Dan tepat setengah 9 saya pulang dari
tempat saya bekerja. Saya memang tidak akan menitipkan kereta. Karena sorenya
adik saya akan kuliah dan menggunakan kereta itu. Sampai di rumah saya beres
sebentar dan kemudian pamit dengan orang tua. Saya naik angkot menuju terminal
Amplas.
“poster?” kata bang Putra melalui chat
via WA
“angkot. Mau ke amplas”
“jam berapa berangkat?”
“katanya jam 10”
“naik apa jadinya?”
“Intra bang”
“gak jadi naik Sejahtera?”
“gak bang”
“orang engkong dimana?”
“katanya tadi mereka naik dari loket
jln. Pancing”
“ooo. Okelah”
“ok bang. Jumpa di sana aja nanti”
Rada gondok lihat supir angkotnya rada
lama jalannya. Sementara saya mau cepat. Tapi tetap berusaha sabar. Untung
samapai simpang saya dapat angkot cepat dan bisa sampai cepat.
“Ada pegang uang cash?” kata bang Putra
melalui WA
“ada bang 200 tapi”
“telepon aku dulu” kata bang Putra
Dan saya menghubungi bang Putra
“halo, kenapa bang?”
“ada uang lebih gak? Aku pengen ikut,
tapi uang ku gak cukup”
“ada 200 bang. Pas-pasan la”
“ya sudahlah”
“abang di mana?”
“masih di rumah”
“telepon aja kalau gak engkong. Tanya di
mana?”
“ya udah nanti kuhubungi kau ya”
“oke”
“kenudian sambil menunggun bang Putra
saya WA bang Asrul
“Poster?”
“masih di pancing. Belum berangkat”
“ooo” kata saya
Kemudian saya WA bang Putra
“Ayu ada uang pas-pas. Cukup untuk
ongkos. Bisa la Ayu tambah dikit bang”
“aku bingung. Uang ku Cuma 70. Gaji ku
belum turun”
“ya udah. Ini aja kita tanggulangi dulu”
“kau di mana?”
“Loket Intra bang”
Kemudian tidak ada balasan. Tapi bang
Putra menghubungi saya
“dimana kau?”
“di loket Intra”
“loket Intra mana? Aku di loket Intra”
“Intra mana abang?”
“yang di jalan singa kan? Depan BU”
“gak bang, loket Intra di Amplas”
“bah. Ya sudahlah aku putar balik”
“putar balik la abang”
Dan beberapa menit juga menunggu bang Putra
di sini. Kemudian bang Putra sampai dan kami cerita sebentar. Dan tidak berapa
lama bus yang mau kami naikki datang.
“oopp Senwis rupanya” kata saya
(Senwis=Sentosa Wisata)
“oo patas apa bisnis ini” kata bang
Putra
Tidak berapa la bus berhenti bang Asrul
pun keluar dari bus
“bangku nomor berapa kita?” kata bang
Putra
“1,6,7 sama 16” kata bang Asrul
“lha, kok jauh-jauh kali kita”
“tadi di pesan kan agak telat”
“hmm ya sudahlah” kata bang Putra sambil
naik ke bis
Dan ini dia perjalanan saya dan
rekan-rekan Medan Bisser
Baru masuk lihat bangku seat 3-2 dan
sempit untuk ukuran badan kami. Bang Putra duduk di sebelah bang Toink di
bangku 6-7
“kau di depan aja Yu” kata bang Putra
“terus koh Asrul kita taruh di belakang”
“udah. Kau di depan aja. Hot seat”
Tepat jam stengah 11 bus kami berangkat
dari Terminal Amplas. Sempit memang bangku yang kami rasa. Maklum badan kami
besar-besar. Saya saja udah terjepit rasanya di bangku depan. Lihat bangku
belakang bang Toink sudah tidur. Sepertinya bang Putra pindah ke belakang.
Tidak berapa lama bang Asrul chat saya memberitahu naikkan jaketnya yang
terjatuh dari bagasi kabin bus. Dan ini kesempatan saya juga untuk pindah
kebelakang
“kosong belakang” kata saya dengan bang
Asrul dan bang Putra
“kosong” kata bang Asrul
“kosong. Sini la kau” kata bang Putra
Begitu mau kebelakang bang Toink
terbangun.
“mau ke mana kau?” kata bang Toink
“ke belakang bang” kata saya
Dan bang Toink ikut juga rupanya
kebelakang. Hahahahaha.. dasar emang kami. Udah enak-enak dapat hot seat kok malah
pilih pindah bangku ke belakang ya.
Selama perjalanan mata terasa ngantuk.
Saya lihat bang Toink sudah tidur pulas di sebelah saya. Dan bang Asrul sedang
mendengarkan lagu dengan Headsetnya, begitu juga bang Putra. Dan saya bingung
mau apa. Karena ngantuk saya lebih memilih tidur. Dan selama tidur pesan WA
tidak berhenti masuk. Dan sampai mau masuk Tebing saya baru terbangun dan
membaca pesan WA kalau rekan yang di tebing ikut juga dan naik dari jembatan
arah simpang Medan. Dan buka WA saya tertawa karena ada foto lagi pada buka kap
mesin alias tidur. Saya pun tertawa melihat itu.
Dan saya melihat kalau bang Putra sudah
di area supir. Dan saya pun ke depan dan mengetuk kaca sekat
“Marjo jangan lupa” kata saya
“ya.. tau” kata bang Putra
Saya duduk di bangku tempat semula bang
Putra dan bang Toink duduk. Walaupun sudah ada yang mengisi bangku itu. Dan
tidak berapa lama sampai di tempat si Marjo menunggu. Dan kemudian Marjo naik
dan duduk di bangku saya ketika awal berangkat. Kemudian bang Putra masuk dan
menyuruh Marjo ke bangku belakang.
“Jok, panggil engkong kau” kata bang
Putra
Saya tahu itu alasan bang Putra saja.
“alasan abang suruh dia kan” kata saya
“ya la” kata bang putra sambil sumringah
Tidak berapa lama penumpang yang duduk
di sebalh supir masuk kembali. Karena tadi dia sedang merokok.
“depan yok Yu”
“segan bang. Apa boleh bang?”
“boleh. Krunya welcome kok”
“ayoklah”
Dan kemudian saya dan bang Putra pindah
ke depan. Kami bercerita-cerita dengan supir dan kernet bus.
“ada lagi baju bismania itu?” kata
supirnya
“tanya sama abang yamg di belakang itu
bang” kata bang Putra menunjuk bang Asrul
“kalau kawan kelen itu ligat juga ya”
“kenapa bang?” kata saya
“ya, beli baju langsung diantar ke
tempat”
“kalau dia ligat memang bang” kata bang
Putra
Kemudian cerita lagi dengan kru bis ini.
Kabar dari mereka mengatakan kalau Intra bakal tambah unit dan saat ini lagi
ada di karoseri Rahayu Sentosa di Bogor
“jadi mau ngapainnya kelen ke Siantar?”
“tapi mau jumpa bang Nandus bang” kata
bang Putra
“jumpa di mana kelen sama dia?”
“itu yang belum tau bang. Tergantung
yang di belakang itu”
“dia kalau gak di Gudang di Cafenya dia”
“oooo” kata kami bersamaan
“rame juga ku lihat Cafe dia itu kalau
malam. Makin rame pun sekarang”
“mantap la kalau gitu bang” kata saya
Tidak berapa lama kami sampai di
Siantar. Dan tiba di terminal Perluasan
“turun dimana kalian?”
“kalau kami tergantung yang di belakang
bang. Kalau di sini ya di sini. Di sana ya di sana” kata bang Putra
Kemudian bis berhenti
“turun sini kita” kata bang Putra ke
bang Asrul
“ya turun sini kita?” kata saya
“yok turun kita”
“makasih ya bang” kata saya dan bang
Putra
“yok” kata supir bis Senwis
“naik apa kita ini?” kata bang Putra
“naik angkot la” kata bang Asrul
“berarti ke simpang 2 kita” kata saya
Kemudian kami menstop angkot untuk ke
sana. Dan naik seketika angkot lumayan penumpangnya.
“perdana naik angkot aku di Siantar ini”
kata bang Putra
“ah, masa sich” kata saya
“ya serius aku”
“kalau Ayu, pas pulang ke sini kalau
kami pergi bareng sepupu seringnya naik angkot. Jadi tau sedikit la angkot di
sini”
“lumayan la”
“ondeh.. udah berapa bulan gak kesini
dari lebaran itu” kata saya kemudian
“emang kapan kau terakhir ke sini”
“lebaran kemarin bang”
“mau melamar kerja kau Jok?” kata bang
Putra
“mau jadi kru dia” kata bang Asrul
“mana kau diterima Jok.. Jok” kata bang
Toink
“isk aku lagi kena ya” kata Marjo
Dan angkot melaju “jalan Sriwijaya
dimana disini?”
“ntah gak tau Ayu. Kenapa?”
“ada tempat makan yang enak katanya”
“nah abang nyari jalan Sriwijaya ini
dia” kata saya
“oh ya. Nah itu dia tempatnya”
“ooo”
“kata kawan ku enak sich”
Kemudian kami bercerita lagi. Sambil
angkot penuh lagi
“nah gak jauh dari sini jalan ke rumah
nenek Ayu dulu bang” kata saya sama bang Putra
“emang dimana?”
“masuk jalan dekat lapangan itu” kata
saya
Kemudian kami cerita-cerita lagi, sampai
masalah jodoh gitu la
“aku gak mau duluan. Bang Toink duluan
la. Si abangan”
“jangan aku. Cup dulu” kata bang Toink
“ya juga ya, bang Cup dulu” kata saya
“aku heran la lihat si Cup”
“kenapa?” kata bang Putra
“malu kali dia sama cewek”
“ah masa?”kata saya
“masa?” kata bang Putra
“ya lo. Kemarin ada anak tulangnya. Gak
mau dia. Padahal udah ku ajarinnya dia” kata bang Toink
“apa abang bilang rupanya?” kata saya
“Cup, kalau kau bilang aja sama tulang
mu itu bisanya itu”
“terus apa kata bang Cup” kata saya
“ah, gak berani aku katanya. Ku bilang
lagi jangan kayak aku”
“emang kenapa bang”
“aku ku lawan tulang ku. Ku bilang,
kalau tulang bilang gitu tapi tulang kasih juga sama orang lain. Gak usah
ngomong la” kata bang Toink
“kalau aku bukan gak mau” kata bang
Toink lagi
“kenapa bang?” kata saya
“kan orang tua yang nolak lamaran ku
dulu itu tanya aku lagi. Mana mau aku lagi”
“makanya dengar itu Jok” kata bang Putra
“asyik aku aja ya yang kena” kata Marjo
“kasih dulu ongkos Yu” kata bang Putra
“berapa bang?” kata saya dengan bang
Asrul
“5000”
“alah. Gak ada uang pas. Ini aja dulu”
kata saya menyerahkan uang 50 ribu
“turun di mana bang?” kata supir angkot
“di Simpang 2 bang. Gudang Intra” kata
bang Asrul
“oo. Bismania ya?” kata supir angkot
“gak bang, sekarang kami angkot mania”
kata bang Putra
Dan supir angkot pun tertawa mendengar
jawaban itu. Tidak berapa lama kami pun sampai di Gudang Intra. Kemudian kami
masuk ke dalam.
“telepon la koh?” kata bang Putra
0 komentar:
Posting Komentar