Kali ini touring lagi. Tapi ini touring
yang cukup gila. Cuma diputuskan dalam waktu yang singkat. Ketika itu hari
sabtu 19 November 2016. Awalnya hanya chat biasa dengan bang Putra melalui WA.
“Poster?” kata saya melalui chat WA
“rumah kenapa?”
“gak ngewarjan? Warjan yuk? Touring kita
naik Mebidang? Suntuk adeks bang” ajak saya
“bentar lagi la”
“bang, nanti kalau Paradep DD udah jalan
touring kita ya” kata saya
“ya” kata bang Putra
“oke. Warjan kita”
“ayoklah. Jemput aku ya” kata bang
Putra”
“oke”
Kemudian saya bergegas, ganti pakaian
langsung jemput bang Putra. Sampai di rumah bang Putra saya heran lihat bang
Putra.
“lho, tas abang mana?”
“ada. Malas aku bawanya” kata bang Putra
“bah, biasa bawa”
“yok” ajak bang Putra
Kemudian kami pun bergegas ke warjan.
“Yu, tarikkan dompetku”
“dimana dompet abang?”
“di kantong belakang. Tarikkan dulu”
“oke” kemudian saya ambil
“udah”
“udah bang”
“kau pegang dulu”
“Ayu taruh di tas Ayu aja dulu ya”
“ya”
Dan tidak berapa lama kami sampai di
warjan. Duduk pesan Aqua dan tiba-tiba
“touring kita?”
“ke mana?”
“bukit la”
“jangan la bukit. Rapat besok lo”
“jadi ke mana?”
“bingung”
“daripada naik Mebidang. Mending touring
langsung Yu. Dapat kan”
“mau ke mana? Jangan ke bukit la, gak
cukup budget”
“aku pun gak cukup. Naik BMC kita”
“kalau BMC ayok. Tapi emang ada BMC?”
kata saya
“gak tau. Kan gak tetap jadwal dia
sekarang”
“tapi kalau jadi touring Ayu antar
kereta dulu la. Mau di bawa adik”
“mana sempat lagi kau pulang. Suruh
adikmu ke sini ambil kereta”
“ya udah, bentar Ayu telpon dulu adik
Ayu”
Kemudian saya menghubungi adik saya dan
menjelaskan tentang kereta yang saya bawa. Dan setelah itu
“gimana?” kata bang Putra
“nanti di kabarinnya Ayu bang”
“ooo”
“jadi ke mana kita?”
“Ranto kalau gak. Pulang sama MTG”
“boleh” kata saya
“ke dalam kita? Mana tau ada BMC”
“ayoklah” kata saya
Kemudian kami ke loket Makmur. Untuk
melihat apakah Makmur batangan BMC ada di dalam. Sambil menyebrang ke loket,
bang Putra menghubungi pacarnya
“dut, di mana?” kata bang Putra agak
gimana gitu
“begh ada maunya” kata saya
“dut, kirim uang la. Mau touring aku.
Suntuk kali” kata bang Putra
“jangan mau kak” kata saya
“ya udah, ku tunggu ya” kata bang Putra
“begh, ada maunya abang rayu la si kakak
itu” kata saya
“iya la” kata bang Putra sambil tertawa
Dan kami sampai juga ke dalam. Dan
ternyata....
“kayaknya gak ada bang”
“ada ah. Itu” tunjuk bang Putra
“emang itu 7531?” kata saya
“gak tau”
“bukan bang. Trip bangkinang ini” kata
saya
“ah, masa”
“kalau BMC biasanya busnya jam 3 udah
masuk loket”
“ah masa”
“iya lo bang. Waktu itu kan pernah jumpa
pas masuk sama MD” kata saya
“masa cepat kali”
“ya bang”
“ke depan lagi kita?”
“ayoklah”
“telpon dulu MTG Yu. Tanya di mana.
Kalau jalan ke Medan kita ikut dia”
“ok Ayu telpon dulu”
Sambil jalan ke depan
“gak diangkat bang” kata saya
“coba hubungin lagi. Kalau gak kita naik
yang lain aja”
“Ayu hubungin bang Lubis aja ya” kata
saya. Bang Lubis adalah kru Makmur MD juga
“coba la kau hubungi”
“halo bang, Ayu ini”
“iya, kenapa Yu?”
“orang abang dimana? Jalan ke Medan ya?”
“ya”
“MTG di mana bang?”
“depan dia”
“oo Ayu telpon dia dulu ya bang”
“oke”
“jalan ke Medan kata bang Lubis bang”
“MTG di mana?”
“di depan dia. Ayu hubungin dia dulu ya”
“oke”
“halo bang” kata saya ketika tersambung
dengan MTG
“di jalan”
“pulang ke Medan kan?”
“ya. Kenapa om?”
“Ayu ikut dari Ranto ya naik MD”
“boleh. Sama siapa om?”
“sama Jupe bang”
“ooo. Oke, naik apa dari sana?”
“belum tau bang. Nanti kalau udah
berangkat Ayu hubungin ya”
“oke, siap” kata bang Sitohang atau
sebutan MTG
“apa katanya?” kata bang Putra
“ok katanya bang”
“okelah”
“jadi naik apa kita ke sana?”
“terserah”
“lha kok terserah. Kan abang yang mau
touring”
“aku sich pengennya naik BU” kata bang
Putra (BU=Bintang Utara)
“Ya udah, ke sana kita. Bang ada SMS
dari Tulang Suhardi” kata saya
“apa katanya?”
“katanya. Mau jumpa sama mandurana,
serahkan proposal”
“ke sana kita”
“kata dia 15 menit lagi”
“oo, ke BU aja kita kalau gak dulu”
“Ayok”
“mau ke mana kelen?” kata kak Meli
penjaga warung
“BU bentar kak” kata kami
“dimana ada Ayu, ada Putra”
“hahahaha” kami tertawa
Dan kami pun bergegas ke BU. Sampai di
BU malah tolak-tolakan hanya karena mau tanya harga tiket.
“tanya la” kata bang Putra
“ayoklah berdua” kata saya
“ayoklah” kata bang Putra sambil
berjalan, tapi kami berhenti dulu lihat jadwal di papan jadwal nomor bus yang
berangkat. Kemudian
“naik 69 kita?”
“yang mana itu?”
“itu ekonomi Jetbus pertama. Jam 4”
“alah, bentar lagi. Galau Ayu”
“ngapain kau galau”
“kalau Ayu berangkat sekarang terus
kereta itu nanti gimana?”
“kau titipkan aja di warjan. Kasih kak
Meli”
“mana mau adik Ayu bang”
“ke Mabes kalau gak. Kasih ke SA”
“itu lagi. Mana mau dia. Segan. Jam yang
lain la”
“naik yang mana?”
“11 yang mana Yu?”
“setahu Ayu Ekonomi yang body Jetbus HD2
Setra itu”
“naik itu kita? Tapi setengah 6”
“yang jam 5 kalau gak?”
“aih, galau la galau”
“jangan kau galau”
“kalau gak mikir kereta ayok-ayok aja
bang”
“kau tanya Yu berapa tiket” kata bang
Putra
“kok Ayu, berdua la”
“ayok la” Dan “kau yang tanya Yu. Kalau
cewek ke cewek kan enak” kata bang Putra
“begh. Berdua la” kata saya
“yok”
“mau ke mana bang?”
“mau ke Ranto berapa kak?”
“ke Ranto 100 bang” kata penjaga loket
BU tersebut
“100 bang. Gimana?” kata saya
“itu ekonomi ya kak”
“ya bang. Mau berapa orang”
“mau tanya dulu boleh kan kak?” kata
saya
“boleh”
“yang 11 berangkat gak kak?” kata bang
Putra
“yang 11 gak berangkat bang, 33 jadinya”
“ekonomi ya”
“ya bang, yang di belakang”
“ekonomi Jetbus HD2 Setra itu bang”
“ooo. Nanya dulu boleh kan kak. Jam
berapa berangkat itu kak?”
“yang mana?”
“33 tadi kak”
“jam stengah 6”
“ok. Kak, kalau jadi nanti jam 5 ke sini
kak”
“makasih ya kak” kata kami bersamaan
“ya sama-sama”
Kemudian kami keluar. Dan berbincang
kembali
“jadi gimana?” kata saya
“kau la. Kalau aku naik BU”
“ya udah, kalau abang mau naik BU kita
naik BU”
“kalau gak BPB”
“terkejar ga?”
“itu yang belum tau”
“galau la galau”
“ke Barumun dulu kita?” kata bang Putra
“ayokla. Mana tau udah siap mandurana”
Kemudian kami ke loket Barumun. Kami
lihat Tulang Suhardi tidak ada. Dan saya bertanya kepada orang bagian ekspedisi
“bang, om Suhardi mana?” kata saya
“itu di belakang. Lagi kusuk” kata
mereka
“di belakang bang. Coba abang lihat”
kata saya ke bang Putra
“gak ada Yu”
“belakang sana” kata saya
Lalu bang Putra jalan ke arah belakang.
Dan Tulang Suhardi sedang di kusuk memang
“lang” kata saya
“masih ada tamu si Bos” kata Tulang
Suhardi
“masih ada tamu bang. Ke mana kita”
“depan aja kita?”
“sate aja kita yok” ajak saya ke bang
Putra
“yok”
Kemudian kami jalan ke depan. Dan tukang
sate tertawa melihat kami
“biasa ya bang” kata bang Putra
“makan sini?” kata saya ke bang Putra
“bungkus aja. Makan di Warjan kita”
“bungku bang” kata saya kepada tukang
sate tersebut
“oke” kata tukang sate tersebut
“ada keripik bang” kata saya
“lagi kosong”
“oalah. Ya sudahlah. Sate saja”
Kemudian bang Putra mengeluarkan kereta
dan tidak berapa lama sate kami siap
“bayar dulu Yu”
“ini bang” kata saya ke tukang sate
“ok”
“makasih ya bang” kata saya
“yok”
Dan kami pun menuju warjan. Dan seperti
biasa kami menggangu kak Meli. Memang kami kalau gak gangguin kak Meli gak
enak. Gak asyik.
“darimana kelen Yu” kata kak Meli
“Barumun kak”
“ooo”
“kak, mandi satu” kata bang Putra
Kemudian kami Meli membuatkan pesanan bang
Putra. Kami makan. Setelah makan kami lalu berembuk kembali.
“naik Bracha kita? Bracha jalan ini”
“bah. Mau naik apa ini?”
“terserah. Ke Rapi kita dulu?” ajak bang
Putra
“ayok” kata saya
“mau ke mana lagi kelen?” kata kak Meli
“Rapi bentar kak” kata saya
“ooo”
Dan kemudian kami ke loket Rapi. Kami
melihat ada Korlap Rapi yaitu pak Simarmata
“ada bapak itu Yu. Segan aku”
“alah gak usah jumpa bapak itu bang”
bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar