My Trip My Adventure Episode 5 Bagian 2



Lalu kami berjalan ke belakang melihat bus Rapi napin Bracha.busnya sudah terparkir di belakang. Tapi kami tidak menemukan kru bus tersebut. Niatnya sich kalau ketemu mau minta sarkawi alias bayar tanpa pakai tiket atau naik di jalan. Tapi kami gak bertemu juga. Akhirnya kami memutuskan untuk menghubungi Fitri teman kami yang kerja di gudang Rapi. Fitri kenal dengan Supir 1 Bracha.
“halo Fit, dimana?”
“masih di kerjaan mbak. Kenapa?”
“bisa tolong tanyakan sama Supir Bracha ke Ranto berapa?”
“ke Ranto?”
“ya fit ke Ranto”
“bentar la Fitri tanya dulu ya”
“cepat ya fit” kata bang Putra
“ngomong bang” kata saya ke bang Putra
“halo fit. Ke Ranto berapa”
“siapa ini?”
“masa kau gak tanda sama suara ku” kata bang Putra
“gak tau aku”
“Jupe itu” kata saya menimpali”
“ooo. Bilang la”
“berapa ke Ranto Fit?”
“bentar la Fitri tanya ya”
“cepat ya”
“berapa orang?” kata fitri
“2 fit” kata saya
“siapa yang mau berangkat mbak?”
“ada saudara mbak. Tanya dulu ya”
“ya mbak”
Dan kemudian telepon berkahir. Sambil menunggu saya cerita-cerita dengan bang Putra lagi. Dan tidak berapa lama saya mencoba menghubungi Fitri kembali
“gimana Fit?”
“bentar ya mbak, Fitri lagi sibuk kali”
“oke. Nanti hubungi mbak Ya”
“ya mbak”
Dan selang beberapa menit kemudian saya kembali menghubungi Fitri.
“gimana Fit?”
“70 katanya mbak?”
“gak kurang itu?”
“gak bisa mbak, katanya kalau apa beli tiket aja”
“gak bisa bang” kata saya ke bang Putra
“bah, sombong kali kalau gitu. Ya sudahlah gak usah” kata bang Putra
“oo, ok Fit. Ntar kalau apa mbak hubungin fitri ya”
“ok mbak”
“gimana bang?” kata saya dengan bang Putra
“coba tanya sama orang loket. Cewek ke cewek kan enak”
“ah, suka kali gitu” kata saya
“ayoklah.. ku bantu”
Dan kemudian kami menuju loket dan bertanya
“kak, kalau tiket ke Ranto berapa ya?”
“Ac Biasa atau Ac Royal?”
“kalau Ac Biasa?” kata bang Putra
“Ac biasa 105”
“kalau Ac Royal?”
“Ac Royal 115 bang”
“gak kurang itu kak?” kata bang Putra
“gak bisa bang. Itu kan harga kantor” kata si penjaga loket
“wih, jangan marah kak” kata saya
“kurang la ya. hahahaha”
“gak bisa lo bang”
“hadoh. Mulai dia. Hahahaha” kata saya sambil tertawa
“kurang gitu kan. Hahahaha”
“ii abang ini la ya”
“hahahaha” kata saya
“pacarnya ya kak?”
“hah, bukan kak. Kami kawan”
“kirain pacarnya. Kalau pacarnya betah kakak sama abang ini”
“hahahaha.. kami bekawan kak”
“emang gini ya kak”
“hahahah. Gitu la kak”
“jadi gimana?” kata bang Putra
“isk gak bisa bang”
“mulai gondok dia” kata saya
“ketawa kakak ini” kata bang Putra
“lucu lihat kakak itu” kata penjaga loket tersebut
“wah kenapa kak?” kata saya
“emang badut dia” kata bang Putra
“gak”
“jadi kenapa lucu kak”
“lucu aja”
“udah la. Sakit perutku” kata saya
“gimana Yu?”
“abang la”
“kalau Ac biasa jam berapa berangkat?”
“Ac biasa jam 6”
“kalau yang Royal?”
“kalau Royal stengah 7”
“oke kak. Nanti kalau jadi ke sini lagi”
“ya bang”
“makasih ya kak”
“ya sama-sama”
Dan kemudian kami berjalan sambil berembuk lagi
“gimana?”
“ya abang la”
“aku sich pengen naik BU”
“kalau mau naik BU ayok”
“BPB kalau gak?”
“ada polisi di simpang itu. Payah nanti”
“dari belakang aja”
“terkejar gak kalau naik BPB?” kata saya
“kurang tau juga sich”
“coba lihat mana tau ada Makmur Legacy yang trip Dumai. Siapa namanya itu lupa Ayu”
“siapa?”
“hassurr ya”
“oo. Ayoklah kita coba lihat” kata bang Putra
Dan kami kembali ke warjan
“dari mananya kelen? Dari tadi mondar mandir”
“ada la kak” kata saya
“curiga aku sama kelen” kata kak Meli
“hahahaha... kami ke depan dulu” kata saya
“yo” kata kak Meli
Kemudian kami ke Loket Makmur. Dan ternyata tidak ada hasil yang kami cari. Kami memutuskan untuk kembali ke Warjan.
“Barumun kita bang”
“ayok”
Kemudian kami ke loket Barumun dan ternyata Mandurana masih ada tamu. Dan kami menunggu lagi. Tapi bang Putra pulang dulu untuk urusan sebentar.
“mau ke mana kelen rupanya?” kata Tulang Suhardi
“ke Ranto lang. Nanti titip kereta di sini ya lang”
“naik itu aja la. 150 2 orang”
“yang mana? AC itu?”
“ya. Kalau mau biar ku bilang”
“nanti Ayu kabarin lang. Nanti titip di sini ya”
“ya. Taruh aja di parkir belakang nanti. Kasih kunci sama si Sani”
“ya lang”
Tidak berapa lama ngobrol, Mandurana keluar dan sudah masuk ke mobil untuk pulang. Dan akhirnya proposal itu  di kasih saja. Setelah itu bang Putra datang ke loket Barumun.
“gimana Yu?”
“tadi mau pulang Mandurana. Jadi di kasih aja ke Mandurana”
“ooo”
“bang, kata SA naik Barumun AC 150 2 orang ke Ranto”
“150. Gak terkejar Yu. Tau la kan”
“ya.. ya.. kalau Ayu terserah abang. Jadi naik apa kita?”
“kalau aku BU”
“nanti gak terkejar”
“jadi naik apa?”
“ya kalau gak Bracha la”
“ke warjan aja kita dulu yok”
“ayoklah” kata saya
Kemudian kami kembali ke Warjan lagi. Kak Meli heran lagi melihat tingkah kami.
“asyik bolak balik aja la kelen”
“hahahaha.. biarlah” kata bang Putra
“aku yang pening”
“nanti kakak kalau gak ada kami kecarian” kata saya
“ya memang” kata kak Meli
“makanya itu kak” kata kami
“jadi gimana bang?”
“aduh bingung aku”
“mau menentukan armada pergi aja pusing ya bang”
“ya. Hahahaha”
“Rapi aja la yok” ajak bang Putra
“Rapi kita?”
“ya la”
“pakai tiket kita?”
“ya la”
“sampul gak?”
“bersampul la. Gak kau lihat tadi”
“kalau bersampul ayok” kata saya
“dihitung-hitung Yu, sarkawi 70 naik Bracha. Tambah dikit aja udah dapat tiket”
“ya juga sich. ayoklah”
Kemudian kami bergegas lagi ke Loket Rapi
“mau ke mana lagi kelen?” kata kak Meli
“Loket Rapi kak” kata saya dan bang Puta
“bolak balek la kelen terus”
Kami hanya tertawa saja lihat kak Meli yang heran melihat kami. Kemudian kami ke Loket Rapi. Dan kakak penjaga loket tadi senyum-senyum lihat kami
“kak, ke Ranto kak” kata bang Putra
“yang mana bang?”
“yang Ac biasa ada bagku depan gak?”
“bentar ya bang” kata penjaga loket sambil mengecek buku tiket dan kemudian “bangku belakang bang 24-25”
“kalau yang Ac Royal?” kata bang Putra lagi
“Ac Royal 15-16 bang”
“gak ada bangku depan ya”
“gak ada bang”
“itu ada kosong”
“ya bang ini orang yang dari Brandan”
“mau ke mana rupanya orang abang ini?” kata teman si penjaga loket yang duduk di sebelahnya
“Ranto kak” kata penjaga loket tersebut
“kalau yang depan itu kadang buat yang dari Brandan bang” kata teman si penjaga loket
“oo gitu ya” kata bang Putra
“jadi gimana bang?”
“kurang la” kata bang Putra
“gak bisa bang”
“wah, jangan marah-marah kak” kata saya
“ini kak, abang ini”
“lha kenapa aku”
“emang gitu dia kak” kata saya
“lucu kali kawan abang ini” kata penjaga loket
“bah, kenapa dia emangya. Badut dia rupanya?”
“gak bang, cuma lucu aja”
“udah cepatlah. Bisa kan?”
“bisa apanya bang?”
“kurang harganya”
“jangan la bang”
“2 la kak, yang Ac Royal” kata bang Putra
“tiketnya buat 2 ya” kata saya
“atas nama siapa?”
“Ayu”
“230”
“sini la tiketnya”
“uangnya dulu la”
“hahaha. Tiketnya la. Takut kali la kakak ini” kata bang Putra
“uangnya dulu la”
“kasikan bang. Hahaha” kata saya
“lho kok satu tiketnya?” kata bang Putra
“2 la”
“kan satu bangku”
“ya, tapi bedakan tiketnya”
“kan sama aja bang”
“beda”
“kan sama-sama Ranto”
“sama. Tapi untuk laporan ke kantor” kata bang Putra
“ya kak, kami duduk sama, tapi beda kantor”
“gak bisa bang”
“bisa la kak” kata saya
“untuk laporan itu. Nagapain aku bohong. Makanya ku bilang buat 2 tadi tiketnya”
“beda kantor kami kak” kata saya
            “ya udah sini la” kata penjaga loket itu.
Mungkin dia stres melihat tingkah kami berdua. Apalagi tingkah bang Putra. Tapi biarkan la. Yang penting kami touring. Dan setelah itu kami ke parkiran dan mau menuju loket Barumun untuk menitipkan kereta. Tapi pas mau pergi di panggil lagi sama ;penjaga loketnya.
“kak” katanya
“kenapa kak?”
“mau ke mana kakak?”
“mau ke Barumun sebentar, mau parkirkan kereta”
“lama kak?”
“ya gak la kak”
“berapa nomor kakak?” katanya. Kemudian saya menyebutkan
“jam 6 udah di sini ya kak” kata teman si penjaga loket tadi
“aman itu kak”
Kemudian saya menuju kereta yang sudah ditunggu bang Putra
“kenapa Yu?” kata bang Putra
“gak bang, dikiranya kita mau ke mana”
“takut orang itu kita nanti terlambat”
“alah masa gitu aja takut”
“mereka kan gak tau kita bismania bang. Jadi dikiranya kita gimana gitu kali” kata saya
“hmm, sudahlah” 
Dan kemudian sampai di loket Barumun, bang Putra langsung memarkirkan kereta ke belakang dan saya menjumpai Tulang Suhardi di kantin belakang untuk memberitahu kalau saya sudah memparkirkan kereta di belakang.
“lang, titip kereta ya” kata saya
“ya. Kasihkan kuncinya sama si Sani”
“ayu bawa aja la ya”
“kasikan aja sama dia. Nanti dia kan di sini tidur. Biar dipindahkannya kereta itu ke depan nanti”
“oke lang. Mana dia orangnya lang. Ayu gak pala tanda”
“itu yang di ekspedisi”
“oke lang”
Kemudian saya menjumpai bang Sani dan memberikan kunci kereta terserbut dan memberitahu kalau besok pagi saya ambil lagi. Dan setelah itu saya dan bang Putra jalan menuju warjan lagi.
“dari mana aja la kelen” kata kak Meli lagi
“pusing kak Meli lihat kita bang” kata saya
“ya pusing aku lihat kelen” kata kak Meli
“hahahaha” kata bang Putra
“ya, bolak balek aja kelen”
“Beli nasi Yu” kata bang Putra
“lapar awak”
“ya lapar aku. Beli la”
“pakai apa?”
“telur aja”
“abang aja ya. Ayu gak makan”
“kenapa gitu?”
“masih kenyang bang”
“oo, ya sudah terserah mu. Kalau aku gak bisa”
“hahahaha. Kalau abang tau la aku” kata saya
Lalu saya membeli nasi bang Putra. Dan tidak berapa lama Reza datang ke Warjan
“yok Maling” kata bang Putra (Maling = Makan keliling)
“berapa meter ke samping bang?” kata saya
“ah terserah la berapa meter”
            “hahahaha. Lanjut la makan itu”
Bersambung...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar