Sudah lama sekali rasanya tidak ngeTrip atau touring.
Sudah sebulan lebih, apalagi setelah kecelakaan beberapa waktu lalu membuat
saya harus istirahat total di rumah hampir sebulan. Dan menjelang akhir bulan
Februari saya kembali touring.Dan ini cerita saya.
Saat
itu hari Jum’at tanggal 24 Februari 2017, saat itu saya berjanji bertemu dengan
bang Putra di Warjan.
“poster,
Warjan kita?” kata bang Putra
“rumah.
Jam berapa?”
“ini
la”
“habis
jum’atan aja bang” kata saya
“oke”
Lalu
sehabis makan siang saya pun bergegas menuju Warjan.Ya pastinya naik
angkot.Setelah sampai lalu saya duduk sendirian. Dan tidak berapa lama bang
Putra pun datang.
“MTG
dimana ini ya” kata saya
“coba
la tanya” kata bang Putra
Lalu
saya chat bang Sitohang via WA, tetapi belum di balas.
“touring
kita yok. Pakam” kata saya
“ah
malas la” kata bang Putra
“kemarin
kak Iin juga ngajak naik Mebidang” kata saya
“ajaklah
dia. Coba tanya dimana dia?” kata bang Putra
“ok Ayu
WA dulu dia” kata saya
Lalu
saya menchat kak Iin via WA
“poster
kak” tanya saya
“dirumah.
Kenapa kak?” kata kak Iin
“naik
Mebidang yok sama bang Putra” ajak saya
“kakak
dimana ini?”
“udah
di Warjan kak. Kesini la” kata saya
“ya
kak”
“apa
kata Iin” kata bang Putra
“ya
katanya bang”
Tidak
berapa lama cerita tiba-tiba bang Sitohang datang dari loket Makmur
“lha
berangkat abang?” kara saya
“iya
ini nunggu baju dulu” kata Bang Sitohang
“gak
perpal?” kata saya
“aturannya
perpal, tapi gak jadi”
Lalu
kami bercerita dengan bang Sitohang atau biasa kami sebut MTG. Sambil memesan
minuman kami bercerita.
“cemana
cara menghilangkan Kapinding?” kata bang Sitohang
“apa
itu Kapinding?” kata saya
“itu
lo binatang yang nempel di bangku. Kayak kutu” kata bang Sitohang
“kecil
kayak kutu, tapi dimatikan bau” kata bang Putra
“abang
coba share di internet” kata saya
“udah.
Gak ada. Itu baru ku semprot pakai obat nyamuk, ku kasih bagus kapur itu” kata
bang Sitohang
“gak
bakal mempan juga itu. Yang iyanya ganti bangku kelen” kata bang Putra
“jadi
kalau diganti yang lama di apain?” kata bang Sitohang
“dibakar
la. Abang lihat mobil si Hassur mana ada itu binatang itu, mobil bang Mora.
Pokoknya yang dia jok kulit, kayak Legacy si Hassur, Skyliner pertama itu gak
ada. Karena itu jok kulit” kata bang Putra
“nyesal
pula aku pilih bangku itu dulu di Karoseri sana” kata bang Sitohang
“abangnya”
kata saya
“ya
karena ku tengok cantik. Untung gak kubawa sisa 2 bangku itu”
“ya
kalau gak, habis la keluargamu kena gigit” kata bang Putra
Tidak
berapa lama kak Iin datang juga.Dan kami bercerita.
“trip
kemana abang hari ini?” kata saya
“Pranap”
kata bang Sitohang
“perpal
gak? Kalau perpal aku gak ikut. Tapi kalau gak aku mau” kata bang Putra
“gak
perpal. Disini yang perpal”
“ikutlah
aku. Touring kita? Ada darah?” kata bang Putra
“begh,
bukan gak ada darah bang, sabtu besok, kerja masih” kata saya
“ah,
gak ada darah” kata bang Putra
“kalau
mau ikut ayok. Bang Putra lagi turun” kata bang Sitohang
“jadi
siapa yang ganti?” kata bang Putra
“ada
supir yang Halmahera itu. Turun mesin mobil orang itu” kata bang Sitohang
“ooo,
aku ikutlah, suntuk aku” kata bang Putra
“ya
udah, pergi la abang. Besok jumpa di Kopin kita” kata saya
“ya,
ajak Iin”
“kalau
kak Iin mau, ayok touring kita kak” kata saya
“lihat
besok ya kak” kata kak Iin
“yok,
kawanin aku kerumah Yu. Bawa kereta Iin” kata bang Putra
“sini”
kata saya
“tapi
gak usah deh Yu, Iin aja. Yok Iin” kata bang Putra
“emang
dasar gak jelas” kata saya
Lalu
bang Putra dan kak Iin pun pergi.
“ikut
ke dalam om Yuk” kata bang Sitohang
“duluan
aja bang. Ayu nunggu Jupe sama kak Iin” kata saya
“ya
udah, aku duluan ya” kata bang Sitohang
“ok
bang” kata saya
Lalu
bang Sitohang pun nyebrang ke loket. Beberapa menit juga sich saya menunggu
bang Putra dan kak Iin di Warjan sampai mereka datang.
“mau
touring berapa lama bang?” kata saya
“kau
fikir aku gak mandi?”
“begh,
iya tapi lihat la nanti kalau udah di sana” kata saya
“yok
ke dalam kita” kata bang Putra
Lalu
saya dan kak Iin mengikuti bang Putra menyeberang ke dalam.Dan didalam sudah
terparkir si Makmur MD.Terlihat penumpang pada menaiki bus. Bang Putra naik ke
dalam bus dan menaruh ranselnya di belakang alias di area kandang macan atau
area istirahat supir. Lalu bang Putra pun turun. Dan kami bercerita dengan
salah satu pegawai loket yang saya lupa namanya.Tidak berapa lama bus mau
berangkat dan kami pun bergegas naik.
“ayok
yang Pranap.. Pranap” kata bang Sitohang
Kemudian
kami pun naik. Kali ini bang Ucok yang bawa dari Medan. Karena biasa kan udak
Putra yang bawa dari Medan ini karena udak Putra libur jadi bang Ucok yang bawa
dari Medan.
“kalian
duduk di bangku CC ini aja Yuk” kata bang Sitohang
“emang
penumpangnya naik dari mana?” kata saya
“dari
arah Lima Puluh sana” kata bang Sitohang
“ooo”
kata saya
“yok
foto kita dulu, team kepur MD” kata bang Sitohang
Bus berhenti sebentar di gang Dame, karena nang udak
(istri udak Putra) mengantar air mineral untuk para kru di MD, Saya dan kak Iin
saja di kasih air mineral tersebut.
“lho kenapa
berhenti Yu” kata bang Putra
“istri udak
Putra kasih air” kata saya
“ooo” kata bang
Putra
“nah Pe minum
mu” kata bang Sitohang memberikan botol air tersebut ke bang Putra
“udah taruh aja
situ” kata bang Putra
“gak mau minum
kau rupanya?” kata bamg Sitohang
“mau, taruh aja”
“pegang la ini.
Mana tau kau haus nanti payah pula” kata bang Sitohang
“oo emang la MTG
ini” kata bang Putra
“kalian kongsi
aja ya” kata bang Sitohang
“ya kami dapat
juga. Kan kami kepurnya dekat” kata saya
“iya, mana tau
haus kelen nanti” kata bang Sitohang
Lalu kak Iin
yang menerimanya dan saya yang memegang airnya, dan kemudian kami bercerita
lagi, kali ini bang Putra menjahili penumpang yang duduk di seat 2.Hahahaha
emang gak heran kalau kami, dimanapun pasti tetap jahil gak ketinggalan.Dan
saya bercerita dengan kak Iin, maklum saat ini kak Iin punya masalah dengan
suaminya yang juga teman kami di komunitas, jadi kami menganggap kak Iin bagian
dari keluarga kami juga.Dan akhirnya sampai juga di terminal Lubuk Pakam, saya
dan kak Iin pun bersiap turun.
“turun penumpang
pertama” kata bang Putra
“hahaha” kata
saya
“diajak gak mau”
kata bang Sitohang
“kerja lo bang
besok” kata saya
Sebelum turun
saya sempat berbicara dengan bang Ucok sebentar.
“duluan ya bang”
kata saya
“yach, gak ikut
sampe Pranap?” kata bang Ucok
“gak bang, besok
kerja. Besok la jumpa di Kopin kita” kata saya
“Ayoklah” kata
bang Ucok
“besok kita
jumpa bang di Kota Pinang” kata saya
Sebelum saya
pergi bang Sitohang juga sempat bilang
“Yuk” kata bang
Sitohang
“ya bang” kata
saya
“kata si Ucok
ada darah mu. Ayok ikut”
“hahaha, gak
bisa bang, besok kita jumpa di sana” kata saya
“ya la, kabarin
besok ya” kata bang Sitohang
“ya bang”
Lalu saya dan
kak Iin berjalan menuju Halte pemberhentian bus Mebidang. Dan kemudian kami pun
masuk ke bus tersebut. Kemudian kami memilih tempat duduk yang dibelakang yang
menghadap ke depan. Masih sepi penumpang jadi kami hanya bercerita saja.
“masih sering
RCT menghubungi kakak?” tanya saya
“gak kak, awak
udah gak pernah lagi komunikasi sama dia” kata kak Iin
“lha, kenapa
kak?” tanya saya lagi
“udah malas kak,
payah nanti cewek itu” kata kak Iin
“oo ya la kak,
teringatnya kemarin jumpa Paradep DD kakak mau ke mana?” kata saya
“oo itu, mau ke
Siantar kak” kata kak Iin
“ngapain kak ke
Siantar?”
“gak ada kak,
main-main aja. Ada saudara disana” kata kak Iin
“ooo”
“dulu awak
sempat tinggal di sana kak. Gak ada saudara di sana. Cuma ada tetangga yang
udah kayak saudara la. Jadi kalau ke sana singgah ke tempat dia, nginap pun”
kata kak Iin memperjelas lagi
“itu yang enak
kak. Ada yang mau di datangi kalau udah jauh” kata saya
“iya kak” kata
kak Iin
“oh ya kak, mau
tanya. Cowok yang sering kakak sebut itu cowok baru kakak? Atau lagi PDKT?”
tanya saya penasaran
“ooo itu kak,
bukan kak. Dulu cowok itu mantan awak.Tapi udah lama gak komunikasi. Pas awak
main ke Dumai kemarin itu jumpa lagi sama dia. Jadi komunikasi lagi kak”
“oo gitu
rupanya. Terus kakak sama RCT gmn kelanjutannya?” tanya saya lagi
“ini la kak,
awak masih bimbang. Orang tua awak udah gak suka awak dekat-dekat lagi sama
dia”
“payah la kalau
gitu kak. Tapi kan kakak masih sah jadi istrinya” kata saya
“itu la kak.
Bingung juga jadinya”
“ya sich kak”
Tak terasa
cerita kami sudah panjang lebar, dari mulai maslah pribadi sampai masalah
kerjaan.Dan tak terasa pula sudah hampir sampai di loket ALS.
“bang, loket ALS
ya bang” kata saya kepada supir dan krnet Mebidang
“ALS?” kata
kernetnya
“ya bang” kata
saya
Dan kemudian bus
berhenti dan kami pun turun.
“makasih ya
bang” kata saya
“ya sama-sama”
kata kernet bus tersebut
Kemudian kami
menyebrang ke Warjan.Dan duduk disana. Ternyata ada Reza dan Rezki juga di
sana. Bercerita bagaimana kalau besok touring ke Kota Pinang.
“touring kita
besok ke Kopin? Pulang naik MD” Kata saya
“berangkat MD
rupanya mbak?” kata Rezki
“ya Ki, kami
baru naik MD tadi ke pakam” kata saya
“kemana orang
itu? Pranap?” kata Rezki
“ya Pranap, PP”
kata saya
“mbak gak ikut?”
“gak, kerja
besok. Makanya ayok touring kita”
“naik apa kita
dari sini?”
“yang sampe la
ke sana”
“Darwis gak
disini pula”
“dimana dia?”
“berangkat
kemarin mbak”
“mbak pokoknya
ada gak ada diusahakan harus ada. Pala naik Barumun la minta Kepur” kata saya
“oo ya, minta
sama udak Suhardi” kata Rezki
“ya la, jelas
udah, makan di tanggung pasti. Pulang naik MD juga gitu”
“iya juga ya”
“kak, ini uang
naik Mebidang tadi” kata kak Iin
“ah, gak usah
kak, gak apa-apa” kata saya menolak uang itu
“ii kakak ini”
kata kak Iin
“macam betol
kali ya kak. Kan sekali-sekali kita tourpen” kata saya
“ihh kakak ini”
“wkwkwkwkwkwk”
kata saya
Lalu saya
bangkit membeli minum di sebelah.Sesekali jajanan anak kecil.Beli pop ice,
akibat si Reza beli jadi beli saya.
“Dil, pop ice la
1” kata saya
“rasa apa kak?”
“hmmmm, apa ya
bingung”
“bentar ya kak
awak buat yang ini dulu” kata Dila
“mbak satu la”
kata Rezki
“rasa apa?” kata
saya
“kakak beli
itu?” kata kak Iin
“ya kak. Mau?”
kata saya
“pakai ini aja
kak bayarnya” kata kak Iin
“alah, gak
apa-apa kak. Macem betol kali”
“gak enak awak
kak” kata kak Iin
“terserah kak
aja la. Mana baiknya, nanti awak bilang gak kakak gak mau hahahaha”
“kakak ini” kata
kak Iin
“rasa apa
jadinya kak?” kata si Dila
“coklat aja Dil,
kau Ki rasa apa?” kata saya
“mbak apa?” kata
Rezki
“coklat mbak”
kata saya
“coklat aja la”
“coklat tinggal
satu bang” kata Dila
“jadi apa yang
tinggal?” kata Rezki
“yang ada
Cappucino ini Ki” kata saya
“ya udah, itu
pun jadi” kata Rezki
Ya udah Dil,
coklat 1 cappucino 1. Kakak apa?” kata saya kepada kak Iin
“yang ini aja”
kata kak Iin menunjuk rasa Blueberry
Lalu kemudian
kami duduk kembali sembari menunggu pop ice itu dibuat.Dan kami bercerita
panjang lebar lagi. Ya namanya kalau udah kumpul kalau tidak cerita-cerita ya
tidak enak ya kan. Dan tidak berapa lama akhirnya pun minuman kami siap.
“sesekali minum
ini enak juga ya” kata saya
“kenapa gitu
mbak?” kata Rezki
“biasa kan kita
pesan kalau gak Aqua, Mandi(Manis dingin), Nurdin(Nutrisari dingin) paling
kopi” kata saya
“efek akhir
bulan gak?” kata Rezki
“hahahaha. Itu
juga, efek akhir bulan harus hemat” kata saya
“kak awak duluan
ya” kata kak Iin
“mau pulang
kakak?” kata saya
“ya kak, mau
pergi lagi sama kawan” kata kak Iin
“ooo, ya udah kak,
hati-hati ya kak” kata saya
“iya kak, duluan
ya kak, bang Rezki, bang Reza” kata kak Iin
“ya kak” kata
Rezki
“hati-hati kak
Iin” kata Reza
“begh si redo
ini” kata Rezki
“ahahahaha..
kalau redo gak heran mah” kata saya
Setelah kak Iin
pergi, kami pun melanjutkan lagi perbincangan.
“aku kuliah dulu
la ya” kata Rezki
“pergilah” kata
saya
“yach, masih
zaman kuliah Ki” kata Reza
“kau do buat
silap aja ya” kata Rezki
“ya kan betol
Ki. Masih zaman lagi kuliah”
“awas kau ya
dong” kata Rezki
Lalu Rezki pun pergi,
karena sudah terlambat juga. Tidak berapa lama bang Asrul pun datang.
“dari mana koh?”
kata saya
“dari rumah
tadi”
“oooo”
“koh Asrul gak
terlacak radar dia” kata Reza
“bah, buat silap
si Reza koh” kata saya
“kau ya dong”
kata bang Asrul
“ahahahha” kata
Reza
“mana si Jupe?”
kata bang Asrul
“tapi touring
naik MD ke Pranap”
“oh ya”
“touring kita
besok ke Kopin?” kata saya
“ke Kopin?”
“ya pulang naik
MD. Tadi bang Ucok udah ngajak, tapi karena besok kerja gak jadi la” kata saya
“ooo, lihat
besok la gimana. Tapi kayaknya gak bisa” kata bang Asrul
Sebenarnya ingin
sekali ke Pranap. Touring ke sana sekalian main ke rumah Widy (salah seorang
rekan bismania cewek di Medan Bisser), tapi udak Putra tidak memberi izin kalau
seandainya mereka perpal atau menginap, apalagi saya perempuan. Tapi jika tidak
perpal dia memberi izin.Sayang di sayang, ketika mereka berangkat tidak perpal
selalu saja waktunya tidak pas.Mungkin belum rezeki buat saya menginjakkan kaki
ke Pranap.Lintas di Riau juga baru sedikit saya jalanin. Paling jauh itupun di
Renghat, main kesana waktu tahun baru tahun 2015. Touring pp juga waktu itu,
tapi saat masih batangan udak Putra Halmahera dengan sebutan HO. Kapan saya
bisa menginjakkan kaki ke Pranap.
“bang Putra
turun ya” kata bang Asrul
“ya bang, mau
libur dia dulu kata MTG tadi. Mau pergi katanya”
“sama atok juga
ya”
“kalau itu
kurang tau, tapi kata MTG iya”
Tidak terasa
sudah mau maghrib, dan Fitri juga sampai di Warjan
“Jupe mana
mbak?” kata Fitri
“touring tapi
dia ikut MD ke Pranap?”
“mbak gak ikut?”
“tadi udah
diajak sama bang Ucok, tapi gak mungkin la, besok mbak kerja”
“oh iya ya, mbak
besok masih masuk”
“ya Fit, touring
kita besok?” kata saya
“kemana mbak?”
“ke Kopin aja”
“akhir bulan ini
mbak”
“cari yang kepur
la Fit” kata saya
“naik apa?”
“naik Barumun.
Kan bisa kepur. Makan jelas” kata saya
“ya juga ya
minta sama om Suhardi” kata Fitri
“udah suntuk
Fit, hampir sebulan gak kemana-mana. Pasca kecelakaan itu”
“emang tangan
itu udah baik?” kata Fitri
“belum sich”
kata saya
“belum sembuh
udah lasak aja” kata Fitri
“hahahahahaha”
“ketawa dia”
kata Fitri
“biarin weeek.
Gak aci angek” kata saya
“begh…” kata
Fitri
Tak terasa juga
cerita-cerita, Rezki pun sudah pulang dari kuliahnya. Dan saya pun pamit ke
bang Asrul, Reza dan bang Toink yang juga datang ketika menjelang adzan maghrib
tadi.
“jadi mbak besok
touring?” kata Fitri
“Insha Allah
jadi, ada gak ada diadakan Fit”
“bah, ngerinya”
“udah suntuk
Fit” kata saya
“jadi sama siapa
mbak besok?”
“sama siapa yang
mau aja la Fit, kalau Fitri mau ayok. Pulang naik MD kita” kata saya
“jam berapa mbak
berangkat?”
“paling kalau
jadi jam 5. Naik Barumun trip Pasir” kata saya
“ooo, awak mana
bisa. Pulang aja jam 6”
“gak terkejar la
Fit kalau itu”
“makanya itu”
Akhirnya sampai
juga dirumah, masih memikirkan besok jadi atau gak touring. Tapi hati kuat
berkata touring.Inilah kalau sudah biasa touring walau hanya jarak dekat. Pasti
kalau tidak touring sekali saja naik bis dalam sebulan rasanya bagaimana
begitu, tak terkataken kalau kata bang Putra.
“touring la
besok” kata saya
“kemana kakak?”
kata Dita sepupu saya
“ke Kota Pinang
Ta rencana”
“jauhnye” kata
Dita
“masih dekat itu
Ta”
“jadi
pulangnya?”
“minggu pagi
udah sampai disini lagi kok” kata saya
“capek kali kak”
“ya namanya
touring Ta, ya begitulah” kata saya
“payah la yang
anak bis ini” kata Dita
“hahahahahaha”
Dan hari Sabtu
pun tiba, ajakan si hati untuk touring semakin menjadi.Mau hubungin bang Putra
di jam pagi seperti ini pasti dia lagi bobomania mungkin di bis, atau bisa jadi
juga baterai handphonenya lagi habis.Galau saya pace.
“halo, dimana
kau?” kata bang Putra
“masih di
kerjaan bang. Kenapa?” kata saya
“jadi kau
touring itu?”
“Insha Allah
jadi bang. Kalau gak ke Kota Pinang sampe Ranto pun gak masalah la. Lihat sikon
nanti”
“naik apa kau
dari Medan?”
“belum tau bang”
“naik Barumun
aja kau yang jam 7 atau jam 5”
“ya bang, nanti
Ayu hubungi tulang Suhardi”
“oo, ya udah.
Nanti ku hubungi kau lagi ya”
“ya bang”
“ok”
Lalu telepon
berakhir.Setelah berakhir kemudian saya melihat bunda Fatimah tersenyum.
“ngeri kali anak
gadis ini” kata bunda Fatimah
“kenapa bun?”
tanya saya pura-pura tidak tahu
“belum sembuh
tangan itu udah mau touring lagi”
“hehehehe, habis
gimana bun, suntuk juga. Sudah lama gak touring” kata saya
“ya tapi tangan itu tengok oi”
kata bunda Fatimah
“hehehhe” kata saya nyengir
Dan kemudian saya pun bergegas
menuju rumah. Masih bingung memikirkan naik apa dari Medan, dan alhirnya saya
menghubungi tulang Suhardi.
“poster lang” kata saya melalui
chat WA
“mabes” kata tuang Suhardi
“oo, lang mau tanya kalau ke
Kopin berapa lang naik Barumun?” kata saya
“siapa yang mau berangkat?” kata
tulang Suhardi
“Ayu lang, hehehe” kata saya
“70 aja”
“gakm kurang itu lang, hehehe.
Lagi karam ini”
“ya udah 50 aja kasih nanti”
“yang trip Pasir berangkat jam 5
ya lang” kata saya
“ya”
“oke lang, nanti Ayu kabarin”
kata saya
“oke”
Lama juga saya memikirkan pergi
atau tidak. Sedikit bimbang begtu. Tiba-tiba bang Putra menelpon.
“dimana kau?” kata bang Putra
“rumah bang” kata saya
“jadi kau touring”
“belum tau bang. Tapi kayaknya
jadi”
“kalau jadi naik ekonomi aja kau.
Gakm usah ac”
“kenapa bang?”
“takutnya ga terkejar”
“iya sih. Jam berapa perkiraan
sampe Kopin rupanya”
“kalau yang ac aku takut lambat
nanti, gak terkejar kau sampai Kopin. Kalau ekonomi bisa”
“ooo, tapi agak oleng kapal bang”
“udah kau telpon Suhardi”
“udah bang”
“apa kata dia?”
“dia minta 70 awalnya. Ayu bilang
kurang jadi 50”
“bah, gak di kasih bdb kau”
“ahahahaha, gak tau, lihat nanti
la”
“ya udah, kabarin nanti kalau
gerak. Handphone ku lowbet”
“oke bang” kata saya
Dan saya pun bersiap-siap
“mau kemana kak?” kata adik
sepupu saya
“mau touring ta”
“ke mana kakak”
“biasa Kota Pinang”
“terus pulangnya”
“besok pagi juga udah nyampe
lagi”
“lha capek kali, sama siapa kakak
pulangnya?”
“namanya juga hobby Ta. Sama bang
Sitohang, udah janji tadi. Jupe semalam ikut orang bang Tohang ke Pranap.
Soalnya mereka PP.” Kata saya
“oooo. Perginya naik apa kakak?”
“naik Barumun ta”
“gratis la ya”
“bayar juga tapi sedikit”
“ooo”
Dan saya pun bersiap ala kadarnya
saja, seperti jaket Bismania dan tentunya si Sony DSCH300 alias kamera
tercinta. Dan saya minta tolong adik saya yang laki-laki untuk mengantar saya
ke loket Barumun. Ya walaupun bermacet sedikit tapi sampai juga. Ketika sampai
saa melihat ada bus yang mau berangkat ke Dalu-Dalu sudah terparkir.
“kau jangan pulang dulu. Tunggu
bentar” kata saya kepada adik saya
“ya. Lama gak?”
“gak, nanti kan kalau apa ku
blang”
“oo ya dah”
Lalu saya pergi ke bagian
ekspedisi dan bertanya ke pegawai disitu.
“tulang Suhardi mana bang?”
“di belakang”
“oke bang” kata saya
Lalu saya bergegas ke belakang
alias kantin loket Barumun.
“eh, ngapain kau Yu” kata udak
Mora
“biasa dak” kata saya
“lang, kalau pakai uang dulu bisa
kan, tadi ayu gak bisa narik lagi di atm karena tinggal 70”
“ya, mau berangkat sekarang Ayu?”
“kalau Ayu terserah sich lang”
“ayoklah” kemudian saya mengikuti
tulang Suhardi yamg ternyata ke bagian loket penumpang
“naik sama si Makmur aja kau”
kata tulang Suhardi
“yah, bang Makmur. Kemana bang”
“sehat kau?” kata bang Makmur
“sehat bang”
“mau kemana Ayu?”
“ke Kota Pinang dia, sama mu ya.
Ini uangnya” kata tulang Suhardi
“ayoklah, naik aja” kata bang
Makmur
“serius ini bang?”
“iya”
“ikut makan
nanti sama dia Yu” kata tulang Suhardi
“iya lang” kata
saya
Lalu saya pun keluar dan pamit ke
adik saya
“udah, pulang aja kau?” kata saya
“kenapa?” kata adik saya
“aku naik ini” kata saya
“oo, ya udah, hati-hati kau”
“ya, kau juga”
Dan kemudian saya menaiki bus
“duduk aJa suka mu Yu” kata bang Makmur
“oke bang, aman” kata saya
Penumpang di bis pada heran
dengan saya, kenapa bisa seakrab itu dengan kru, ya wajar
mereka tidak tahu saya ini siapa. Padahal saya orang biasa, seorang bismania
yang sering main ke Barumun dan sudah
dianggap keluarga oleh pihak Barumun karena serumpun. Hehehehehe
“Ayu otw bang, gak jadi jam 5.
Naik sama bang Makmur Ayu” kata saya memberi tahu bang Putra melalui chat WA
Dan saya pun mulai suntuk, mau ke
depan masih segan karena mereka pasti bakal sering berhenti ambil sewa dan
paket. Akhirnya saya menghubungi teman saya Restu.
“halo, poster pra”
“lagi diluar. Kenapa ente
dimana?”
“lagi di jalan”
“jalan mana?”
“biasa mau tourpend dulu”
“banyak uang itu”
“mana ada, pas-pasan la pra.
Suntuk aku pra udah hampir sebulan gak touring karena pasca tercampak itu”
“o iya la, sama siapa sist?”
“sendiri”
“pulang naik apa?” kata Restu
“biasa sama MTG. Makanya aku mau
tanya siapa kawan lita di Kopin”
“ada si Wahdi”
“tau nomornya pra?”
“gak ada”
“oalah sama aja”
“kau inbox aja dia via FB”
“iya juga ya. Okelah kalu itu. Ok
ya pra”
“yok, hati-hati sist”
“ok”
Dan akhrnya telepon pun berakhir.
Kemudian sayamenchat Wahdi via FB, tapi sepertinya lama respon dan akhirnya
saya memilh menchat bang Fauzi yang ada di Ranto.
“Assalamu’alaikum bang” kata saya
“Wa’alaikum salam, kenapa Yu”
“bang, rekan kita di Kota Pinang
siapa bang?”
“ada si Wahdi”
“disana dia ya bang”
“ya, kenapa itu”
“gak bang, ini kan Ayu lagi di
jalan menuju Kopin, mana tau sempat waktunya mau jumpa dia sebentar”
“ngapain Ayu ke Kota Pinang? Ada
saudara?”
“gak bang, biasa mau tourpend
bang.”
“ooo”
“ada nomornya abang?”
“ada”
“tolong kirimkan ya bang,
sekalian nomor si mail juga bang, mana tau gak sempat sampai Kopin kalau sampai
Ranto biar jumpa Mail”
“ooo, iya Yu. Abang kirim ini”
“oke bang. Makasih ya bang”
“ya Yu sama-sama”
“Assalamu’alaikum bang”
“Wa’alaikum salam”
Setelah bang
Fauzi memberi nomor Wahdi saya pun langsung mengirim pesan.
“Assalamu’alaikum,
Wahdi ini kak Ayu. Dimana posisi”
Kemudian tidak
berapa lama Wahdi kemudian menghubungi saya.
“Hallo kak”
“ya Wahdi”
“kenapa kak?”
“lagi dimana?”
“Kota Pinang,
kenapa kak?”
“kakak kan mau
ke Kota Pinang, jumpa sebentar nanti kita ya kalau pas waktunya sampai sana.”
“oo, bisa kak,
kabarin aja kak nanti. Kakak naik apa?”
“naik Barumun
Wahdi”
“yang jam berapa
dari Medan?”
“stengah 4 tadi”
“ooo, oke kak,
nanti awak tunggu. Kakak turun dimana?”
“SPBU sebelum
kota pinang dari medan, yang sebelah kanan”
“oo ya, ya..
aman itu kak”
“ok Wahdi”
“ok kak,
hati-hati kak”
“ok” dan telepon
pun berakhir
Hmmm, enak juga
ternyata bang Makmur yang bawa, kencangnya pas dan pasti nyaman la untuk ukuran
bis ekonomi ini. Pengen ke depan tapi segan sekali, ya jadinya saya duduk manis
saja sambil pasang headset dan degar lagu. Dan yang buat saya heran adalah
setiap penumpang ada yang naik di jalan tidak ada yang duduk di sebelah saya.
Ternyata oh ternyata memang disengaja oleh kru karena saya orang spesial.
Hahahahaha.
“jadi om
touring?” kata bang Asrul tiba-tiba WA saya
“jadi koh” kata
saya
“naik apa?”
“Barumun koh”
“nopin?”
“nopin kurang
tau, tapi bang Makmur yang cincunya”
“joss la ya”
“joss koh,
mantap la”
“okelah.”
“ok koh”
Sambil menikmati
jalan, si Mail tiba-tiba juga sms, tapi akhirnya kami chat via BBM
“lagi dimana
Mail” kata saya
“di Ranto. Oo
gitu, ke Kota Pinang gak singgah di Ranto, singgah la dulu”
“kalau nanti gak
sempat waktunya turun di Ranto la”
“jam berapa dari
sana tadi?”
“setengah 4
sore, biasa sampai ranto jam berapa dia?”
“biasa sekitar
jam 12 atau jam 1 malam itu”
“oo, berarti
sekitar segitu ya”
“ya”
“okelah, nanti
awak kabarin lagi ya”
“oke” dan chat
pun berakhir
Sekitar jam
hampir jam 10 malam bus memasuki rumah makan Gunung Sari 2 di Simpang Kawat.
Dan saya juga ikut turun dan mencari bang Makmur karena ada yang mau
dibicarakan juga.
“ayok makan kita
bro” kata bang Makmur
“serius ini”
“iya la, kau kan
buka orang lain. Gak bayar pun kau tetapnya ku ajak makan”
“hehehe” kata
saya nyengir
Dan kami menuju
meja makan khusus para kru bus disitu.
“duduk bro” kata
bang Makmur sambil memanggil pegawai yang ada disitu
Ini baru namanya
Romantis(Rokok Makan Gratis) karena saya tidak merokok jadi saya sebut
Mantis(Makan Gratis), hehehehe.
“makan Yu” kata
bang Makmur
“ya bang” kata
saya
“jangan
malu-malu. Mau minum apa?”
“nanti aja bang.
Yang lain mana bang. Gak kesini orang itu?”
“ada itu, nanti
ke sini. Minum apa bilang”
“siapa ini
bang?” kata pegawai disitu
“orang rumah.
Pesan minummu” kata bang Makmur
“manis dingin
aja bang” kata saya kepada pegawai tersebut
Dan lalu si
pegawai menulis pesanan minuman kami. Dan lalu bang Makmur berkata
“kalau gak ku
bilang kau orang rumah gak dipedulikan nanti” katanya
“bah, aci gitu
ya” kata saya
“ya, gak percaya
kau kan”
“percaya gak
percaya” kata saya
“habis ini ganti
la ya bang”
“iya, gantian”
“joss juga gak
bang, kayak abang bawa”
“joss juga itu.
Lihat aja nanti kalau gak percaya.” Kata bang Makmur
0 komentar:
Posting Komentar