My Trip My Adventure Episode 6 Bagian 1



Kali ini saya akan kembali menceritakan touring saya. Dan pastinya touring gila besama bang Putra. Tapi kali ini kami tidak berdua, ada rekan kami di Medan Bisser yaitu Dava. Dan ini ceritanya.
Waktu itu antara tanggal 23 atau 24 November 2016. Kami berencana akan touring pendek. Saat itu saya dan bang Putra berdiskusi via WA.
“touring kita hari sabtu? 206 berangkat” kata bang Putra. 206 adalah nomor pintu dari bus ALS trip Bukit Tinggi.
“206 ya, mau kemana? PSP?” kata saya (PSP=Padangsidempuan)
“kalau ke PSP nanggung kali Yu” kata bang Putra
“jadi maksud abang ke Bukit?”
“ya la. Gimana?”
“kalau ke bukit Ayu gak deh bang. Gak cukup waktunya” 
“alah, kalau ke PSP tanggung Yu” kata bang Putra
“jadi gimana? Kalau ke Bukit Ayu gak bisa bang. Kalau abang mau ke Bukit gak apa-apa” kata saya
“ah, mana enak kalau aku sendiri” kata bang Putra
“jadi gimana?”
“PSP ajalah”
“yakin?”
“ya”
“okelah, ke PSP kita”
Tapi tidak berapa lama kemudian bang Putra WA kembali
“kalau kita ke PSP nanggung kali, bagus ke Bukit”
“yang mana yang betul, tadi udah fiks ke PSP. Ini mau ke Bukit”
“hahahaha”
“kalau ke Bukit gak bisa Ayu bang. Satu waktunya dan yang kedua itu uang Ayu Cuma 300. Kalau Ayu pakai semua terus nanti gimana ke depannya. Gak mungkin Ayu gak pegang uang kan”
“ya . tapi tanggung kali Yu”
“kalau abang mau ke Bukit ya udah gak apa-apa. Ayu lain kali aja”
“kalau sendiri gak enak Yu”
“lha, terus maunya gimana?”
“PSP ajalah kita”
“ya udah ke PSP kita”
“besok jam 3 kau udah di Warjan ya”
“ya bang”
Heran lihat bang Putra kok sepertinya mau touring kali ini terasa bimbang. Memilih antara ke PSP atau ke Bukit Tinggi. Biasanya dia itu tidak seperti ini.
“Bukit aja la kita besok ya?”
“hah. Yang mana yang betul ini.”
“kalau ke PSP nanggung Yu. Besok 206 soalnya”
“kalau ke Bukit Ayu gak. Abang aja la”
“kalau sendiri aku malas Yu”
“nah terus mau gimana?”
“ya udah deh ke PSP aja kita”
“galau adeks abang buat”
“hahahaha..”
Itu-itu saja yang di bilang bang Putra kepada saya.
“Bukit kita?”
“astaga.. yang mana yang benar?”
“hahahaha”
“Bukit, terus nanti ke PSP. Galau adek bang”
“PSP ajalah”
“yakin? Ayu tau hati abang ke Bukit kan?”
“hati aku ke dia la Yu”
“yeee, kalau itu Ayu tau, hati abang buat kakak yang di Semarang”
“hahahaha. Itu tau”
“jadi yang mana yang benar?”
“PSP ajalah”
“ya udah kalau ke PSP. Awas kalau ganti haluan lagi ya”
Dan kemudian ketika malam bang Putra bilang lagi
“kalau ku tambahin ongkosmu mau kau ke Bukit?”
“hmmmm. Bingung Ayu bang. Ayu tanya papa sama mama dulu ya, boleh atau gak ke Bukit. Nanti Ayu WA abang”
“oke”
Kemudian saya bertanya kepada orang tua saya. Dan mereka mengizinkan saya untuk pergi ke Bukit dengan bang Putra. Karena mereka tahu kalau saya sering toruing dengan bang Putra. Dan kemudian saya WA bang Putra.
“bang, oke besok ke Bukit kita”
“oke”
Ketika menjelang malam bang Putra kembali chat saya via WA. Saya fikir dia mau merubah haluan lagi. Kalau itu siap la dia saya marahi.
“Yu, kalau misalnya aku ajak Semi gak apa-apa kan?” kata bang Putra
“ooo. Ya udah terserah abang gimana”
“jangan terserah aku. Kau la gimana”
“kalau abang mau ajak Semi ya udah, ajak aja biar rame kita” kata saya. Semi adalah perempuan yang di kenal bang Putra waktu kami pulang dari Siantar beberapa waktu lalu.
“soalnya aku ada janji kan sama dia kemarin itu”
“ya udah, aman itu bang kalau sama Ayu”
“oke Yu” kata bang Putra
“oke bang. Berarti kita gak jadi ke Bukit kan?”
“gak la, ke PSP aja kita” kata bang Putra
“oke bang” kata saya
Besoknya adalah hari touring. Tapi sepertinya...
“Yu, kita cancel dulu hari ini ya. Aku ada kerjaan”
“oke bang. Gak masalah”
“oke Yu”
Sayang banget touringnya batal hari ini. Tapi tidak masalah bagi saya. Jadi saya masih bisa mengumpulkan uang lagi untuk touring selanjutnya. Menjelang siang saya pulang dengan Bunda Fatimah salah satu rekan saya bekerja. Dan kebetulan saat kami dalam perjalanan pulang hujan turun.
“seh mau malam minggu dia. Touring”
“gak jadi bun” kata saya
“kenapa Yu?”
“ada kerjaan kawan Ayu itu bun. Jadi batal dulu”
“oo ya la Yu. Jadi batal jalan-jalannya ini?”
“batal bun”
Dan setelah mengantar Bunda Fatimah sampai simpang, saya lalu singgah ke Mabes Medan Bisser sebentar untuk menyerahkan surat permohonan yang kemarin belum sempat terprint. Sampai di rumah saya fikir bisa istirahat merenggangkan badan, tapi tiba-tiba masuk pesan WA dari bang Putra.
“ketemu di Warjan kita jam 3. Harus on time”
“waduh, ngeri bah. Ngapain?”
“datang aja. Jangan bawa kereta”
Kalau seperti ini saya paham maksudnya. Berarti akan ada sesi touring dadakan sama dia. Dan kemudian saya membalas pesan bang Putra.
“ya bang”
Karena kalau dari rumah akan 2x naik angkot, maka saya menghubungi MTG alias bang Sitohang yang kebetulan sedang berada di Binjai dan akan jalan ke Loket Makmur Medan.
“poster om?” kata saya (Poster=Posisi Terkini atau sama dengan lagi dimana. Bahasa anak-anak Bismania)
“lagi di km 12 om. Kenapa itu?”
“dimana itu om?”
“Binjai om”
“ooo, mau numpang nanti om dari simpang Tikun ke Loket” kata saya
“ooo. Oke om”
“perkiraan jam berapa di daerah Ringroad itu nanti?”
“kemungkinan jam 2 la om”
“oke om, nanti kabarin kalau udah jalan dari Binjai ya om”
“ok om”
Kalau sudah begini kan saya bisa mengatur waktu untuk dari rumah naik angkot menuju simpang berapa lama. Dan saya pun segera bersiap-siap untuk menuju touring. Tidak berapa lama saya pun pamit dengan orang tua. Dan kemudian saya berjalan ke simpang untuk menunggu angkot. Beberapa menit juga la saya menunggu, dan muncul juga angkotnya. Dan angkotnya lamberta alias lama jalannya. Saya takut terlambat sampai simpang. Karena tidak mungkin bang Sitohang yang menunggu. Karena dia di Bus, dan tidak mungkin bus menunggu di simpang terlalu lama. Bisa dimarahi orang karena buat macet jalan. Dan kemudian saya sampai di simpang. Memang hujan masih turun walaupun gerimis manja alias gerimis halus.
“poster” kata saya kepada bang Sitohang melalui WA
“kampung lalang”
“ok om, Ayu udah di simpang” kata saya
Mungkin orang-orang yang ada di sekitar tempat saya menunggu ini heran melihat saya. Dari tadi saya menunggu juga tidak naik angkot mana pun yang lewat. Beberapa menit saya menunggu akhirnya saya WA bang Sitohang lagi.
“poster om?”
“udah di ringroad om. Depan komplek tasbih”
“oke om”
Dan setelah menunggu beberapa lama kemudian, akhirnya si Makmur MD 28 datang juga. Orang heran lihat saya, yang di stop kok malah bus. Hahahahha. Tapi apa peduli saya, saya kan bismania.
“eh ada engkong” kata saya kepada bang Asrul. Ternyata bang Asrul ikut touring pendek ke Tanjung Beringin dengan Makmur MD 28.
“udah gak ada uang mu rupanya Yu, makanya naik MD ke warjan” kata bang Sitohang
“hahahahaha. Ada bang, tapi lagi pengen naik bus, tourpen dulu”
“ku fikir gak ada. Biar ku kasih ongkos mu”
“hahahaha”
“bentar lagi demo supir angkot karena kau stop bus di simpang itu. Di lempar pula bus kami nanti, di bilang orang itu sewa kami itu yang kau ambil”
“hahahahahaha” kata saya tertawa
 


Sampai di Loket saya pun turun.
“eh udak” kata saya kepada udak Putra
“ya, ikut kau?”
“gak dak, sampai loket aja Ayu dak” kata saya
Lalu saya bertanya kepada bang Asrul.
“engkong ke warjan nanti?”
“ya duluan aja” kata bang Asrul
Lalu saya menuju warjan. Dan duduk. Tapi saya heran mengapa bang Asrul tidak kunjung keluar dari loket. Sampai si MD lewat dan ternyata bang Asrul ada di dalam. Sepertinya ikut touring dia.
“dimana Yu?” kata bang Putra melalui WA
“di Warjan bang” kata saya
“coba kau ke loket depan, jumpain kru 206 itu, tanya berapa ongkosnya”
“segan Ayu bang”
“ngapain kau segan. Tanya berapa sama mereka”
“Ayu gak kenal krunya. Kalau kenal udah Ayu tanya”
“aku pun gak kenal, makanya aku bilang ke kau”
“ya udah, Ayu ke depan”
“oke”
Dan kemudian saya ke Loket ALS, saya masuk ke dalam dan saya lihat 206 sudah terparkir di Area keberangkatan. Tapi saya tidak tahu yang mana krunya. Akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi bang Putra kembali.
“Ayu udah didalam bang. gak tau Ayu yang mana krunya”
“kau tanya la”
“segan Ayu mau tanya. Salah pula nanti”
“ya udah, kau tunggu di situ. Aku otw ini”
“oke bang. Ayu tunggu abang di dalam loket”
Lalu saya menuju loket dan duduk di ruang tunggu, tidak berapa lama bang Putra pun datang.
“rame Bukit ya” kata bang Putra
“sepertinya sich begitu” kata saya
“kalau rame, dapat bangku belakang ya sama aja. Gak enak Yu”
“makanya itu bang. jadi gimana?”
“itu la, sempit itu Yu. Kenapa kau gak ikut sama engkong tadi?”
“gak ada engkong ngajak Ayu bang”
“ah, masa?”
“ya bang. gak ada, Ayu bilang ke warjan gak, kata dia duluan aja. Tau-tau lewat MD di dadanya Ayu dari bangku penumpang”
“udah ku bilang tadi ajak Ayu. Dia di warjan. Nanti aku nyusul”
“intinya gak ada ngajak engkong bang. padahal ketemu tadi di MD juga”
“hmmm ya sudahlah, mungkin ada yang mau dibicarakannya”
“mungkin la bang. rahasia pasti”
“ya la”
“gimana ceritanya abang ngajak Semi?” kata saya kemudian
“kemarin kan aku ada janji sama dia Yu. Daripada ngajak dia jalan terus makan kan sama aja itu, bagus aku ajak dia touring”
“ya la bang, balek gak balek itu”
“itu dia” kata bang Putra
“ngaren rame sewa kayaknya”
“sewa bukit semua kali”
“bisa jadi sich bang”
“ya udah, warjan kita” kata bang Putra
“warjan kita?”
“iya la, ngapain di sini. Haus aku. Di sana la kita fikirkan nanti gimana”
Lalu kami keluar dari loket dan menuju warjan. Sampai di warjan kami memesan minuman. Dan kembali bercerita lagi. Mau touring ke mana hari ini tepatnya.
“Kopin kita?”
“naik apa?”
“mana tau ada BMC di dalam”
“kayaknya gak ada bang. kalau ada udah parkir dia duluan”
“dia berangkat jam 5 Yu”
“jam 5 pun, jam 3 biasa udah masuk Loket dia” kata saya
“ah masa”
“ya lo bang”
Dan tidak lama kemudian Dava salah satu rekan kami juga datang ke Warjan.
“eh, dari mana Va?” kata saya
“dari Rumah kak” kata Dava
“ooo”
“kak, kalau panjar dulu untuk kopdar sumatera itu boleh kan kak?”
“boleh”
“tapi uang awak ada 50 ribu”
“ya udah, gak masalah itu. Kasikan aja” kata bang Putra
“ya udah, gak masalah itu Va”
Kemudian Dava memberikan uang panjar untuk acara kopdar tersebut. Lalu bang Putra mulai lagi.
“touring kita? Ada darah mu?”
“oppp. Mulai kata saya”
“mau touring ke mana bang?”
“ke mana aja, yang dekat. Ranto aja kalau gak” kata bang Putra dengan semangat
“oop, di tantangin bah”
“ya la, gak kayak kau”
“begh, buat silap ya. Ayok” kata saya
“gimana Va? Ikut yok” kata bang Putra
“gini la Va kalau touring gila namanya. Tiba-tiba aja gak ada persiapan langsung cus” kata saya
“tapi gak cukup lagi duit ku bang kalau mau touring. Berapa bang?”
“modal 200 aja la” kata bang Putra
“berapa uang mu?”
“tinggal segini bang” kata Dava
“ya udah, ambil uang mu yang 50 tadi” kata bang Putra
“ya Va, gimana?” kata saya
“ya udah la kak” kata Dava
“hahaha, goyang dia Yu”
“orang abang goyangkan. Abang kan suka kali gitu”
“gak apa-apa la, kapan lagi dia touring pendek”
“begh, tapi gak gini juga bang” kata saya. Dan Dava hanya tersenyum lihat tingkah kami
“kelen cari armada ya, aku pulang dulu” kata bang Putra
“begh, sama aja kenapa” kata saya
“masa aku terus, kalian dulu cari armada. Aku bebas la pokoknya”
“bebas ya”
“ya la, mau naik Rapi, P3, Pinem, Makmur. Terserah kau la pokoknya, aku ikut aja”
“begh, Barumun aja la”
“jangan itu. Itu pilihan nanti aja”
“ya, aku pulang dulu. Gak mau tau aku. Kalian yang putuskan malam ini mau naik armada apa. Kalau bisa 200 ribu 3 orang mainkan” kata bang Putra
“begh, ya udah la pulang sana” kata saya
Lalu bang Putra pun pulang. Saya dan Dava bingung mau naik bus apa untuk touring kali ini. Karena biasa saya dan bang Putra yang putuskan untuk itu.
“jadi gimana ini Va?”
“terserah kakak aja” kata Dava
“ke Makmur kita dulu. Mana tau ada supir yang dikenal kan bisa naik kita” kata saya
“ya udah ayok kak”
Lalu kami ke loket Makmur, tapi rasanya tidak ada supir yang dikenal. Seperti bang Aritonang, bang Sihombing juga tidak ada. Jadi bingung. Hari sudah mau maghrib, tapi kami belum memutuskan naik apa.
“gak ada Va, ke mana kita? Ke Medan Jaya kita?”
“boleh kak”
“mana tau kan bisa sarkawi naik MJ yang Scania itu” kata saya
“ya kak”
Lalu kami berjalan ke loket Medan Jaya. Ya lumayan la olahraga di sore menjelang malam. Hahahaha, dan kami pun sampai di Loket Medan Jaya. Dan terparkir Medan Jaya nopin 19. Dan saya juga bertemu dengan wak yang sering mengatur keberangkatan di sana.
“yach, mau ke mana kau? Gak ada dia disini” kata wak itu. Saya paham yang dimaksud adalah si Restu pastinya.
“hahaha, ngapain nyari dia wak” kata saya
“mana tau”
“wak, mau tanya la, kalau naik MJ Scania itu bisa gak wak? Sampai Ranto aja wak. Berapa kira-kira wak?”
“payah wak, kalau naik itu bisa la ku kasih.” kata wak tersebut menunjuk MJ nopin 19 itu
“pengen naik Scania itu wak”
“ya, tapi itu payah, ada cctv di dalam. Kalau naik itu ku kasih gratis pun bisa”
“makasih ya wak”
“ya. Naik itu aja” kata wak tersebut
“kawan ku satu lagi belum datang masalahnya wak”
“kalau Scania itu gak berani aku” katanya lagi
“oke wak, makasih ya wak” kata saya
Sepertinya memang agak susah naik Scania ini. Dan saya kembali bingung lagi. Sepertinya pilihan akan jatuh ke P3.
“gimana Va. Susah kayaknya” kata saya
“jadi gimana kak?”
“kita tunggu si jetli P3 aja. Maghrib ini, sini aja kita dulu ya” kata saya
“ya kak” kata Dava
Dan kemudian saya menghubungi bang Putra dan bertanya keberadaannya.
“halo, dimana abang?” kata saya
“dirumah, kenapa”
“gak bisa kayaknya naik MJ, ke P3 aja kita?”
“terserah kalian, aku ikut kalian”
“begh”
“ya udah, terserah la, aku makan ini. Udah ya”
“ya”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar