My Trip My Adventure Episode 5 Bagian 1



Kali ini touring lagi. Tapi ini touring yang cukup gila. Cuma diputuskan dalam waktu yang singkat. Ketika itu hari sabtu 19 November 2016. Awalnya hanya chat biasa dengan bang Putra melalui WA.
“Poster?” kata saya melalui chat WA
“rumah kenapa?”
“gak ngewarjan? Warjan yuk? Touring kita naik Mebidang? Suntuk adeks bang” ajak saya
“bentar lagi la”
“bang, nanti kalau Paradep DD udah jalan touring kita ya” kata saya
“ya” kata bang Putra
“oke. Warjan kita”
“ayoklah. Jemput aku ya” kata bang Putra”
“oke”
Kemudian saya bergegas, ganti pakaian langsung jemput bang Putra. Sampai di rumah bang Putra saya heran lihat bang Putra.
“lho, tas abang mana?”
“ada. Malas aku bawanya” kata bang Putra
“bah, biasa bawa”
“yok” ajak bang Putra
Kemudian kami pun bergegas ke warjan.
“Yu, tarikkan dompetku”
“dimana dompet abang?”
“di kantong belakang. Tarikkan dulu”
“oke” kemudian saya ambil
“udah”
“udah bang”
“kau pegang dulu”
“Ayu taruh di tas Ayu aja dulu ya”
“ya”
Dan tidak berapa lama kami sampai di warjan. Duduk pesan Aqua dan tiba-tiba
“touring kita?”
“ke mana?”
“bukit la”
“jangan la bukit. Rapat besok lo”
“jadi ke mana?”
“bingung”
“daripada naik Mebidang. Mending touring langsung Yu. Dapat kan”
“mau ke mana? Jangan ke bukit la, gak cukup budget”
“aku pun gak cukup. Naik BMC kita”
“kalau BMC ayok. Tapi emang ada BMC?” kata saya
“gak tau. Kan gak tetap jadwal dia sekarang”
“tapi kalau jadi touring Ayu antar kereta dulu la. Mau di bawa adik”
“mana sempat lagi kau pulang. Suruh adikmu ke sini ambil kereta”
“ya udah, bentar Ayu telpon dulu adik Ayu”
Kemudian saya menghubungi adik saya dan menjelaskan tentang kereta yang saya bawa. Dan setelah itu
“gimana?” kata bang Putra
“nanti di kabarinnya Ayu bang”
“ooo”
“jadi ke mana kita?”
“Ranto kalau gak. Pulang sama MTG”
“boleh” kata saya
“ke dalam kita? Mana tau ada BMC”
“ayoklah” kata saya
Kemudian kami ke loket Makmur. Untuk melihat apakah Makmur batangan BMC ada di dalam. Sambil menyebrang ke loket, bang Putra menghubungi pacarnya
“dut, di mana?” kata bang Putra agak gimana gitu
“begh ada maunya” kata saya
“dut, kirim uang la. Mau touring aku. Suntuk kali” kata bang Putra
“jangan mau kak” kata saya
“ya udah, ku tunggu ya” kata bang Putra
“begh, ada maunya abang rayu la si kakak itu” kata saya
“iya la” kata bang Putra sambil tertawa
Dan kami sampai juga ke dalam. Dan ternyata....
“kayaknya gak ada bang”
“ada ah. Itu” tunjuk bang Putra
“emang itu 7531?” kata saya
“gak tau”
“bukan bang. Trip bangkinang ini” kata saya
“ah, masa”
“kalau BMC biasanya busnya jam 3 udah masuk loket”
“ah masa”
“iya lo bang. Waktu itu kan pernah jumpa pas masuk sama MD” kata saya
“masa cepat kali”
“ya bang”
“ke depan lagi kita?”
“ayoklah”
“telpon dulu MTG Yu. Tanya di mana. Kalau jalan ke Medan kita ikut dia”
“ok Ayu telpon dulu”
Sambil jalan ke depan
“gak diangkat bang” kata saya
“coba hubungin lagi. Kalau gak kita naik yang lain aja”
“Ayu hubungin bang Lubis aja ya” kata saya. Bang Lubis adalah kru Makmur MD juga
“coba la kau hubungi”
“halo bang, Ayu ini”
“iya, kenapa Yu?”
“orang abang dimana? Jalan ke Medan ya?”
“ya”
“MTG di mana bang?”
“depan dia”
“oo Ayu telpon dia dulu ya bang”
“oke”
“jalan ke Medan kata bang Lubis bang”
“MTG di mana?”
“di depan dia. Ayu hubungin dia dulu ya”
“oke”
“halo bang” kata saya ketika tersambung dengan MTG
“di jalan”
“pulang ke Medan kan?”
“ya. Kenapa om?”
“Ayu ikut dari Ranto ya naik MD”
“boleh. Sama siapa om?”
“sama Jupe bang”
“ooo. Oke, naik apa dari sana?”
“belum tau bang. Nanti kalau udah berangkat Ayu hubungin ya”
“oke, siap” kata bang Sitohang atau sebutan MTG
“apa katanya?” kata bang Putra
“ok katanya bang”
“okelah”
“jadi naik apa kita ke sana?”
“terserah”
“lha kok terserah. Kan abang yang mau touring”
“aku sich pengennya naik BU” kata bang Putra (BU=Bintang Utara)
“Ya udah, ke sana kita. Bang ada SMS dari Tulang Suhardi” kata saya
“apa katanya?”
“katanya. Mau jumpa sama mandurana, serahkan proposal”
“ke sana kita”
“kata dia 15 menit lagi”
“oo, ke BU aja kita kalau gak dulu”
“Ayok”
“mau ke mana kelen?” kata kak Meli penjaga warung
“BU bentar kak” kata kami
“dimana ada Ayu, ada Putra”
“hahahaha” kami tertawa
Dan kami pun bergegas ke BU. Sampai di BU malah tolak-tolakan hanya karena mau tanya harga tiket.
“tanya la” kata bang Putra
“ayoklah berdua” kata saya
“ayoklah” kata bang Putra sambil berjalan, tapi kami berhenti dulu lihat jadwal di papan jadwal nomor bus yang berangkat. Kemudian
“naik 69 kita?”
“yang mana itu?”
“itu ekonomi Jetbus pertama. Jam 4”
“alah, bentar lagi. Galau Ayu”
“ngapain kau galau”
“kalau Ayu berangkat sekarang terus kereta itu nanti gimana?”
“kau titipkan aja di warjan. Kasih kak Meli”
“mana mau adik Ayu bang”
“ke Mabes kalau gak. Kasih ke SA”
“itu lagi. Mana mau dia. Segan. Jam yang lain la”
“naik yang mana?”
“11 yang mana Yu?”
“setahu Ayu Ekonomi yang body Jetbus HD2 Setra itu”
“naik itu kita? Tapi setengah 6”
“yang jam 5 kalau gak?”
“aih, galau la galau”
“jangan kau galau”
“kalau gak mikir kereta ayok-ayok aja bang”
“kau tanya Yu berapa tiket” kata bang Putra
“kok Ayu, berdua la”
“ayok la” Dan “kau yang tanya Yu. Kalau cewek ke cewek kan enak” kata bang Putra
“begh. Berdua la” kata saya
“yok”
“mau ke mana bang?”
“mau ke Ranto berapa kak?”
“ke Ranto 100 bang” kata penjaga loket BU tersebut
“100 bang. Gimana?” kata saya
“itu ekonomi ya kak”
“ya bang. Mau berapa orang”
“mau tanya dulu boleh kan kak?” kata saya
“boleh”
“yang 11 berangkat gak kak?” kata bang Putra
“yang 11 gak berangkat bang, 33 jadinya”
“ekonomi ya”
“ya bang, yang di belakang”
“ekonomi Jetbus HD2 Setra itu bang”
“ooo. Nanya dulu boleh kan kak. Jam berapa berangkat itu kak?”
“yang mana?”
“33 tadi kak”
“jam stengah 6”
“ok. Kak, kalau jadi nanti jam 5 ke sini kak”
“makasih ya kak” kata kami bersamaan
“ya sama-sama”
Kemudian kami keluar. Dan berbincang kembali
“jadi gimana?” kata saya
“kau la. Kalau aku naik BU”
“ya udah, kalau abang mau naik BU kita naik BU”
“kalau gak BPB”
“terkejar ga?”
“itu yang belum tau”
“galau la galau”
“ke Barumun dulu kita?” kata bang Putra
“ayokla. Mana tau udah siap mandurana”
Kemudian kami ke loket Barumun. Kami lihat Tulang Suhardi tidak ada. Dan saya bertanya kepada orang bagian ekspedisi
“bang, om Suhardi mana?” kata saya
“itu di belakang. Lagi kusuk” kata mereka
“di belakang bang. Coba abang lihat” kata saya ke bang Putra
“gak ada Yu”
“belakang sana” kata saya
Lalu bang Putra jalan ke arah belakang. Dan Tulang Suhardi sedang di kusuk memang
“lang” kata saya
“masih ada tamu si Bos” kata Tulang Suhardi
“masih ada tamu bang. Ke mana kita”
“depan aja kita?”
“sate aja kita yok” ajak saya ke bang Putra
“yok”
Kemudian kami jalan ke depan. Dan tukang sate tertawa melihat kami
“biasa ya bang” kata bang Putra
“makan sini?” kata saya ke bang Putra
“bungkus aja. Makan di Warjan kita”
“bungku bang” kata saya kepada tukang sate tersebut
“oke” kata tukang sate tersebut
“ada keripik bang” kata saya
“lagi kosong”
“oalah. Ya sudahlah. Sate saja”
Kemudian bang Putra mengeluarkan kereta dan tidak berapa lama sate kami siap
“bayar dulu Yu”
“ini bang” kata saya ke tukang sate
“ok”
“makasih ya bang” kata saya
“yok”
Dan kami pun menuju warjan. Dan seperti biasa kami menggangu kak Meli. Memang kami kalau gak gangguin kak Meli gak enak. Gak asyik.
“darimana kelen Yu” kata kak Meli
“Barumun kak”
“ooo”
“kak, mandi satu” kata bang Putra
Kemudian kami Meli membuatkan pesanan bang Putra. Kami makan. Setelah makan kami lalu berembuk kembali.
“naik Bracha kita? Bracha jalan ini”
“bah. Mau naik apa ini?”
“terserah. Ke Rapi kita dulu?” ajak bang Putra
“ayok” kata saya
“mau ke mana lagi kelen?” kata kak Meli
“Rapi bentar kak” kata saya
“ooo”
Dan kemudian kami ke loket Rapi. Kami melihat ada Korlap Rapi yaitu pak Simarmata
“ada bapak itu Yu. Segan aku”
“alah gak usah jumpa bapak itu bang”
bersambung...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar