My Trip My Adventure Episode 4 Bagian 6



Sebelum menaiki bus, kami berfoto bersama di depan bus. Semua orang pada heran lihat kami. Tapi siapa yang peduli kan.





Dan kemudian kami pamit ke bang Fernandus dan yang lainnya. Semua orang heran lihat kami. Kami Cuma berlima tapi naik bus. Dan kami seperti orang yang special. Sungguh service yang sangat memuaskan dari orang Intra. Sampai di loket semua orang juga tertuju sama kami
“maksih ya bang” kata bang Putra ke bang Tino
“makasih ya bang” kata saya lagi
“yok. Hati-hati ya” kata bang Tino lagi
Dan sebelum pergi bang Tino memberi telolet lagi kepada kami. Dan kami pun tertawa. Masuk loket kemudian kami membeli tiket.
“medan 5 bang” kata saya
“tebing 1 mbak” kata Marjo
“oh ya. 4 Medan, 1 Tebing bang. Berapa?”
“ongkos Tebing sama ke Medan. 150 ribu” kata penjaga loket
Begitu melihat tiket langsung terkejut. Karena daoat bangku belakang. Alamak.
“langsung aja ke belakang” kata orang Loket
Dan kami pun bergegas ke belakang loket. Nomor bangku adalah 20-21, 26-27-28. Jauh kali ah. Hahaha. Dan buat yang paling lucu adalah bangku belakang sempit sangat. Yang duduk dibelakang badannya besar semua. Saya, bang Putra dan Marjo. Sempit sekali. Marjo mengalah, dia berdiri sejenak dan kemudian bus berjalan ke loket Perluasan.
Saat bus berjalan kami bercerita lagi.
“lumayan la. Makan gratis” kata bang Putra
“hahahaha. Mau bayar gak mungkin”
“bagus service mereka” kata bang Putra
“tempatnya keren la. Recomended. Makanan juga standart harganya”
“ya bisa la” kata bang Putra
“berapa sop ayam kampungnya tadi?” kata saya
“27 K” kata bang Putra
“nasi goreng juga segitu. Punya mu Jok?” kata saya
“26 kalau gak salah tadi”
“kalau dihitung-hitung masih cukup uang kita”
“masih bang. Tapi mau bayar gak mungkin”
“ya gak la. Gak enak sama bang Nandus” kata bang Putra
“bang, yang kaos merah tadi siapa namanya?”
“itu bang Sihombing. Supir SE itu”
“SE trip Pekanbaru?”
“ya, dulu dia bawa Intra De Javu”
“kalau yang satu lagi?”
“yang satu bang Sansiro Siahaan”
“ooo. Ada Facebook mereka bang?”
“ada. Kalau bang Tino namanya Martino Hutagalung, kalau bang Hombing namanya Sihombing SE, kalau bang Siro namanya Sansiro Siahaan” kata bang Putra
Begitu masuk loket Perluasan bus berhenti. Karena beberapa penumpang naik. Ini saja sudah sempit banget. Kemudian bus jalan lagi. Dan berhenti karena ada penumpang lain naik. Tapi penumpang itu bersikukuh gak mau duduk pakai bangku tempel. Dalam hati saya ingin memaki cewek ini. Tapi malas. Dan kemudian cewek itu turun.
“yaelah, Siantar-Tebing berdiri aja heboh gak mau” kata saya
“mentel kali pun” kata bang Putra
“aku ya, naik RCT Medium berdiri dari Tebing sampai kampung pon santai-santai aja. Ini heboh kali. Wajarlah, bus udah penuh. Mau dapat bangku jangan harap. Naik travel la” kata saya sedikit emosi
Ada dua orang perempuan duduk di bangku tempel depan kami. Sempit sangat, kaki terjepit sudah. Tapi apa mau di kata. Kami mencoba bertahan. Dan kemudian untuk mencairkan suasana bang Putra bertanya kepada penumpang di depan kami ini.
“turun di mana kak?” kata bang Putra
“di Dolok Merangir bang”
“oo dekat la” kata bang Putra
“sabar ya kak”
“udah biasa bang. Namanya juga rame” kata kakak tersebut
“Dolok Merangir dekatnya” kata Marjo
“apa kau Jok. Ikut-ikut aja” kata bang Putra
“suka-suka ku la” kata Marjo kemudian
“kan udah ku bilang, kalian jangan duduk sebelahan. Begadoh aja ntar. Bagus aku yang di tengah” kata saya kemudian Marjo tertawa
Tidak berapa lama sampai di simpang Dolok Merangir penumang tersebut turun. Aman kaki dikit. Tapi tidak berapa lama ada lagi penumpang yang naik. Astaga kapan penderitaan berakhir kata saya dalam hati. Penumpang yang naik kemudian itu juga perempuan.
“kuliah ya kak?” kata bang Putra
“ya bang”
“gak takut kak, pulang malam-malam?”
“ngapain takut bang. Udah biasa kok”
“kakak turun mana?”
“tebing bang” kata perempuan itu
“oo.. tebing dia Jok” kata bang Putra
“tetangga kami”
“sok tau kau Jok”
“tau la. Kalau masih tebing masih tau aku” kata Marjo
“begh” kata bang Putra
Dan ngobrol-ngobrol tak terasa sudah sampai Tebing. Kami fikir penderitaan di kaki ternyata kami salah duga. Tepat memasuki simpang Medan menuju simpang beo, Marjo pun turun. Dan kami kembali bersempi ria lagi. Bang Toink dan bang Asrul tertidur. Mereka sich enak. Nah kami harus bersabar ria. Apalagi jalanan macet.
“Dimana Bro?” kata Rezki
“masih di jalan. Macet” kata saya membalas pesan singkat Rezki
Kemudian saya bercerita saja dengan bang Putra. Kami kalu udah toruing dan duduk berdua ada saja pembahasan yang tidak banyak diketahui orang. Hahahahaha.
“turun di mana kita bang?”
“warjan aja la”
“ya la. Nanti kan ini ke loket S.M. Raja dulu” kata saya
“pas la. Warjan dulu, minum kita”
Jam 21.30 kami sampai di perbatasan Medan
“dimana Bro? Udah lapar ini. Ngantuk” kata Rezki
“sabar Bro, udah dibatas kota kok” kata saya membalas pesan singkat itu
Dan 21.35 kami sampai di loket. Bang Asrul dan bang Toink lanjut ikut bus ke Loket jalan Pancing.
“kami duluan ya” kata bang Putra
“ya” kata mereka bersamaan
“duluan ya koh, pa Toi” kata saya
Dan kami berjalan menuju Warjan. Benar-benar olah raga malam. Hahahahaha. Ya capek sich tapi harus dinikmatin. Ini la namanya baru touring. Hahahaha. Ngos-ngosan juga saya. Maklum la saya punya penyakit asma, jadi gak bisa terlalu capek. Dan sampai di warjan saya pesan Aqua dan minum sebentar.
“gimana tadi?” kata bang Yunus
“nanti dikabarin bang Nandus sama bang Asrul bang
“ooo”
“udah ini kan? Pulang ya” kata Suharyana
“bentar la yan”
“yana naik angkot itu mbak” kata Rezki
“lho mana si Biru”
“si Biru di rumah, aku naik angkot”
“oalah, ya udah la. Jangan lama kali pulang. Bahaya” kata saya
“eh, kau hati-hati kalau mau pulang” kata bang Yunus kepada saya. Saya mengerti maksud bang Yunus. Karena daerah menuju rumah kami memang rawan yang namanya Begal. Jadi ya setiap pulang malam bang Yunus selalu mengingatkan saya.
“ya bang.”
“balek kita?” kata Rezki
“ayoklah” kata saya
“duluan kami yo” kata Rezki
“yok” kata mereka
“duluan ya bang, Yan, bang Putra”
“yo. Hati-hati kau” kata bang Putra
Dan saya pun pulang. Di jalan sebenarnya sudah rada was-was juga kan. Karena hampir jam 22.00, sudah malam juga. Benar-benar perjalanan tak terduga. Ada saja tingkah kami. Dan ada rezeki yang terselip juga. Hihihi. See you next story..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar