Memang saya gak percaya dengan omongan bang Putra. Karena
saya tahu bagaimana bang Putra. Intinya gak mungkin O500R yang berangkat malam
ini. Memang bus-bus Rapi ini sering rolling alias gak tetap bus napin apa saja
yang akan berangkat ke kota/daerah tujuannnya. Dan satu lagi Rapi tidak pernah
perpal atau menginap semalam di Pekanbaru, kalau di Medan masih mungkin. Dan
yang melewati bus kami memang bus Rapi Napin Bracha. Dan otomatis sudah pasti
bus Rapi Napin Bracha.
“makan
yok” kata bang Putra
“kelaparan
awak iya” kata saya
“ya
belum ada makan aku dari semalam. Ayoklah”
“masih
kenyang aku. Tadi baru makan kami di Kandis. Tanya la Ayu” kata bang Jeff
“ya
bang. Masih kenyang jam 10 kami di Kandis pula”
“kau dah
makan Ri?”
“udah
bang”
“kau Pi”
“udah
bang”
“jadi
gak ada yang mau ini?”
“ya
udah, abang makan aja dulu sama Gilang” kata saya
“jadi
jumpa dimana kita?”
“di
rumah ku aja. Kita kumpul di sana” kata bang Jeff
“oh ya
udah, kami pergi dulu ya” kata bang Putra
“Arie nanti temanin
kakak beli kaos dulu ya, ntah di distro. Mana tau untuk baju ganti”
“oh ya kak, beres
itu” kata Arie
Saya berboncengan
dengan Arie, sedangkan bang Jeff berboncengan dengan Opiee. Kalau bang Putra
jamgan tanya lagi boncengan sama siapa. Sudah pasti sama Gilang.
“bang, Distro dulu
kita ya. Kak Ayu mau beli kaos” kata Arie
“oh ya, nanti ke
agen parwis dulu kita ya” kata bang Jeff
Kemudian kami
mengikuti kereta Opiee dari belakang. Dan berhenti di tempat agen bis
pariwisata. Sepertinya bang Jeff akan menyewa bis parwis lagi karena
kemungkinan beberapa armada bis Ardifa kurang karena banyak pemesanan. Setelah
lihat-lihat sebentar kemudian kita jalan lagi.
“jangan lupa Ri”
kata saya kepada Arie
“ya kak”
“ini arah mau ke
rumah bang Jeff ya”
“ya kak”
Ternyata rumah bang
jeff lumayan juga la. Nama jalannya di dekat rumah bang Jeff nama-nama ikan
jadi sedikit unik. Kalau di Medan ada nama jalan segala jenis unggas atau
burung di sini ada nama-nama ikan. Kemudian saya dan Arie berhenti sebentar di
toko baju atau Distro. Dan Arie menunggu diluar. Namanya perempuan kalau
belanja pasti suka menawar. Dan saya pun tawar menawar. Awalnaya tidak dapat
hargan yang saya inginkan tapi akhirnya
dapat juga. Setelah itu kami pun bergegas pergi. Baru keluar mau nyebrang
tiba-tiba.
“Arie awas” kata
saya
Hampir saja kami
tabrakan. Untung saya tepuk pundak Arie dan dia tersentak.
“gak kelihatan tadi
kak” kata Arie
“Arie kenapa?”
“gak apa-apa kak?”
“yakin? Jangan
bohong sama kakak. Fikiran Arie kosong tadi kan”
“ga kak” kata Arie
berkilah
“jangan bohong,
badan Arie di sini tapi fikiran gak. Lagi mikirin apa Ri”
“gak ada kak”
“ya udah kalau Arie
gak mau cerita. Tapi lain kali hati-hati Ri”
“ya kak”
Kemudian kami
berjalan lagi. Dan sepertinya Arie kelihatan bingung
“kenapa Ri?”
“lupa la aku jalan
ke rumah bang Jeff. Padahal sering ke rumahnya”
“bisa gitu ya Ri”
“ya kak, lupa
gangnya”
“telepon Opiee
coba”
“gak aktif pula
nomornya kak”
Kemudian kami
berhenti sebentar di sebuah gang. Dan kemudian...
“kenapa gak pakai
Google Maps ya”
“hahahaha. Ada
teknologi kok gak digunakan”
“kemudian Arie
memeriksa Google Maps dari handphonenya dan tak berapa lama Opiee menghubungi
Arie
“dimana gangnya?
Lupa aku la” kata Arie
“kalian dimana?”
“udah masuk gang
besar itu. Lupa aku gang pertama atau gang kedua”
Kemudian ntah
bicara apa Arie bilang “ya. Ya. Tau aku”
“ok kak, udah tau
Arie”
“udah dapat”
“udah kak,
kelewatan kita”
Kemudian kami putar
arah dan dapat rumah bang Jeff. Jujur baru ini ke rumah bang Jeff. Biasa saya
hanya ke Rumah mbak Meetha. Sebenarnya rada segan, Cuma memang karena rame-rame
ya tidak apa-apa.
“bang, boleh pinjam
charger lagi, untuk charger hp, udah low” kata saya
“oh, bentar ya”
Kemudian bang Jeff
mengambil charger lagi. Disaat yang bersamaan Opiee membuka kotak dari bang
Putra yang isinya Pempek khas Palembang yang langsung dibawa bang Putra dari
sana.
“opp, masak la yok”
“masak la sendiri”
kata Arie
“ya udah biar aku
yang masak” kata Opiee
“Opiee ini salah
jurusan kayaknya”
“hahahaha, jurusan
tata boga itu kak”
“cocok udah dia
buka usaha gitu”
Sepertinya Opiee
sering main ke rumah bang Jeff, makanya udah kayak rumah sendiri. Bebas gitu
walaupun ada orang tua bang Jeff.
“udah makan
kalian?”
“udah bang” kata
Arie
Tidak berapa lama
sampailah bang Putra dan Gilang ke rumah bang Jeff. Istirahat sebentar di sini
kami jadinya. Sambil bercerita-cerita
“gak ada minuman
dingin ini” kata bang Putra
“buatlah”
“ah gak pande aku”
“kakak la yang
buat” kata Gilang
“begh. Nanti gak
pas sama selera kelen”
“udah buat aja kak”
“segan lo”
“gak apa-apa kak.
Kan ada Opiee sama bang Jeff di belakang itu”
Awalnya ragu-ragu
mau ke dapur, karena orang tua bang Jeff dan keluarga yang lain lagi diruang
keluarga. Segan kalau melewatinya. Tapi akhirnya saya beranikan juga. Akhirnya
saya ke dapur. Di dapur kebetulan bang Jeff lagi makan dan Opiee baru selesai
masak Pempek.
“bang, gelas di
mana ya?”
“itu Yu, di lemari
itu. Ambil aja”
“ada ceret gak
bang”
“ada Yu, coba lihat
di lemari tadi”
Sepertinya saya
kebanyakan tanya ini. Mungkin kalau tanya lagi sudah dapat hadiah kali ya.
Hahahahaha. Kemudian saya buat Mandi (Manis Dingin) ala saya. Canggung
sebenarnya karena baru pertama juga ke sini dan sudah otak atik dapur orang.
Sebelum saya antar ke depan, saya suruh Opiee buat mencobanya.
“Opiee, coba rasa
dulu ini. Pas atau gak manisnya”
“kalau Opiee udah
manis kak, Cuma tambahkan aja dikit lagi gulanya. Kan pakai es itu. Pas cair
nanti kalau segitu gak manis dia”
“oke. Kakak tambah
gula lagi. Maklum kan tiap orang berbeda dalam hal mencicipi rasa”
“tambah aja lagi
kak”
Kemudian saya
kembali ke ruang tamu. Dalam sekejab habis teh manis dingin itu. Apalagi
makannya sama Pempek khas Palembang.
“nah, ini dia yang
ditunggu” kata Gilang
“ambil piring la”
kata Arie
“ini udah” kata
Opiee
“mari kita makan”
kata saya
Lahap benar semua,
sambil makan sambil bercerita tentang peresmian bus SAN SR-2 beberapa waktu
lalu di Pekanbaru. Selain itu juga cerita tentang kawan-kawan Bismania yang
lain. Seru sampai tak terasa. Akhirnya pada kekenyangan semua.
“kenyang ya.
Ngantuk la” kata Gilang
“obat kenyang itu”
kata saya
Kemudian mulai
tuduh-tuduhan siapa yang memberesi alias mencuci piring.
“nah, beresin la”
kata saya
“beresin Pie”
“aku udah masak
tadi”
“aku buat mandi
tadi. Arie ini yang belum”
“pas itu” kata
Opiee
Kemudian kami
beres-beres, mengantar piring kotor ke dapur. Di dapur ada Opiee dan Arie.
Kemudian saya kembali ke ruang tamu bergabung dengan bang Putra, bang Jeff dan
Gilang.
“mau ke mana lang?”
kata saya
“duluan awak ya
kak. Ada urusan bentar”
“okelah, hati-hati
lang”
“anak gajah hati-hati
kau, makasih ya” kata bang Putra
Lalu Arie dan Opiee
selesai dan kembali ikut bergabung. Kembali lagi kami bercerita tentang bus-bus
yang ada di luar kota dan pengalaman touring dari bang Putra dan Bang Jeff.
“coba tanya si
Opung di mana?” kata saya
“ntar kita telepon
dia” kata bangPutra
Kemudian tersambung
telepon ke opung atau Rio Putranalisman.
“dimana kau pung?”
kata bang Putra
“masih di kerjaan
bang” kata Rio
“ke sini la kau.
Aku di Pku ini”
“sama siapa abang
rupanya?”
“ini ada si Jeff,
Opiee, Arie sama Ayu. Kesini la kau. Loket nanti ya”
“nanti la bang
kalau sempat”
“jangan nanti, aku
mau pulang ini ke Medan. Naik Bracha”
“aku usahakan bang”
“gak mau tau aku”
kata bang Putra
“ya, bang ya” kata
Rio
“hubungi mbak
Meetha juga bang” kata saya
“kalau Meetha
sekarang agak susah. Karena udah kerja” kata bang Jeff
“kerja dimana mbak
Meetha?” kata saya
“itu kak di dekat
warung dia juga” kata Opiee
“hubungi la mbak
Meetha, mana tau bisa. Kalau ke sini gak ketemu mbak Meetha gak enak” kata saya
Kemudian bang Putra
menghubungi mbak Meetha, lama juga baru diangkat teleponnya
“halo Met, dimana
kau?”
“di kerjaan Put”
kata mbak Meetha
“jam berapa
pulang?”
“bentar lagi,
kenapa Put”
“aku di Pku ini”
“ah, gak percaya
aku”
“ya, ada Ayu juga
ini. Aku mau pulang malam ini ke Medan. Datang ke loket Rapi ya”
“aku usahakan la
Put”
“jangan la gitu.
Sesekali ini”
“gak mau tau aku,
ada Ayu ini. Nah ngomonglah” kemudian bang Putra memberikan handphonenya kepada
saya
“kenapa mbak?”
“mana si Jupe
tadi?” kata mbak Meetha
“bang, mbak Meetha”
kata saya
“ha, datang ya, gak
mau tau aku. Pokoknya harus datang” kata bang Putra
“ya la ya. Nyusul
aku ke loket nanti. Aku pulang dulu mandi” kata mbak Meetha
“jangan kau mandi,
langsung ke loket”
“ah mana enak”
“kami disini belum
ada yang mandi. Ke sini pokoknya”
“ya udah nanti
nyusul aku”
“oke, ku tunggu”
kata bang Putra
Dan telepon pun
berakhir, kami lanjut bercerita. Asyik bercerita tidak terasa sudah jam 5. Dan
kami pun bergegas beres-beres dan segera pergi untuk menuju Loket Rapi.
“opp mangga” kata
bang Putra
“ambil aja” kata
Opiee
“tapi belum masak
ini” kata bang Putra
“udah itu gak?”
kata Opiee
“gak, ini kuning
kena matahari”
“mangga kita di
sana berbuah gak bang?” kata saya. Karena saya tahu di rumah bang Putra ada
pohon mangga
“belum Yu”
“nanti kalau
berbuah bilang”
“aman itu”
Dan ditengah mau
berangkat..
“aku sama siapa
ini?” kata saya
“kau sama si Jeff
aja” kata bang Putra
“abang la sama bang
Jeff, Ayu sama Arie”
“Ah gak la, kau
sama Opiee”
“begh dasar si
abang” kata saya
“baru kayaknya
tungangan ini” kata bang Putra sama bang Jeff
“ya ini” kata bang
Jeff
“jadi sibiru ke
mana itu?
“si biru
disekolahkan” kata saya
“tukar tambah” kata
bang Jeff
“ah aku la duluan
ini di boncengan” kata bang Putra
“kali ini cerai
dulu kita ya Rie” kata saya
“hahahaa, cerai ya”
“tadi kan kakak
sama Arie. Ini gantian. Kakak sama Opiee”
Dan kami pun
langsung menuju loket. Karena waktu sudah setengah 6. Jalanan mulai sedikit
macet. Ternyata Pku sama seperti di Medan, tapi tidak separah di Medan.
Tiba-tiba ada yang nyalip kami dengan hampir menyerempet kami karena lasaknya.
“kalau kakak kayak
gitu kakak kejar Pie. Kakak lewatin dan gak kakak kasih dia lewatin kakak lagi”
“serius kak?”
“ya. Kakak gak mau
kayak gitu. Tapi taulah orang sekarang cemana bawa kenderaan. Apalagi di Medan”
“Opiee pun kadang
palak juga gitu”
“kalau kakak sampai
balapan pun kadang, gak kakak kasih lewat dia, sampai dia fikir kakak laki-laki
pas kita berdua sejalan dia lihat kakak dan terkejut. Mungkin dia heran karena
kakak perempuan tapi bawa kereta kencang dan nyalip”
“hahahaha” kata
Opiee. Sepertinya Opiee sedikit terpancing emosi karena pengendara itu.
Kemudian dia lewatin kenderaan tersebut dan benar-benar tidak diberi lewat sama
Opiee.
Kemudian kami
sampai di Loket Rapi. Bus yang akan kami naikki juga sudah terparkir.
Sebelumnya kami membayar uang sisa uang panjar dan bang Putra dibantu bang
Jeff, Opiee, Arie dan saya menaikkan barang-barangnya yang tadi dititip di
loket tadi ke bagasi bus.
“itu miniatur.
Jangan salah taruh” kata orang petugas loket kepada kru bus tersebut
Dan miniatur itu
sangat hati-hati di taruh di bagasi bus. Banyak sekali bawaan bang Putra. 5
kotak besar plus 1 ransel. Kebayangkan bang Putra ntar bawanya gimana pasti.
Sayangnya cucaca tak bersahabat, mendung sangat dan sudah cek sound di atas
awan, angin juga kencang. Tapi mbak Meetha dan Rio juga belum sampai. Tidak
berapa lama Rio sampai dengan membawa pacarnya.
“itu opung” kata
saya kepada bang Putra
“bawa ceweknya pula
dia ya. Habis la ku gangguin ini” kata bang Putra
“sehat kak?” kata
Rio
“sehat pung”
“eh, opung. Sehat
kau pung?” kata bang Putra
“sehat bang”
Lalu bang Putra
mulai menjahili pacarnya Rio. Tahu la bang Putra ini orangnya jahil. Ada aja
yang dijahilinya. Tidak berapa lama menjelang adzan maghrib mbak Meetha pun
sampai.
“sehat mbak?” kata
saya
“sehat Yu”
“darimana kau?”
kata bang Putra
“pulang kerja aku”
“ooohh”
“eh, aku ke sana
dulu”
“mau ke mana?” kata
bang Putra
“beli aqua. Mau
buka puasa dulu”
“puasa kau, ya
sudahlah buka dulu” kata bang Putra
“ada mesjid gak
dekat sini?”
“ngapain ke mesjid.
Itu di dalam loket ada ruang sholat” kata bang Jeff
“iya ada itu di
belakang” kata bang Putra
“ya udah, aku
sholat dulu ya” kata mbak Meetha
Bersambung..
0 komentar:
Posting Komentar