuju rumah. Masih bingung memikirkan naik apa dari Medan, dan alhirnya saya menghubungi tulang Suhardi.
“poster lang” kata saya melalui chat WA
“mabes” kata tuang Suhardi
“oo, lang mau tanya kalau ke Kopin berapa lang naik Barumun?” kata saya
“siapa yang mau berangkat?” kata tulang Suhardi
“Ayu lang, hehehe” kata saya
“70 aja”
“gakm kurang itu lang, hehehe. Lagi karam ini”
“ya udah 50 aja kasih nanti”
“yang trip Pasir berangkat jam 5 ya lang” kata saya
“ya”
“oke lang, nanti Ayu kabarin” kata saya
“oke”
Lama juga saya memikirkan pergi atau tidak. Sedikit bimbang begtu. Tiba-tiba bang Putra menelpon.
“dimana kau?” kata bang Putra
“rumah bang” kata saya
“jadi kau touring”
“belum tau bang. Tapi kayaknya jadi”
“kalau jadi naik ekonomi aja kau. Gakm usah ac”
“kenapa bang?”
“takutnya ga terkejar”
“iya sih. Jam berapa perkiraan sampe Kopin rupanya”
“kalau yang ac aku takut lambat nanti, gak terkejar kau sampai Kopin. Kalau ekonomi bisa”
“ooo, tapi agak oleng kapal bang”
“udah kau telpon Suhardi”
“udah bang”
“apa kata dia?”
“dia minta 70 awalnya. Ayu bilang kurang jadi 50”
“bah, gak di kasih bdb kau”
“ahahahaha, gak tau, lihat nanti la”
“ya udah, kabarin nanti kalau gerak. Handphone ku lowbet”
“oke bang” kata saya
Dan saya pun bersiap-siap
“mau kemana kak?” kata adik sepupu saya
“mau touring ta”
“ke mana kakak”
“biasa Kota Pinang”
“terus pulangnya”
“besok pagi juga udah nyampe lagi”
“lha capek kali, sama siapa kakak pulangnya?”
“namanya juga hobby Ta. Sama bang Sitohang, udah janji tadi. Jupe semalam ikut orang bang Tohang ke Pranap. Soalnya mereka PP.” Kata saya
“oooo. Perginya naik apa kakak?”
“naik Barumun ta”
“gratis la ya”
“bayar juga tapi sedikit”
“ooo”
Dan saya pun bersiap ala kadarnya saja, seperti jaket Bismania dan tentunya si Sony DSCH300 alias kamera tercinta. Dan saya minta tolong adik saya yang laki-laki untuk mengantar saya ke loket Barumun. Ya walaupun bermacet sedikit tapi sampai juga. Ketika sampai saa melihat ada bus yang mau berangkat ke Dalu-Dalu sudah terparkir.
“kau jangan pulang dulu. Tunggu bentar” kata saya kepada adik saya
“ya. Lama gak?”
“gak, nanti kan kalau apa ku blang”
“oo ya dah”
Lalu saya pergi ke bagian ekspedisi dan bertanya ke pegawai disitu.
“tulang Suhardi mana bang?”
“di belakang”
“oke bang” kata saya
Lalu saya bergegas ke belakang alias kantin loket Barumun.
“eh, ngapain kau Yu” kata udak Mora
“biasa dak” kata saya
“lang, kalau pakai uang dulu bisa kan, tadi ayu gak bisa narik lagi di atm karena tinggal 70”
“ya, mau berangkat sekarang Ayu?”
“kalau Ayu terserah sich lang”
“ayoklah” kemudian saya mengikuti tulang Suhardi yamg ternyata ke bagian loket penumpang
“naik sama si Makmur aja kau” kata tulang Suhardi
“yah, bang Makmur. Kemana bang”
“sehat kau?” kata bang Makmur
“sehat bang”
“mau kemana Ayu?”
“ke Kota Pinang dia, sama mu ya. Ini uangnya” kata tulang Suhardi
“ayoklah, naik aja” kata bang Makmur
“serius ini bang?”
“iya”
“ikut makan nanti sama dia Yu” kata tulang Suhardi
“iya lang” kata saya
Lalu saya pun keluar dan pamit ke adik saya
“udah, pulang aja kau?” kata saya
“kenapa?” kata adik saya
“aku naik ini” kata saya
“oo, ya udah, hati-hati kau”
“ya, kau juga”
Dan kemudian saya menaiki bus
“duduk aJa suka mu Yu” kata bang Makmur
“oke bang, aman” kata saya
Penumpang di bis pada heran dengan saya, kenapa bisa seakrab itu dengan kru, ya wajar mereka tidak tahu saya ini siapa. Padahal saya orang biasa, seorang bismania yang sering main ke Barumun dan sudah dianggap keluarga oleh pihak Barumun karena serumpun. Hehehehehe

“Ayu otw bang, gak jadi jam 5. Naik sama bang Makmur Ayu” kata saya memberi tahu bang Putra melalui chat WA
Dan saya pun mulai suntuk, mau ke depan masih segan karena mereka pasti bakal sering berhenti ambil sewa dan paket. Akhirnya saya menghubungi teman saya Restu.
“halo, poster pra”
“lagi diluar. Kenapa ente dimana?”
“lagi di jalan”
“jalan mana?”
“biasa mau tourpend dulu”
“banyak uang itu”
“mana ada, pas-pasan la pra. Suntuk aku pra udah hampir sebulan gak touring karena pasca tercampak itu”
“o iya la, sama siapa sist?”
“sendiri”
“pulang naik apa?” kata Restu
“biasa sama MTG. Makanya aku mau tanya siapa kawan lita di Kopin”
“ada si Wahdi”
“tau nomornya pra?”
“gak ada”
“oalah sama aja”
“kau inbox aja dia via FB”
“iya juga ya. Okelah kalu itu. Ok ya pra”
“yok, hati-hati sist”
“ok”
Dan akhrnya telepon pun berakhir. Kemudian sayamenchat Wahdi via FB, tapi sepertinya lama respon dan akhirnya saya memilh menchat bang Fauzi yang ada di Ranto.
“Assalamu’alaikum bang” kata saya
“Wa’alaikum salam, kenapa Yu”
“bang, rekan kita di Kota Pinang siapa bang?”
“ada si Wahdi”
“disana dia ya bang”
“ya, kenapa itu”
“gak bang, ini kan Ayu lagi di jalan menuju Kopin, mana tau sempat waktunya mau jumpa dia sebentar”
“ngapain Ayu ke Kota Pinang? Ada saudara?”
“gak bang, biasa mau tourpend bang.”
“ooo”
“ada nomornya abang?”
“ada”
“tolong kirimkan ya bang, sekalian nomor si mail juga bang, mana tau gak sempat sampai Kopin kalau sampai Ranto biar jumpa Mail”
“ooo, iya Yu. Abang kirim ini”
“oke bang. Makasih ya bang”
“ya Yu sama-sama”
“Assalamu’alaikum bang”
“Wa’alaikum salam”
Setelah bang Fauzi memberi nomor Wahdi saya pun langsung mengirim pesan.
“Assalamu’alaikum, Wahdi ini kak Ayu. Dimana posisi”
Kemudian tidak berapa lama Wahdi kemudian menghubungi saya.
“Hallo kak”
“ya Wahdi”
“kenapa kak?”
“lagi dimana?”
“Kota Pinang, kenapa kak?”
“kakak kan mau ke Kota Pinang, jumpa sebentar nanti kita ya kalau pas waktunya sampai sana.”
“oo, bisa kak, kabarin aja kak nanti. Kakak naik apa?”
“naik Barumun Wahdi”
“yang jam berapa dari Medan?”
“stengah 4 tadi”
“ooo, oke kak, nanti awak tunggu. Kakak turun dimana?”
“SPBU sebelum kota pinang dari medan, yang sebelah kanan”
“oo ya, ya.. aman itu kak”
“ok Wahdi”
“ok kak, hati-hati kak”
“ok” dan telepon pun berakhir
Hmmm, enak juga ternyata bang Makmur yang bawa, kencangnya pas dan pasti nyaman la untuk ukuran bis ekonomi ini. Pengen ke depan tapi segan sekali, ya jadinya saya duduk manis saja sambil pasang headset dan degar lagu. Dan yang buat saya heran adalah setiap penumpang ada yang naik di jalan tidak ada yang duduk di sebelah saya. Ternyata oh ternyata memang disengaja oleh kru karena saya orang spesial. Hahahahaha.
“jadi om touring?” kata bang Asrul tiba-tiba WA saya
“jadi koh” kata saya
“naik apa?”
“Barumun koh”
“nopin?”
“nopin kurang tau, tapi bang Makmur yang cincunya”
“joss la ya”
“joss koh, mantap la”
“okelah.”
“ok koh”

Sambil menikmati jalan, si Mail tiba-tiba juga sms, tapi akhirnya kami chat via BBM
“lagi dimana Mail” kata saya
“di Ranto. Oo gitu, ke Kota Pinang gak singgah di Ranto, singgah la dulu”
“kalau nanti gak sempat waktunya turun di Ranto la”
“jam berapa dari sana tadi?”
“setengah 4 sore, biasa sampai ranto jam berapa dia?”
“biasa sekitar jam 12 atau jam 1 malam itu”
“oo, berarti sekitar segitu ya”
“ya”
“okelah, nanti awak kabarin lagi ya”
“oke” dan chat pun berakhir
Sekitar jam hampir jam 10 malam bus memasuki rumah makan Gunung Sari 2 di Simpang Kawat. Dan saya juga ikut turun dan mencari bang Makmur karena ada yang mau dibicarakan juga.












“ayok makan kita bro” kata bang Makmur
“serius ini”
“iya la, kau kan buka orang lain. Gak bayar pun kau tetapnya ku ajak makan”
“hehehe” kata saya nyengir
Dan kami menuju meja makan khusus para kru bus disitu.
“duduk bro” kata bang Makmur sambil memanggil pegawai yang ada disitu
Ini baru namanya Romantis(Rokok Makan Gratis) karena saya tidak merokok jadi saya sebut Mantis(Makan Gratis), hehehehe.
“makan Yu” kata bang Makmur
“ya bang” kata saya
“jangan malu-malu. Mau minum apa?”
“nanti aja bang. Yang lain mana bang. Gak kesini orang itu?”
“ada itu, nanti ke sini. Minum apa bilang”
“siapa ini bang?” kata pegawai disitu
“orang rumah. Pesan minummu” kata bang Makmur
“manis dingin aja bang” kata saya kepada pegawai tersebut
Dan lalu si pegawai menulis pesanan minuman kami. Dan lalu bang Makmur berkata
“kalau gak ku bilang kau orang rumah gak dipedulikan nanti” katanya
“bah, aci gitu ya” kata saya
“ya, gak percaya kau kan”
“percaya gak percaya” kata saya
“habis ini ganti la ya bang”
“iya, gantian”
“joss juga gak bang, kayak abang bawa”
“joss juga itu. Lihat aja nanti kalau gak percaya.” Kata bang Makmur

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS