Tidak berapa lama panggilan lagi untuk penumpang bus agar
segera naik. Kemudian tidak berapa lama naik muncul bis lagi dari arah Medan.
Ekonomi Makmur body New Skyliner yang pernah saya naiki, Makmur AC seat 2-2 dan
Halmahera Ekonomi. Tidak berapa lama bus Makmur New Skyliner itu berhenti ada
sosok yang keluar. Ternyata si Tama. Gilang memanggil Tama.
“Tama..
Tam..” kata gilang
“eh,
mana? Kata Tama
“Pku.
Sinilah dulu” kata Gilang
Kemudian
Tama mengisyaratkan kalau dia lagi merokok dan mau makan. Tapi Gilang tetap
menyuruhnya ke arah bus kami.
“sini la
dulu. Sombong kali ya” kata Gilang
Kemudian
mereka salaman
“mau ke
mana kau?” kata Gilang
“Pku”
kata Tama
“gak ke
Dumai kau?”
“nanti,
aku ke Pku dulu. Sama siapa kau?”
“ini
sama bang Jeff dan kak Ayu”
Kemudian
bang Jeff salaman dan bertanya juga dengan dengan Tama. Tapi sepertinya kurang
respect dengan kehadiran bang Jeff. Kalau saya malas dengan orang seperti itu.
Saya tidak begitu kenal dengan Tama, dan tidak terlalu peduli. Kemudian bis
berjalan dan kami duduk lagi.
“sombong
kali si Tama itu ya”
“kenapa
Yu”
“songong
kali gayanya. Tau dia ada abang, tapi kayaknya gimana gitu”
“biarkan
aja la Yu. Abang gak terlalu gubris kayak gitu”
“tapi
kita sesama bismania. Kan bukan bawa bendera”
“ada
dendam terselubung ini. hahahahahaha” kata Gilang
Dan saya
pun ikut tertawa. Memang saya tahu sedikit tentang hubungan bang Jeff dulu
dengan pacar si Tama yang juga anggota Bismania tapi di BMC (BisMania
Community). Dan saya juga tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain. Tapi
dari cerita teman-teman yang tahu sepertinya cerita tentang mereka dulu
mengandung sesuatu makna.
Tepat di
daerah Palas kembali Jupe menghubungi bang Jeff. Dan menanyakan di mana
keberadaan bang Putra. Kemungkinan bang Putra akan sampai jam 12 siang di
Pekanbaru. Kemudian kami membahas akan turun di mana
“jadi
teringatnya turun di mana kita?”
“kayaknya
loket aja Yu”
“soalnya
baterai Ayu low bang”
“di AKAP
aja kalau gak. Kan mau ngecas kan” kata Gilang
“kalau
di loket cucian gak enak Yu. Dimana mau duduk disitu. Di AKAP aja la kita.
Abang telpon si Opiee dulu” kata bang Jeff
“Opiee,
dimana?”
“di
cucian Makmur bang” kata Opiee
“oo,
Opiee ke terminal AKAP aja. Kami turun di AKAP” kata bang Jeff
“ok
bang”
“bang,
nanti antar aku dulu la pulang” kata Gilang
“gak
cukup kenderaan kita”
“siapa
aja yang ke AKAP?”
“ada
Opiee sama si Arie. Abang mau pulang dulu nanti, abang sama Opiee”
“bisala
aku ama si Arie pulang dulu”
“terus
kalau kita berdua pergi Ayu gimana? Kan gak mungkin kita tinggal”
“alah,
kak Ayu tinggalkan aja dulu di AKAP. Aman itu”
“begh,
enak kali ya lang” kata Saya pada Gilang
“ya la,
kakak huting-huting aja dulu”
“begh,
buat silap ya lang” kata Saya
“hahahahahahaha”
kata Gilang tertawa
“bang,
Jupe jam berapa sampai katanya?” kata saya
“jam 12
kemungkinan itu Yu”
“terus
kita jumpa dimana bang?”
“di
loket Rapi Yu”
Dan kami
kemungkinan hampir jam 12 akan sampai. 11.30 kami memasuki Pekanbaru dan menuju
Terminal AKAP. Banyak penumpang yang sudah mulai turun. Dan salah satunya si
penumpang lebay itu. Tepat dia turun dekat simpang menuju terminal. Huh sudah
la mentel, lebay banget lagi. Kami tertawa jadinya. Tapi ketika penumpang itu
turun sedikit lama berhenti.
“kok lama kali ya”
“kenapa itu lang.
Cak lht dulu” kata saya
Kemudian Gilang
turun dan sepertinya memang ada sedikit perdebatan. Dan setelah itu dia naik
dan kami tanyakan apa permasalahannya.
“kenapa rupanya
lang?” kata saya
“gak bayar ongkos
dia”
“bah, jadi dari
tadi malam naik belum bayar dia”
“naik dari mana dia
kak?”
“depan loket medan”
kata bang Jeff
“itu penumpang
paling heboh lang, tadi malam buat bising kali dia”
“apa dibuatnya kak”
“dia duduk di
bangku tempel dari naik depan loket. Terus ntah jam berapa la itu. Dia minta di
temanin ke toilet sama kernet. Terus tangannya terjepit pas tertutup pintu
sekat itu. Kakak udah ketawa dalam hati. Mau kakak maki karena bising tapi
masih kakak tahan”
“cocoklah gitu
gayanya. Lebay kali pun”
“terus tadi gimana
ceritanya”
“pas kernet minta
uang, katanya gak ada uang. Terus abang itu gak mau. Di kasihnya hp, hpnya pun
kalau ngelempar anjing mati”
“bah, berarti
gayanya aja la itu lang. Tapi bukannya ada suaminya?”
“ah suaminya pun
gak pegang uang katanya. Tadi mau di terima abang itu, terus ku bilang jangan
mau. Ku suruh abang itu ambil tasnya sebagai jaminan. Biar di kasihnya uangnya
nanti di loket”
“kalau isinya
berharga diambil lagi itu”
“isinya kosmetiknya
sama baju”
“ah kalau gitu gak
mau dia datang lagi itu”
“gak mungkin kak”
“lang, lang berapa
la harga kosmetik itu”
“banyak lo kak”
“yah banyak pun, ga
sebanding sama ongkos dia itu”
“ya juga sich kak”
Jam 12
lewat bus kami memasuki terminal AKAP. Hari makin panas saja. Finish in
Pekanbaru. Untuk ke-2 kali menginjakkan kaki di sini. Tidak berapa lama turun
dari bus, ada Opiee dan Arie yang sudah stay di sini.
“eh,
ketemu lagi kita” kata saya kepada Opiee dan Arie
“ya kak”
“udah
lama klen di sini?”
“gak la
kak”
“Arie
antar aku ke rumah dulu la”
“ah
malas aku, rumah kau jauh”
“mana
ya, dekat rumah ku dari sini”
“kalau
dekat pulang sendiri la kau”
“kejam
kali bah. Tolong la”
“panas
masih lo. Hitam aku nanti”
“sok
putih kali kau”
“justru
itu. Sendiri kenapa, naik metro kau, taksi”
“gak
lewat metro tempat aku”
“lewat ya”
“lewat
depan gang aja. Ayoklah..”
Saya
tertawa melihat mereka betekak. Hihihi ada-ada aja mereka, kalau di Medan
Bisser lebih parah kalau ini. Kemudian dia meminta Opiee untuk mengantarkan.
“ya udah
antar dulu dia pie” kata bang Jeff
Akhirnya
Opiee yang mengantar Gilang ke rumah. Dan sesuai kesepakatan kami akan bertemu
di loket Rapi. Sambi menunggu Opiee saya pun hunting sejenak sambil duduk
bercerita dengan bang Jeff dan Arie.
Sudah 30 menit juga
menunggu di AKAP, hari semakin panas saja. Setelah Opiee datang kami pun
bergegas ke loket Rapi yang ada di Arengka tak jauh dari termnal AKAP. Kami
sampai Rapi Napi Stutgart sudah parkir di depan loket. Dan kami pun langsung ke
dalam melihat bang Putra sedang mengangkat barang-barangnya di bagasi bus.
“nah ini pesanan
mu” kata bang Putra kepada Gilang
“mantap ini”
“bisa la ini” kata
Opiee
“ah, enak aja.
Jatah ku ini di kasih bang Putra” kata Gilang
“weh,
bantu la dulu. Berat ini” kata bang Putra
“oh,
perlu bantuan bilang la” kata Gilang
“lo iya
la” kata bang Putra
Kemudian
Gilang, bang Jeff, Arie dan Opiee membantu bang Putra angkat barang ke dalam
loket dulu. Sedangkan saya memegang tas ransel bang Putra yang isinya sudah
pasti saya tahu ini apa.
“tiket
kita cemana? Aman kan?” kata saya
“udah ku
pesan. Tapi gak Bracha la”
“ah, ga
percaya. Tadi lewat dengan manis dia depan kami”
“ya lo.
Yang O500R ini. Bracha ke Jambi”
“ah, gak
yakin Ayu. Udah deh”
“gak
percaya ya sudah”
Bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar