Sebelum menaiki bus, kami berfoto
bersama di depan bus. Semua orang pada heran lihat kami. Tapi siapa yang peduli
kan.
Dan kemudian kami pamit ke bang
Fernandus dan yang lainnya. Semua orang heran lihat kami. Kami Cuma berlima
tapi naik bus. Dan kami seperti orang yang special. Sungguh service yang sangat
memuaskan dari orang Intra. Sampai di loket semua orang juga tertuju sama kami
“maksih ya bang” kata bang Putra ke bang
Tino
“makasih ya bang” kata saya lagi
“yok. Hati-hati ya” kata bang Tino lagi
Dan sebelum pergi bang Tino memberi
telolet lagi kepada kami. Dan kami pun tertawa. Masuk loket kemudian kami
membeli tiket.
“medan 5 bang” kata saya
“tebing 1 mbak” kata Marjo
“oh ya. 4 Medan, 1 Tebing bang. Berapa?”
“ongkos Tebing sama ke Medan. 150 ribu”
kata penjaga loket
Begitu melihat tiket langsung terkejut.
Karena daoat bangku belakang. Alamak.
“langsung aja ke belakang” kata orang
Loket
Dan kami pun bergegas ke belakang loket.
Nomor bangku adalah 20-21, 26-27-28. Jauh kali ah. Hahaha. Dan buat yang paling
lucu adalah bangku belakang sempit sangat. Yang duduk dibelakang badannya besar
semua. Saya, bang Putra dan Marjo. Sempit sekali. Marjo mengalah, dia berdiri
sejenak dan kemudian bus berjalan ke loket Perluasan.
Saat bus berjalan kami bercerita lagi.
“lumayan la. Makan gratis” kata bang
Putra
“hahahaha. Mau bayar gak mungkin”
“bagus service mereka” kata bang Putra
“tempatnya keren la. Recomended. Makanan
juga standart harganya”
“ya bisa la” kata bang Putra
“berapa sop ayam kampungnya tadi?” kata
saya
“27 K” kata bang Putra
“nasi goreng juga segitu. Punya mu Jok?”
kata saya
“26 kalau gak salah tadi”
“kalau dihitung-hitung masih cukup uang
kita”
“masih bang. Tapi mau bayar gak mungkin”
“ya gak la. Gak enak sama bang Nandus”
kata bang Putra
“bang, yang kaos merah tadi siapa
namanya?”
“itu bang Sihombing. Supir SE itu”
“SE trip Pekanbaru?”
“ya, dulu dia bawa Intra De Javu”
“kalau yang satu lagi?”
“yang satu bang Sansiro Siahaan”
“ooo. Ada Facebook mereka bang?”
“ada. Kalau bang Tino namanya Martino
Hutagalung, kalau bang Hombing namanya Sihombing SE, kalau bang Siro namanya
Sansiro Siahaan” kata bang Putra
Begitu masuk loket Perluasan bus
berhenti. Karena beberapa penumpang naik. Ini saja sudah sempit banget.
Kemudian bus jalan lagi. Dan berhenti karena ada penumpang lain naik. Tapi
penumpang itu bersikukuh gak mau duduk pakai bangku tempel. Dalam hati saya
ingin memaki cewek ini. Tapi malas. Dan kemudian cewek itu turun.
“yaelah, Siantar-Tebing berdiri aja
heboh gak mau” kata saya
“mentel kali pun” kata bang Putra
“aku ya, naik RCT Medium berdiri dari
Tebing sampai kampung pon santai-santai aja. Ini heboh kali. Wajarlah, bus udah
penuh. Mau dapat bangku jangan harap. Naik travel la” kata saya sedikit emosi
Ada dua orang perempuan duduk di bangku
tempel depan kami. Sempit sangat, kaki terjepit sudah. Tapi apa mau di kata.
Kami mencoba bertahan. Dan kemudian untuk mencairkan suasana bang Putra
bertanya kepada penumpang di depan kami ini.
“turun di mana kak?” kata bang Putra
“di Dolok Merangir bang”
“oo dekat la” kata bang Putra
“sabar ya kak”
“udah biasa bang. Namanya juga rame”
kata kakak tersebut
“Dolok Merangir dekatnya” kata Marjo
“apa kau Jok. Ikut-ikut aja” kata bang
Putra
“suka-suka ku la” kata Marjo kemudian
“kan udah ku bilang, kalian jangan duduk
sebelahan. Begadoh aja ntar. Bagus aku yang di tengah” kata saya kemudian Marjo
tertawa
Tidak berapa lama sampai di simpang
Dolok Merangir penumang tersebut turun. Aman kaki dikit. Tapi tidak berapa lama
ada lagi penumpang yang naik. Astaga kapan penderitaan berakhir kata saya dalam
hati. Penumpang yang naik kemudian itu juga perempuan.
“kuliah ya kak?” kata bang Putra
“ya bang”
“gak takut kak, pulang malam-malam?”
“ngapain takut bang. Udah biasa kok”
“kakak turun mana?”
“tebing bang” kata perempuan itu
“oo.. tebing dia Jok” kata bang Putra
“tetangga kami”
“sok tau kau Jok”
“tau la. Kalau masih tebing masih tau
aku” kata Marjo
“begh” kata bang Putra
Dan ngobrol-ngobrol tak terasa sudah
sampai Tebing. Kami fikir penderitaan di kaki ternyata kami salah duga. Tepat
memasuki simpang Medan menuju simpang beo, Marjo pun turun. Dan kami kembali
bersempi ria lagi. Bang Toink dan bang Asrul tertidur. Mereka sich enak. Nah
kami harus bersabar ria. Apalagi jalanan macet.
“Dimana Bro?” kata Rezki
“masih di jalan. Macet” kata saya
membalas pesan singkat Rezki
Kemudian saya bercerita saja dengan bang
Putra. Kami kalu udah toruing dan duduk berdua ada saja pembahasan yang tidak
banyak diketahui orang. Hahahahaha.
“turun di mana kita bang?”
“warjan aja la”
“ya la. Nanti kan ini ke loket S.M. Raja
dulu” kata saya
“pas la. Warjan dulu, minum kita”
Jam 21.30 kami sampai di perbatasan
Medan
“dimana Bro? Udah lapar ini. Ngantuk”
kata Rezki
“sabar Bro, udah dibatas kota kok” kata
saya membalas pesan singkat itu
Dan 21.35 kami sampai di loket. Bang
Asrul dan bang Toink lanjut ikut bus ke Loket jalan Pancing.
“kami duluan ya” kata bang Putra
“ya” kata mereka bersamaan
“duluan ya koh, pa Toi” kata saya
Dan kami berjalan menuju Warjan.
Benar-benar olah raga malam. Hahahahaha. Ya capek sich tapi harus dinikmatin.
Ini la namanya baru touring. Hahahaha. Ngos-ngosan juga saya. Maklum la saya
punya penyakit asma, jadi gak bisa terlalu capek. Dan sampai di warjan saya
pesan Aqua dan minum sebentar.
“gimana tadi?” kata bang Yunus
“nanti dikabarin bang Nandus sama bang
Asrul bang
“ooo”
“udah ini kan? Pulang ya” kata Suharyana
“bentar la yan”
“yana naik angkot itu mbak” kata Rezki
“lho mana si Biru”
“si Biru di rumah, aku naik angkot”
“oalah, ya udah la. Jangan lama kali
pulang. Bahaya” kata saya
“eh, kau hati-hati kalau mau pulang”
kata bang Yunus kepada saya. Saya mengerti maksud bang Yunus. Karena daerah
menuju rumah kami memang rawan yang namanya Begal. Jadi ya setiap pulang malam
bang Yunus selalu mengingatkan saya.
“ya bang.”
“balek kita?” kata Rezki
“ayoklah” kata saya
“duluan kami yo” kata Rezki
“yok” kata mereka
“duluan ya bang, Yan, bang Putra”
“yo. Hati-hati kau” kata bang Putra
Dan saya pun pulang. Di jalan sebenarnya
sudah rada was-was juga kan. Karena hampir jam 22.00, sudah malam juga.
Benar-benar perjalanan tak terduga. Ada saja tingkah kami. Dan ada rezeki yang
terselip juga. Hihihi. See you next story..