Kemudian bang Asrul menghubungi salah
satu orang Intra untuk menanyakan dimana bang Fernandus. Sambil menunggu kami
hunting. Dan bang Asrul ke warung depan Gudang.
Kemudian bang Asru memberi tahu lewat pesan singkat untuk menyuruh kami ke warung depan saja. Dan kalau mau hunting ke dalam juga boleh.
“engkong sms ini” kata saya
“apa katanya?” kata bang Toink
“katanya ke depan aja. Tapi kalau mau
hunting ke dalam juga gak masalah”
“depan aja la kita yok” ajak bang Putra
“depan kita?” kata bang Toink
“ayoklah” kata saya
Dan kemudian kami ke warung depan. Tahu
apa yang saya dan bang Putra cari lebih dulu ketika sampai di warung?? Yang
pasti bukan makanan. Itu adalah minuman favorit saya dan bang Putra juga
beberapa anak Medan Bisser. Dan itu adalah Badak. Minuman soda rasa Sarsaparila
khas Siantar.
“Astaga.. aku tau apa yang abang cari”
kata saya
“hahahaha..” kata bang Putra sambil
menunduk ke arah kulkas
“apa rupanya mbak?” kata Marjo
“itu lo Jok Badak”
“oooo” kata Marjo
“apa kau Jok” kata bang Putra
“kan aku lagi”
“makanya kelen jangan dekat-dekat.
Berantem nanti” kata saya sama Marjo
“bang, pesan Badak 1” kata bang Putra
“2 bang”
“oo 2 bang”
“abang gak pesan?” kata saya sama bang
Toink
“satu la”
“kau Jok” kata saya
“ya mbak”
“empat jadinya bang” kata bang Putra
sama penjual
“engkong mau gak itu” tanya saya
“koh mau badak?” kata bang Putra
“gak, nanti aja. Belum makan nasi. Ga
berani”
Memang sich kami pada kelaparan. Maklum
sampai di Siantar stengan 3 sore. Jadi pada kelaparan. Bang Toink langsung
ambil start pertama yaitu Roti
“Lapar awak iya” kata saya sama bang
Toink
“ya, dari pagi aku belum makan”
“samanya kita bang” kata saya
Dan tidak lama bang Putra juga bergerak
ambil kerupuk
“hahahha.. lapar awak juga”
“ya. Mau kau. Sini” kata bang Putra.
Kebetulan saya sedang mencharger HP
“bentar bang, lagi balas pesan dulu”
kata saya
Kemudian saya ke maja dimana bang Toink,
bang Putra dan Marjo duduk
“wuih lapar ya. Habis ah” kata saya
“ya. Ambil satu lagi Yu” kata bang Putra
“ya bentar bang” kemudian saya ambil
lagi satu kerupuk dan dalam sekejap ludes ah. Hahahha efek pada kelaparan.
Kemudian bang Toink berdiri lagi dan ambil snack
“satu lagi badak nya bang?” kata bang
Putra
“ngeri kali” kata Marjo
“gak usah heran Jok. Jupe gak bisa 1
botol minum badak. Minimal 2 botol” kata saya
“pantes badannya besar” kata Marjo
sambil bercanda
“apa kau bilang Jok” kata bang Putra
“hahahaha.. gak ada”
“ah banyak kali cerita mu”
Dalam sekejab snack juga ludes. Pada
kelaparan berat.
“Makan di depan kita?”ajak bang Toink
“aku sanksi bang” kata saya
“cak tanya Yu” kata bang Toink
“ah gak berani Ayu”
“kawanin dia Put”
“kawanin dia Jok”
“kemana?” kata Marjo
“ke depan. Mastikan aja”
“cepat Yu”
“untuk yang satu ini Ayu gak bang. Gak
berani”
“bah tapi kelaparan”
“ya tapi gak berani tanya gitu”
“yok la kita ke depan dulu” kata bang
Putra sama bang Toink
“ayoklah” kata bang Toink
“kelen sini dulu ya” kata bang Putra
“mau ke mana orang itu mbak?”
“mau ke depan”
“ngapain?”
“mau tanya makanannya halal atau enggak.
Kalau di sini susah cari makanan halal. Harus jalan ke arah bawah baru dapat
warung nasi padang” jelas saya kepada Marjo
“ooo. Ah tapi sanksi juga orang itu”
“hahahha, lihat kan gak berani juga
tanya” kata saya sama Marjo
“hahahaha... sok-sok’an tadi” kata Marjo
Dan pada akhirnya bang Toink dan bang
Putra pun kembali nyebrang
“hahahha.. gak jadi kan di tanya”
“aku sanksi” kata bang Toink
“jadi maunya gimana?” kata bang Putra
“sanksi aku disitu”
“kalau yang di sebelah itu kalian gak
bisa makan. Aku sama Marjo bisa”
“emang yang mana bang?” kata saya
“itu Yu, rumah makan KBT itu. Kalau yang
sebelah kiri itu recomended aku kalau makanannya. Tapi kalian gak bisa. Kan gak
mungkin aku sama Marjo makan terus kalian enggak. Disitu ada juga tapi gak
enak” kata bang Putra
“jadi intinya gimana?” kata saya
“pinjam motor kalau gak”
kata bang Toink
Kemudian bang Toink memanggil bang Asrul
untuk memnita tolong pinjam kereta dengan kru Intra tersebut
“bang, boleh pinjam kereta” kata bang
Asrul
“mau ke mana?” kata kru yang kaos merah
(maklum belum tahu namanya)
“ke bawah bentar bang”
“gak sampai kota kan? Hahahha.. soalnya
kereta banter itu”
Tapi sepertinya tidak juga. Seperti ada
sesuatu
“nanti aja makan di cafe si bos”
Tidak berapa lama datang lagi satu kru Intra
saya gak tahu namanya tapi kenal dekat sama bang Asrul, bang Putra dan bang
Toink kru tersebut berkaos kerah
“eh, apa kabar srul?” kata kru berkaos
kerah tersebut sambil berjabat tangan juga dengan kami
“sehat bang”
“dalam rangka apa ke sini?”
“ini mau antar proposal sama bang
Nandus”
“proposal apa?”
“kan Medan Bisser mau ngadakan kegiatan
bulan depan. Jadi mau minta bantuan sama bang Nandus”
“cemana ya”
“tadi tidur katanya dia”
“ya, tidur dia. Dia kalau gak di Gudang
pasti di Cafe itu”
“jadi cemana ini?” kata kru tersebut ke
temannya yang pertama
“kita bawa aja nanti ke sana” kata kru pertama
Tidak berapa lama datang lagi kru Intra
kali ini berkemeja peach. Dan kenal dekat dengan bang Asrul juga
“yach, apa kabar srul” katanya sambil
berjabat tangan dengan kami juga. Inilah kru Intra. Kalau udah kenal pasti
ramah sekali. Inilah contohnya.
“sehat bang?”
“apa gerangan ini?”
“ini bang, mau antar proposal” kata bang
Asrul
“bang, yang itu siapa?” tanya saya ke
bang Putra menunjuk ke arah orang di sebelah Marjo
“itu la bang Tino”
“yang kita jumpa di USU itu?” kata saya
kepada bang Putra
“ya”
“kemarin aku jumpa abang. Abang ada ke
USU?” tanya bang Putra
“ya ada. Kau dimana?”
“aku disitu bang. Ku tengok abang gak
ada” kata bang Putra ke bang Tino
“ah, kok gak kau tegor”
“rada sanksi aku bang. Nanti ku tegor
bukan abang” kata bang Putra
“cemana telolet kita itu?” kata bang
Asrul ke bang Tino
“ah, sejak aku pakai itu banyak yang
ikut”
“wuih” kata saya
“ya. Cuma aku masih belum mahir kali
pakai telolet lagu jablai itu” kata bang Tino
Dan kami tertawa semuanya
“cemana? Ke cafe kita?” kata bang Tino
“segan la ke sana” kata bang Asrul
“gak apa-apa. Naik Senwis kita?”
“ah ada-ada aja abang ini?”
“serius aku. Ku ambil bus kita itu dulu”
kata bang Tino
“ya udah, kau bawa orang ini naik
Senwis” kata kru itu
0 komentar:
Posting Komentar