Waktu itu tanggal 28 Desember
2016, menjelang akhir tahun. Saat itu cuaca masih bisa dibilang pagi, sekitar
jam setengah 10 atau 09.30 bang Putra menchat saya via WA.
“poster?” kata bang Putra
“rumah, kenapa bang?” kata saya
“warjan yuk”
“jam berapa?”
“sekarang la”
“oh, ya udah”
“tapi jemput aku ya”
“ok seep”
“oke, nanti kalau otw kabarin”
“ok bang”
Lalu saya pun bersiap-siap. Hmmm
kalau bang Putra ngajak ke warjan jam segini berarti dia lagi bosan bin suntuk.
Hahaha, saya sudah tahu bagaimana bang Putra. Lalu saya pun memeberitahu via WA
kalau saya akan on the way menuju rumahnya.
“bang, Ayu otw ya” kata saya
Lalu bang putra membalas pesan
saya “Yu, nanti aku tunggu depan gang, kau jangan ke rumah lagi”
“ok bang” kata saya
Kemudian saya pun keluar rumah
dan memacu kereta saya. Kebiasaan saya memang tidak bisa bawa kereta pelan.
Maunya ngegas saja. Tidak berapa lama saya sampai didepan gang rumah bang
Putra. Dan saya lihat bang Putra belum muncul, lalu saya WA bang Putra.
“Ayu udah di depan gang bang”
kata saya
Lalu tidak ada balasan, dan saya
mencoba untuk menghubungi bang Putra, baru mau melakukan panggilan bang Putra
keluar dari rumah, ya gak jadi deh meneleponnya. Lalu saya pinggirkan kereta, karena
saya berhenti tepat di pinggir simpang gang tersebut.
“apa cerita” kata saya
“gak ada. Suntuk aku di rumah”
“hmmmm. Curiga saya”
“ah, ngapain pula kau curiga”
Dan saya pun tertawa, lalu kami
pun pergi, tapi sampai di suatu jalan bang Putra melirik sana dan sini,
ternyata tujuannya adalah warung nasi.
“Yu, tolong belikan aku nasi”
“sini uangnya”
“kau gak makan?”
“gak bang, masih kenyang”
“ya sudahlah”
“pakai apa?”
“ayam aja, jangan lupa airnya”
“oke”
Kemudian saya pergi ke warung
tersebut, dan memesan nasi sesuai pesanan bang Putra. Dari tadi yang jaga
warung lihatin saya sama bang Putra, tapi lihat saya senyum-senyum. Saya kalau
yang begitu sudah maklum. Mungkin mereka pikir kami punya hubungan. Ya jelas
kami punya hubungan, hubungan persahabatan, hahahaha. Setelah itu saya kemudian
kembali ke kereta dan kami langsung ke warjan.
“nek, aqua dingin 1”
“ya, berdua aja kelen”
“ya mak” kata saya
“ooo, pagi kelen, biasanya sore”
“ya mak, gak apa-apa, mak Aqua
nya 1 lagi” kata saya
“ya nak”
Lalu mak warjan memberikan 2 aqua
dingin. Dan bang Putra pun makan.
“lapar awak ya” kata saya
“ya, lapar kali aku” kata bang
Putra
Lalu kami bercerita sampai bang
Putra selesai makan. Dan lalu
“coba tanya SA dimana, kalau di
Mabes biar ke Mabes kita, mana tau bisa kopi gratis kan. Mau mengkopi dulu ini,
ngantuk sudah” kata bang Putra
“bentar Ayu WA dulu ya.” kata
saya
Lalu saya menchat Tulang Suhardi
“poster lang?” kata saya tapi
chat bertanda ceklist 1, berarti belum masuk
“gak masuk bang” kata saya
“coba kau telepon” kata bang
Putra
Lalu saya menghubungi Tulang
Suhardi.
“halo Lang, dimana?” kata saya
“di simpang limun sebentar” kata
Tulang Suhardi
“ooo, gak ke Mabes?”
“bentar lagi”
“kami di Warjan ini, nanti kalau
udah di Mabes kabarin ya lang”
“ya nanti”
“oke lang”
Lalu telepon saya akhiri
“dimana dia?” kata bang Putra
“di simpang limun katanya”
“ngapain dia di sana?”
“kurang tau bang”
“ke mabes gak dia?”
“kata dia ke mabes”
Tidak berapa lama ngomong tentang
Tulang Suhardi, tiba-tiba muncul dia.
“kenapa? Di simpang limun aku
tadi” kata tulang Suhardi
“ke mabes gak? Kami mau ngopi”
kata bang Putra
“inilah mau ke sana. Ayoklah”
kata tulang Suhardi
“ikutlah, mabes kita?” kata bang
Putra
“ayoklah” kata saya
“aku duluan ya” kata tulang
Suhardi
“ya duluan la abang” kata bang Putra
Kemudian kami menuju Mabes Medan
Bisser yang ada di Loket/Pool bus Barumun. Setelah sampai kami langsung ke
kantin belakang yang biasa kami juga duduk kalau pas kumpul di sini.
“eh, makin aja ya” kata bang
Makmur supir Barumun nopin berapa saya lupa, karena dulu dia bawa Nopin 595
tapi sekarang tidak disitu lagi
“hahahaha” kata saya
“kapan lagi” kata bang Makmur
“doakan aja bang” kata saya
“jangan kau lamakan lagi, udah
mau akhir tahun ini. Bentar lagi 2017”
“hahahaha.. ya bang” kata saya
menghampiri bang Makmur
“sehat kau kan?” kata bang Makmur
sambil berjabat tangan
“sehat bang, abang sehat?”
“sehat”. Mau ke mana kelen?”
“gak ada bang, mau disini dulu
sama tulang Suhardi”
“oh, ya la katanya”
“dalam dulu ya bang” kata saya ke
bang Makmur
“ya” kata bang Makmur
Kemudian saya dan bang Putra
masuk ke ruang dalam bagian kantin, dimana ruangan itu biasa kami gunakan jika
acara kopdar bulanan Medan Bisser. Dan kami pun kemudian duduk.
“pesan apa kelen? Kopi?” kata
tulang Suhardi
“kopi la” kata bang Putra
“Ayu apa?” kata tulang Suhardi
“hmmmm apa ya. Kopi pun jadi la”
kata saya
“yang mana? Biasa atau yang
berat?” kata tulang Suhardi
“yang beratnya la” kata bang
Putra
“kau Yu?” kata tulang Suhardi
“yang biasa aja la” kata saya
“ah masa yang biasa? Cemen la”
kata bang Putra
“begh ngejek. Yaudah yang berat”
kata saya
“oo kak Ratna” kata tulang
Suhardi memanggil yang jual kopi di kantin ini
“apa itu bang?” kata kak Ratna
“kopi macam biasa 2. Yang seperti
aku punya ini la” kata Tulang Suhardi
“2 kopi ya” kata kak Ratna
Lalu tidak berapa lama
kopi pun datang ke meja kami. Dan kami lalu bercerita
“ke BNI simpang limun aku tadi”
kata tulang Suhardi
“ngapain abang?” kata bang Putra
“uang ku belum cair rupanya. Ku
cek tadi gak bisa”
“lha kok gitu”
“itu la belum masuk”
Lalu kami berganti topik, dan
tiba-tiba tulang Suhardi bilang
“ikut kelen ke Belawan nanti?”
“ngapain?” kata bang Putra
“mau ngantar proposal”
“jam berapa lang?” kata saya
“nanti la jam setengah 1”
“naik apa kita?” kata bang Putra
“naik mobil”
“ikutlah” kata bang putra
“boleh juga itu” kata syaa
“tourpen dulu boleh la. Suntuk
juga disini” kata bang Putra
“makanya itu ku ajak” kata tulang
Suhardi
Boleh la touring pendek dulu,
daripada gak tahu mau ngapain kan. Tidak berapa lama bang Putra membaca pesan
char WA-nya dan berkata
“engkong WA ini” kata bang Putra
“apa katanya?” kata saya
“dia tanya dimana”
“jadi abang bilang”
“ku bilang di Mabes, ku ajak ke
sini dia”
“ia bilang aja ke sini. Cak tanya
dimana koh asrul” kata saya
“udah di MJ dia”
“siapa?” kata tulang Suhardi
“cincu bang”
“kalau si Asrul gak telacak radar
itu. GPS nya tingkat tinggi”
“hahahahaha. Gak terlacak radar.
Kadang dimana dan udah dimana” kata saya
“ya gak terlacak. Nanti bisa aku
di depan, terus di bilangnya dimana abang. Ku bilang aku di mabes. Dia bilang
udah di depan bintang cosmos depan” kata tulang Suhardi
“cincu la pulanya” kata bang
Putra
Tidak lama setelah kami cerita
tulang Suhardi bilang
“gerak kita? Udah setengah 1 ini”
kata tulang Suhardi
“ayoklah” kata bang Putra
Lalu kami berjalan “bang, mana
koh Asrul, katanya udah di Mabes?” kata saya ke bang Putra
“entah, katanya udah disini, tapi
gak nampak”
Lalu kami masuk sebentar ke ruang
Ekspedisi Barumun. Ruangan itu juga biasa kami kunjungi karena biasa tulang
Suhardi disitu.
“bang lihat itu” kata saya
menunjuk ke pengumunan di depan pintu ekspedisi
“lha, berarti kita gak boleh Yu”
“boleh bang, tambahkan dikit
kecuali Medan Bisser” kata saya
“hahahahaha”
“kenapa itu?” kata tulang Suhardi
“bacaan itu bang” kata bang Putra
“ooo, ya kalau gak dibuat gitu
payah nanti”
Kemudian bang Asrul pun datang.
Kami pun mengajak koh Asrul untuk ikut tourpen, tapi ditolak oleh bang Asrul.
“ikut koh?” kata bang Putra
“kemana?” kata bang Asrul
“Belawan sama SA” kata bang Putra
“ngapain?”
“ngawanin SA aja, daripada
suntuk”
“ooo, gak la. Aku lagi nunggu
orang”
“mau ngapain?”
“ada yang mau dikasih”
Tidak berapa lama lalu tulang
Suhardi mengajak pergi
“yok, gerak kita” kata tulang
Suhardi
“ayoklah. Pergi dulu koh” kata
bang Putra
“yok”
Lalu kami pun berangkat via Tol
Amplas. Dan seperti biasa
“selfi kita dulu” kata bang Putra
“begh” kata saya
“bang, tengok ke belakang” kata
bang Putra
Lalu..
“baru kali ini main ke Belawan
lagi setelah sekian lama” kata bang Putra
“lha?” kata saya
“ya Yu, terakhir pas yang
roadtest Barumun itu la” kata bang Putra
“lama kali la itu” kata saya
“kapan bang yang Barumun keluar
itu?” kata bang Putra ke tulang Suhardi
“udah 3 tahun la” kata tulang
Suhardi
“pas, udah 3 tahun itu” kata saya
“pokoknya itu la” kata bang Putra
Dan kami bercerita sepanjang
perjalanan, dan tak terasa sudah memasuki gerbang tol Belawan
“disini kita terakhir itu” tunjuk
bang Putra lewat gerbang tol tersebut
“pas setelah ini” kata saya
Lalu memasuki daerah Belawan,
kami menuju canang atau area PLTD PLN Canang. Dan memasuki daerah tersebut
memang sedikit terlihat begitulah, dan dikelilingi tanaman bakau, karena area
muara menuju laut. Sampai di TKP melewati 2 pos penjagaan atau pos satpam,
sungguh ketat penjagaan.
“kalian ikut gak?” kata tulang
Suhardi
“abang aja la. Kami disini aja”
kata bang Putra
“ya lang, kami disini aja” kata
saya
“tunggu ya, gak lama aku. Kalau
kalian mau foto, foto” kata tulang Suhardi
Lalu kami keluar dari mobil dan
melihat sekitar, tepat di depan kami ada muara yang menuju ke laut. Dan kami
melihat ada yang mancing di situ. Kami pun melihat sekitar.
“yok Selfi kita” kata bang Putra
Dan kami pun kemudian wefie.
Kalau kami gak heran, dimana-mana wefie kalau udah touring berdua atau
rame-rame.
“orang itu kok bisa masuk ya?”
kata bang Putra
“mungkin orang sini kali bang”
kata saya
“tapi kan Yu, gak sembarang orang
masuk sini. Darimana ya masuknya”
“oo, dari situ bang” kata saya
“mana?” kata bang Putra
“itu yang kawat terbuka” tunjuk
saya
“oo iya ya, dari situ rupanya.
Situ kita yok”
Dan kami berpas-pasan dengan
orang yang mancing tadi.
“banyak dapat bang?” kata bang
Putra
“gak bang, segini aja” kata
lelaki tersebut
“lumayan itu” kata saya
“sana kita yok Yu” ajak bang
Putra
“boleh” kata saya
Begitu mau jalan ke arah situ
terjadi sesuatu hal yang tidak seberapa tapi malunya sangat seberapa.
“yach, temberam. Aduh...
hahahahaha” ejek bang Putra
“goyang pace”
“ah, nampak kali belum sarapan”
“udah ya”
“hati-hati kak” kata lelaki tadi
“ya bang” kata saya
“gak apa-apa kau kan?”
“gak bang. Ucapan selamat datang
mungkin”
“yakin. Gak apa-apa kan?”
“yoi, bang muat gak kita masuk
ini?”
“muat. Kau pegang dulu ini” kata
bang Putra sambil memberikan tas sandangnya
Dan ternyata emang bisa masuk
kalau kita miringkan badan saat masuk ke lubang pagar kawat tersebut.
“bisa kan” kata bang Putra
“hmmm, ok geser dikit abang. Biar
Ayu masuk” kata saya
Lalu saya masuk, dan kami
memandang sekitar. Wah lumayan la.
“pantes bisa masuk mereka, orang
kerja disini” kata bang Putra
“kalau gak orang sini mana
mungkin bisa masuk sini bang” kata saya
“lumayan la untuk menghilangkan
suntuk” kata bang Putra
“ya, laut sejauh mata memandang”
kata saya
“foto Yu, ayok” kata bang Putra
“ayok, wefie kita” kata saya
Lalu kami pun foto dan bang Putra
tidak mau ketinggalan untuk foro sendiri.
“fotokan aku dulu Yu”
“sini Ayu fotokan” kata saya
Setelah memfoto bang Putra gilian
saya.
“sini Yu, ku fotokan kau” kata
bang Putra
“aku agak trauma kalau dekat laut
ini” kata bang Putra
“kenapa bang?” kata saya
“udah pernah hp ku mati karena
masuk air laut”
“kapan itu?”
“ada waktu itu, kalau gak mana
mungkin jim Iphone ku itu”
“ooo, Iphone abang yang rusak
itu”
“ya” kata bang Putra
“kalau kena air asin wassalam la
bang” kata saya
“udah yok Yu” kata bang Putra
“ayoklah” kata saya
Lalu kami keluar dari muara itu
dan kembali ke parkiran. Dan duduk di besi yang ada di dekat situ. Dan sambil
duduk kami buka Facebook, dan kebetulan isi di FB semua tentang bus Halmahera
yang baru sedang berada di Pekanbaru dan akan melakukan perjalanan pulang ke
Medan. Kemudian kami berbicara dengan supir yang menghantarkan kami. Ternyata
supir tersebut supir Grab, dan dia tertarik berbicara tentang bus. Hanya
sepertinya dia hanya mengamati dari luar saja. Maklum saja dia bukan pecinta
bus.
“orang Opiee ikut ini bang” kata
saya
“kemana?”
“sampai bagan katanya” kata saya
“touring kita?”
“gak ada dana”
“ah, gak ada darah”
“ada bang, tapi dana yang gak
ada”
“coba tanya dari bagan langsung
atau gimana?” kata bang Putra
“kata Opiee perpal di Bagan bang,
subuh berangkat”
“itu dimana orang itu?” kata bang
Putra
“Kandis bang”
“gimana? Touring kita?”
“dana lo bang, kalau gak touring
kita”
Tidak berapa lama hp bang putra
berdering, ternyata ada panggilan masuk. Kalau dilihat dari ekspresi bang Putra
sepertinya kak Trisna. Bang Putra lalu menjauh dan sepertinya serius
pembicaraan. Lalu karena bang Putra menjauh jadinya berhenti pembicaraan dengan
supir tadi.
“lha, diam-diam aja dari tadi”
kata bang Putra setelah kembali dari teleponannya
“sama-sama serius buka sosmed
bang” kata saya
“ooo”
“siapa yang telepon tadi bang?
Kakak ya”
“ya. Taulah kau kan”
“ya.. ya.. ya...” kata saya
Tidak berapa lama kemudian tulang
Suhardi datang. Dan kami bersiap untuk pulang.
“balek kita yok” kata tulang
Suhardi
“udah siap bang?” kata bang Putra
“udah, ke bank dulu kita ya, baru
nanti makan kita. Lapar kelen kan”
“ya bang”
“tadi bisa aja kita makan dulu,
tapi takut nanti orang itu udah pulang. Besok udah libur pula”
“ya lang” kata saya
“alah, kok gak ku foto tadi ya”
“bus ini ya bang”
“ya, padahal tadi aku dekat sini”
“pulanya abang serius kali
teleponan tadi”
“ya pula ya”
“capek kali aku naik turun tangga
5 kali”
“apa bang? Emang ada lantai 5
gedungnya?” kata bang Putra
“siapa yang bilang 5 lantai? Mana
ada aku bilang” kata tulang Suhardi
“ada abang bilang”
“maksud om SA itu bang, naik
turun tangga 5 kali, bukan 5 lantai. Aduh lagi goyang apa cemana ini” kata saya
“ooo, bilang la”
“kan udah ku bilang” kata tulang
Suhardi
Dan kami menuju Bank BNI di area
Belawan, sambil mobil berjalan banyak yang kami ceritakan, terutama tentang
pekerjaan. Seru la pokoknya.
“Pelabuhan” kata saya
“nah lihat, banyak kali copet di
sini. Udah siap-siap semua orang ini ya” kata bang Putra
“udah lama gak ke sini” kata saya
“aku gak pernah lagi ke sini.
Sempat punya pacar anak sini gak la Yu” kata bang Putra
“kalau jadi dibangun Koridor 3
BRT Mebidang itu enak juga ya” kata saya
“emang udah pasti?”
“kata Irfan masih direncanakan”
Tak terasa sudah sampai di Bank.
“kalian ikut turun atau disini?”
kata tulang Suhardi
“sini aja la, eh ikut aja la”
kata bang Putra
“begh, silap Jupe” kata saya
“abang sendiri dulu ya” kata Jupe
kepada supir tersebut
“bentar ya bang” kata saya
Lalu kami pun turun, dan saya
langsung mencari om toilet om alias toilet, hahahaha.
“ada yang bisa dibantu?” kata
security Bank tersebut
“gak bang, sama kayak abang itu”
kata bang Putra
“bang, tolong pegang tas Ayu
sebentar, mau ke toilet dulu”
“sini” kata bang Putra
Lalu saya pergi ke toilet,
awalnya saya pikir ada orang didalam, ternyata tidak. Hahahahaha. Saya pun
langsung masuk dan hanya beberapa menit saya keluar.
“bersih toiletnya?”
“bersih” kata saya
“gantian dulu” kata bang Putra
Lalu setelah selesai kemudian
kami berdiri dan menuju tempat tulang Suhardi. Lalu kami tanya
“gimana?” kata bang Putra
“tolong ambilkan tas ku di Mobil
Pe” kata tulang Suhardi kepada bang Putra
Lalu bang Putra menuju mobil dan
saya menemani tulang Suhardi dulu.
“ngisi slip pengambilan ya lang?”
kata saya
“ya, harus ini dulu di isi” kata
tulang Suhardi
Tidak lama kemudian bang Putra
kembali lagi. Lalu kami bertiga berdiri di dekat tulang Suhardi, dikira kami
bodyguard kali ya, semua orang pasti melirik kami.
“nomor berapa antrian abang?”
kata bang Putra ke tulang Suhardi
“ini. Masih jauh” kata tulang
Suhardi
“udah lewatin aja, abang cuma mau
ambil aja kan pakai cek?”
“ya. Malas kali aku ngantri”
“udah lagi kosong itu, ke situ
aja” kata bang Putra
“ah, nanti kena marah” kata
tulang Suhardi
“gak lo, abang cuma mau
mencairkan aja kan?” kata bang Putra
“ya, mau ambil aja”
“ya udah, bisa itu”
Karena bilangan bang Putra,
tulang Suhardi akhirnya ke meja teller yang sedang kosong dan binggo akhirnya
tulang Suhardi bisa mencairkan dananya.
“ini medan bung” kata bang Putra
“hahahha, medan gitu lo” kata
saya
“di Medan bisa kau gitu,
Palembang jangan macam-macam, diusir kau terus” kata bang Putra
“hahahaha, Medan pula bang. Tapi
kok bisa uwak itu ya” kata saya
“karena kan dia pakai cek, orang
yang sudah pakai cek berarti bukan orang sembarangan” kata bang Putra
“ooo, ya la. SA kan bukan orang
sembarangan. hahahaha” kata saya
“lihat itu, kayak bukan ruangan”
kata bang Putra
“kenapa bang?”
“itu ruangan Kepala Cabang, mana
boleh orang sembarangan gitu masuk”
“iya juga ya, tapi ruangan dia
gitu”
“udah gitu berantakan lagi. Mana
boleh orang lain masuk Yu, data orang semua itu”
“ya juga bang, semua akses kan
ada di situ. Medan pula ya”
“itulah susahnya kalau sudah
banyak kenalan. Gitu kan, masuk suka-suka”
“ya sudahlah bang, biarkan saja
dia berkembang dengan sendirinya” kata saya
Tidak berapa lama kemudian tulang
Suhardi selesai
“udah, pulang kita yok” kata
tulang Suhardi
“udah siap?” kata bang Putra
“udah. Yok, tapi makan dulu kita
nanti ya”
“siap” kata saya
Lalu kami menuju mobil parkir
“kanan bang” kata bang Putra
kepada tulang Suhardi
Lalu kami masuk ke mobil dan kami
pun meninggalkan Bank tersebut
“kok rame kali polisi” kata
tulang Suhardi
“mau demon katanya” kata supir
kami
“ooo, ya la. Pantas banyak kali
polisi” kata tulang Suhardi
“disini masih kumuh daerahnya,
lihat itu gimana kondisinya. Tapi untuk ekonomi jangan tanya, disini pusatnya”
kata bang Putra
“ya la bang, kawasan industri
ini” kata saya
“rasaku ya, bangunan yang
tertinggi di daerah sini baru ini” kata tulang Suhardi menunjuk salah satu
gedung
“ya la lang, Bank Mandiri gitu
lo” kata saya
“iya pula ya, dia yang tinggi”
kata bang Putra
“bisa lawan arah sikit?” kata
tulang Suhardi kepada supir tersebut
“bisa bang”
“kita di warung itu aja, payah
kali kalau mutar lagi” kata tulang Suhardi
“rumah makan padang ya bang” kata
bang Putra
“ya, biasa disini kami. Rumah
makan uni” kata tulang Suhardi
Kemudian kami turun, dan tulang
Suhardi duluan menuju rumah makan itu, tapi..
“tutup pula” kata tulang Suhardi
“yach tutup” kata bang Putra
“ya, rumah makan mandailing aja
la kita ya” kata tulang Suhardi
“disitu pun jadi” kata bang Putra
Kemudian kami menuju mobil, tapi
ketika saya mau menuju mobil dan ke pintu tengah tiba-tiba..
“eits” kata saya, dan dapat
jackpot lagi sepertinya
“pelan-pelan kak” kata supir
tersebut
“ya bang”
Lalu saya menaiki mobil, dan
mengambil tisu untuk membersihkan kaki dan sandal yang kena tanah waktu jatuh
tadi.
“ooo, habis kebakaran bang” kata
bang Putra kepada tulang Suhardi
“mana?” kata tulang Suhardi
“itu abang lihat”
“oo iya ya. Pantes gak buka dia.
Udah la ke rumah makan mandailing aja kita”
Sambil membersihkan kaki dan
sendal kami melewati truck dan menoleh sampai kebelakang
“volvo cuy” kata saya
“volvo ah, udah lama gak lihat
truck volvo. Masih banyak volvo disini ya bang?” kata bang Putra
“kalau disini masih ada la,
banyak malah” kata tulang Suhardi
Dan kami akhrinya mengambil topik
tentang truck, dari mulai volvo, scania dan lain-lain, sampai akhirnya mau
keluar pintu tol.
“kita test drive ya fly over
sebelah kiri” kata tulang Suhardi
“test la” kata bang Putra
Lalu kami memasuki fly over yang
baru saja ditambah jalannya. Dan sepertinya masih kurang nyaman.
“bergetar ya” kata bang Putra
“kalau aku masih kurang ini” kata
tulang Suhardi
“masih bergetar, udah gitu bahaya
ini, apalagi lihat kalau udah naik ketemu ini dan dari sana kencang gak tau
udah la, selesai” kata bang Putra
Lalu kami sampai di rumah makan
mandailing, dan orang rumah makan ini udah tanda sama tulang suhardi dan kami.
Karena kami selalu ke sini.
“nasi empat. Pesan kalian pakai
apa?” kata tulang Suhardi
“pesan Yu” kata bang Putra
“abang pakai apa? Ayoklah tengok
ke sana” kata saya
Lalu kami melihat ke arah steling
untuk memilih lauk apa yang akan kami pesan
“udang seporsi kak sama telur”
kata bang Purtra
“itu ikan apa kak?” kata saya
“ikan nila kak”
“satu la kak nila” kata saya
“udang seporsi, telur dan ikan
nila ya” kata pelayan tersebut
Lalu kami kembali ke meja dan
duduk sambil bercerita
“udah kelen pessan?” kata tulang Suhardi
“udah lang” kata saya
“minum apa bang?” kata pelayan
tersebut
“jus pokat la 1 pakai es” kata
tulang Suhardi
“2 la” kata bang Putra
“Ayu apa?” kata tulang Suhardi
“jangan pula sama ya” kata bang
Putra
“hhhmmm apa ya, jus jeruk la kak”
kata saya
“pakai es kak?”
“pakai la kak, gak nikmat gak
kena es” kata saya
“abang ini apa?” kata saya kepada
supir tadi
“gak, aku air putih saja” kata
supir tersebut
Kemudian tidak berapa lama
makanan yang kami pesan datang dan kami pun makan, tetapi minuman yang kami pesan
belum datang. Ckckckck
“ambil duluan bang” kata saya
sama bang Putra
“ambilkan Yu” kata bang Putra
“cukup ini segini?” kata saya
kepada bang Putra, karena saya sedang mengambil nasinya
“dikit lagi” kata bang Putra
“ini cukup?”
“udah”
Kemudian kami pun mulai makan.
“coba ini Yu?” kata tulang
Suhardi
“ya lang” kata saya
Dan saya pun mengambil makanan
yang ditawarkan tulang Suhardi. Ooo mantap nian kalau makan di rumah makan
Mandailing ini. Hahahahaha. Bang Putra saja sampai tambah.tidak berapa lama
datang jus pesanan kami.
“gak ada rasa manisnya, pahit”
kata bang Putra
“ah masa?” kata saya
“iya, kau coba la” kata bang
Putra
“kurang gula kali”
“entah la, tapi yang jelas gak
enak”
“Ayu punya aja jus jeruknya agak
pahit, dimasukannya mungkin kulitnya dikit ini” kata saya
“ah masa?” kata bang Putra
“ya lo bang” kata saya
Setelah kami makan supir tadi pun pamit kepada kami
“saya duluan ya bang” kata supir
tersebut
“ya. Makasih ya” kata tulang
Suhardi
“ya bang, yok bang, kak” kata
supir tersebut kepada kami
“Put, tolong dulu tas ku di mobil
tadi” kata tulang Suhardi
Kemudian bang Putra pun mengambil
tas tulang Suhardi. Kami cerita sebentar lalu kami pun bergegas kembali ke
Mabes di loket Barumun.
“udah, gerak kita” kata bang
Putra
“ayoklah” kata tulang Suhardi
“yok, ke Mabes kita kan?” kata
saya
“ya la, ambil motor dulu” kata
bang Putra
Lalu kami berjalan menuju loket
Barumun, karena jarak tidak terlalu jauh juga. Ya hitung-hitung olahraga kecil
la. Hahahahaha. Lalu tulang Suhardi menuju kantin belakang.
“warjan kita yok” kata bang Putra
“warjan kita, ayoklah” kata saya
“bilang dulu sama SA” kata bang
Putra
Kemudian saya pamit kepada tulang
Suhardi
“lang, kami ke warjan dulu ya”
“ke warjan kelen”
“ya lang, makasih lang”
“yok” kata tulang Suhardi
“udah kau bilang?” kata bang
Putra
“udah bang”
“apa katanya?”
“iya katanya”
Lalu kami menuju warjan, tapi
sampai di warjan ada tekap lagi. Hufff kesalnya kami
“udah gak ada tempat” kata bang
Heri agen ALS
“hahaha, ya bang” kata bang Putra
Karena gak ada tempat kami pun
duduk di halte depan rumah makan Madina yang ada di sebelah warjan. Dan kami
berbincang berdua dan yang dibahas pasti apalagi kalau tidak......
“cak kau tanya sama Opiee. Orang
itu berangkat jam berapa tadi?” kata bang Putra
“kalau gak salah tadi siang di
Kandis mereka bang”
“udah dimana mereka? Coba tanya
perpal atau gimana orang itu” kata bang Putra
Lalu saya menchat Opiee
“Opiee, itu Halmaheranya perpal
apa lanjut jalan?”
“perpal kak”
“perpal bang kata Opiee” kata
saya kepada bang Putra
“perpal ya, jam berapa berangkat
dari bagan. Coba tanya” kata bang Putra
“ok bang” kata saya
“jam berapa berangkat Opiee?”
kata saya melalui pesan WA
“subuh katanya kak”
“subuh kata Opiee bang” kata saya
ke bang Putra
“subuh ya, touring kita? Ada
darahmu?” kata bang Putra
“darah touring ada, tapi uang
yang gak ada. Belum cair dana itu” kata saya
“belum cair rupanya?” kata bang
Putra
“belum bang” kata saya
“touring kita?” kata bang Putra
“bah, uang cuy”
“suntuk aku Yu” kata bang Putra
“jadi gimana?”
“kalau gak ada kita pinjam la”
kata bang Putra
“minjam sama siapa?”
“sama siapa kek, entah engkong
gitu” kata bang Putra
“begh, dasar”
“ayoklah, aku kalau dapat touring
aku Yu”
“hmmmm, Ayu segan kalau pinjam
sama engkong. Abang la”
“ku WA dia dulu ya, coba tanya
Opiee dia naik yang mana dia”
“ya bang, kalau gak salah sama
bang Galung”
“coba telepon Amdy, minta nomor
bang Galung” kata bang Putra
Kemudian saya menelepon Amdy
“hallo ito di mana?” kata saya
kepada Amdy
“ini siapa?”
“begh, Ayu lo to”
“oh, kenapa itu to?”
“abang ngomong la ke Amdy” kata
saya ke bang Putra
“kau aja lah”
“udah abang aja, Ayu gak pala
paham kali” kata saya
“hallo Amdy ada nomor si Galung
sama mu” kata bang Putra
“siapa ini?”
“Putra ini”
“ooo, Jupe. Ada bentar ku kirim”
“kirim via WA aja” kata bang
Putra
Kemudian Amdy mengirimkan nomor
bang Galung.
“simpan nomornya Yu” kata bang
Putra
“ya bang”
“pulang kita yok. Kita cari
pinjaman dulu” kata bang Putra
“ya udah, pulang dulu kita” kata
saya
Kemudian saya dan bang Putra pun
pergi dari warjan. Dan saya mengantar bang Putra ke rumahnya. Di jalan kami
cerita masalah untung touring gila ini. Sampai akhirnya di rumah bang Putra dan
ternyata di rumah bang Putra rame. Karena abang dan kakaknya kumpul.
“jadi gimana?” kata saya
“aku cari pinjaman dulu”
“terus Ayu gimana?”
“kau cari juga”
“apa pinjam sama SA” kata saya
“pinjam sama SA, gak usah
banyak-banyak, 200 cukup itu” kata bang Putra
“nanti Ayu WA dia”
“jangan kau WA, ke Barumun kau
langsung”
“segan bang”
“ngapain segan. Pinjam sama dia”
“ya udah, Ayu ke Barumun dulu ya.
Nanti Ayu kabarin abang” kata saya
“oke, hati-hati kau”
“ya bang. Titip salam sama mama”
kata saya
“ya” kata bang Putra
Kemudian saya menuju Loket
Barumun, sampai di sana saya parkirkan kereta dan menuju kantin belakang dan
tulang Suhardi masih ada di sana sendirian.
“kenapa itu bere?” kata tulang
Suhardi
“ada la tulang” kata saya
“jadi kalian touring?”
“ini la lang, lang boleh pinjam
uang?”
“berapa?”
“200 aja lang. Boleh?”
“boleh, pakek la” kata tulang
Suhardi kemudian memberikan uang itu
“makasih lang, pinjam dulu ya
lang”
“ya”
“naik apa kalian dari sini?”
“itu belum tau lang. Ayu pulang
dulu ya lang”
“ya, hati-hati”
Kemudian saya mengambil kereta
dan pulang, sampai di rumah sudah hampir adzan maghrib. Dan saya pun bercerita
kepada orang tua saya dan pamit karena akan pergi lagi dan tidak pulang malam
ini.
“Pa, Ma, Ayu mau pergi ke Bagan
Batu” kata saya
“ngapain kau ke sana?” kata mama
saya
“mau nyoba bus baru Halmahera
dari sana” kata saya
“sama siapa?” kata papa saya
“biasa, sama Jupe. Ya Ayu pergi
ya” kata saya
“terserah mu” kata mama
“bah terserah ya Ma”
“ya udah pergilah, hati-hati kau
nanti” kata papa saya
“ya Pa”
Setelah itu saya segera mandi dan
saya pun mengabari bang Putra
“jam berapa ketemu di warjan?”
kata saya
“jam 8 aja?” kata bang Putra
“lama kali itu”
“jadi?”
“jam 7 ketemu di warjan kita”
kata saya
“ok.”
“Opiee, kami jadi berangkat ya”
kata saya menchat Opiee
“oh jadi kakak berangkat” kata
Opiee
“ya Opiee. Bilangkan sama bang
Galung ya nanti tunggu kami”
“ya kak”
Tiba-tiba bang Putra menghubungi
saya
“hallo Yu”
“ya bang, kenapa?”
“coba kau telepon si Madan,
berangkat dia malam ini. Bilang ada bangku kosong gak.”
“ok nanti Ayu hubungin bang
Madan”
Lalu saya menghubungi bang Madan
“hallo bang” kata saya
“ya ini siapa?” ini Ayu kawan Gilang
pangestu bang
“ooo, iya.. iya.. yang kemarin
itu ya”
“ya bang. Orang abang berangkat
hari ini dari Medan”
“oo, aku di Bogor pula. Jemput
unit”
“coba ke Loket aja, Supir 2 itu
yang bawa, si Pangaribuan. Tanya sama dia ada bangku gak. Bilang kawan Gilang,
kenal juga dia” kata bang Madan
“oo, gitu ya bang. Ok bang
makasih ya bang” kata saya
“ya sama-sama”
Kemudian saya menghubungi bang
Putra
“hallo bang” kata saya
“kenapa?” kata bang Putra
“si Madan gak di Medan dia”
“jadi di mana dia”
“di Bogor dia, jemput bus”
“ooo, jadi?”
“kata bang Madan, jumpain aja
Supir 2 nya si Pangaribuan nanti di sana”
“oo, ya sudah nanti kita jumpain”
“ok bang”
“oke ya nant ku hubungi kau” kata
bang Putra
Lalu telepon berhenti dan
melanjutkan packing sederhana pastinya, apalagi kalau bukan menyiapkan kamera
dan jajarannya. Setelah selesai saya chat bang Putra
“poster?” kata saya
“di rumah” kata bang Putra
“jam berapa ke warjan?”
“sepertinnya kita cancel dulu ya
Yu. Gak enak badan aku”
“sakit awak ya. Hahahaha. Jadi
batal ini kan. Kalau batal biar Ayu pulangkan duit SA besok”
“ya”
Lalu saya memberi tahu Opiee
kalau saya batal berangkat
“Opiee, kakak batal berangkat”
“ya kak”
“bilangkan sama bang Galung nanti
ya”
“ya kak”
Kemudian saya pun berganti
pakaian lagi. Dan mengajak adik saya untuk mengantar laundry. Kemudian orang
tua saya bertanya kenapa saya tidak jadi berangkat.
“gak jadi pergi?” kata papa saya
“gak Pa”
“kenapa?” kata mama saya
“Jupe sakit katanya” kata saya
“Ma, ini aja yang mau di Laundry
kan?” kata saya
“iya itu aja”
Lalu saya keluar, ketika mau
menghidupkan kereta tiba-tiba bang Putra menghubungi saya.
“dimana kau?” kata bang Putra
“rumah bang. Tapi mau ke laundry
sebentar. Kenapa” kata saya
“ayok berangkat”
“lho tapi katanya sakit.
Cemananya” kata saya
“tadi bang Asrul telepon aku, gak
enak jadinya. Kau hubungin Opiee nanti ya”
“ya bang nanti Ayu hubungi dia”
Lalu saya pun keluar rumah,
dengan mengendarai kereta seperti biasa saya pun sampai di tempat laundry dan
sambil menunggu laundry dihitung saya menghubungi Opiee.
“hallo Opiee”
“ya kak”
“kakak jadi berangkat ini”
“lho jadi kakak pergi?”
“jadi Opiee”
“subuh dari Bagan orang bang
Galung kan?”
“ya kak, subuh orang itu
berangkat”
“ok, bilang sama abang itu nanti
ya” kata saya
“ya kak”
“ok ya Opiee, nanti kakak hubungi
lagi”
“ya kak”
Dan telepon pun berakhir. Saya
pun kembali ke rumah dan kembali bersiap-siap untuk touring ke Bagan Batu dan
pulang naik bis Halmahera yang baru. Ada sekitar 6 Unit Halmahera yang turun ke
Medan. 2 Scania K410, 2 Scania K360, 2 SR-2. Unit baru semua. Ini enaknya jadi
Bismania, gak perlu susah buat naik bis baru, sebelum orang lain coba, kita
coba dia. Hahahaha. Dan setelah bersiap saya pun pamit kepada orang tua saya.
“katanya gak jadi” kata papa saya
“jadi Pa, beru di telepon lagi tadi”
“ooo, hati-hati la” kata papa
saya sambil memberi uang saku yang gak saya lihat-lihat langsung masuk saja ke
saku celana saya.
Kemudian saya pun segera meluncur
ke warjan untuk bertemu bang Putra dan bang Asrul. Tapi begitu sampai malah
yang ada kawan Medan Bisser, seperti Rezki, Fitri dan bang Toink dan bang
Posma.
“seehhh touring” kata Rezki
“touring gak ngajak-ngajak” kata
Fitri
“emang bisa Fit?” kata saya
“kan kerja”
“ya sich mbak”
“mbak nanti kereta taruh mabes
kan?” kata Rezki
“ya Ki. Kenapa?” kata saya
“bocor kereta ku mbak”
“lha kena di mana?”
“disitu”
“ini dia”
“masih baru kali kan mbak” kata
Fitri
“kayak baru di sebar ini” kata
saya
“ya mbak” kata Fitri
Tidak lama setelah cerita bang
Putra menghubungi saya
“dimana kau?” kata bang Putra
“warjan bang”
“kau titip kereta di Mabes kan?”
“ya, abang di mana?”
“otw aku”
“oke bang”
Dan telepon berakhir. Saya lanjut
cerita dengan Fitri dan bang Toink. Karena kebetulan Rezki sedang ke tukang
tempel ban untuk menempel ban keretanya. Tidak berapa lama cerita bang Putra
menelepon lagi.
“dimana kau?”
“warjan bang. Abang dimana?”
“Mabes, ke sini la”
“oke bang”
“mau ke mana mbak?” kata Fitri
“ke Mabes bentar Fit, jumpa si
Jupe” kata saya
“mana dia rupanya?”
“di mabes katanya”
“ooo”
“ke mabes bentar ya” kata saya
kepada Fitri dan bang Toink
“ya” kata bang Toink
Lalu saya pergi ke Mabes, begitu
sampai mabes bang Putra tidak kelihatan, begitu mau di hubungin dia muncul.
“taruhlah keretamu” kata bang
Putra
Lalu saya memarkirkan kereta saya
di parkiran belakang dan seperti biasa dan memberikan kunci ke bang Sani.
“bang. Ini kunci kereta” kata
saya
“yang mana keretanya”
“biasa bang, Scooppy”
“oo, besok jam berapa diambil”
“siang atau sore bang” kata saya
“ooo”
“titip ya bang” kata saya
Setelah menitipkan kereta saya
dan bang Putra jalan menuju warjan.
“katanya sakit. Kok tiba-tiba
jadi?” kata saya
“gak enak aku sama engkong. Di
teleponya aku tadi”
“pantes la”
“kalau gak mana la mungkin”
“ya juga ya”
“udah kau jumpain si Pangaribuan
itu?”
“belum bang. Gak tahu Ayu yang
mana orangnya”
“aku pun gak tau” kata bang Putra
Tidak berapa lama sampai kami di
warjan dan ternyata Rezki sudah ada di sana. Cerita sebentar kami lalu izin
sebentar ke loket Makmur.
“ayok Yu ke dalam kita” kata bang
Putra
“ayoklah” kata saya
Lalu kami nyebrang menuju loket
Makmur-Halmahera. Dan memang ada bus Makmur parkir di depan. Dan bang Putra
menyuruh saya bertanya.
“tanya la Yu” kata bang Putra
“gak kenal Ayu bang” kata saya
“aku pun gak kenal”
“jadi gimana?”
“itu dia kayaknya”
“ayoklah berdua”
Lalu kami pun berjalan berdua
menuju kru yang sedang berdiri itu.
“bang Pangaribuan ya”
“ya kenapa”
“kami kawanya Gilang bang. Tadi
telepon bang Madan katanya dia di Bogor” kata saya
“ya di Bogor dia. Kenapa itu?”
“ada bangku kosong bang? Kami
sampai Bagan Batu aja bang, 3 orang” kata saya
“kalau bangku kosong gak ada lagi
la”
“full ya bang” kata saya
“ya”
“depan gak ada juga bang? Soalnya
kami sampai Bagan aja, karena nanti dari sana naik sama bang Galung” kata bang
Putra
“Galung mana? O500R?”
“ya bang”
“gak ada lagi bangku kosong.
Kalau ada udah ku kasih pun. Coba ke belakang, mana tau masih ada. ada mobil
Dumai coba” kata bang Pangaribuan
“makasih ya bang” kata saya dan
bang Putra
“ya”
“gimana? Lihat ke dalam kita?”
kata bang Putra
“ke dalam la coba bang. Mana tau
ada”
Lalu kami berjalan ke dalam, yach
namanya musim rame kan jadi full sewa. Makanya bang Sitohang tidak bisa
mengajak saya dan kawan lain untuk kepur alias naik bus gratis. Karena sewa
sedang penuh dan nanti bingung mau letak saya dan lain gimana. Sampai ke dalam
ada bus Makmur O500R trip Dumai.
“kau jumpai krunya Yu” kata bang
Putra
“gak kenal Ayu bang”
“sama, itu dia krunya Yu. Yang
berkeringat itu”
Lalu saya menjumpai kru tersebut
“bang, ada bangku kosong lagi
gak?” kata saya
“naik di depan aja nanti kak”
katanya
“jangan naik aja bang, berapa
sampai Bagan Batu aja” kata saya
“berapa orang kakak?” katanya
“3 orang kami bang. Berapa?”
“180 la satu orang” katanya
Saya terkejut mendengarnya,
kemudian bang Putra melihat ke arah saya
“kenapa Yu?” kata bang Putra
“180 bang. Gimana?” kata saya
“gak kurang lagi itu bang?” kata
bang Putra
“gak bang, di loket 220 itu bang”
“gak usah kau bilang tau aku
segitu ongkosnya. Bismania kami ini” kata bang Putra emosi
“bah yang benar aja” kata saya
Lalu saya dan bang Putra pun
meninggalkan kru tersebut begitu saja. Kemudian kami melihat seorang kru juga
dan kami mencoba bertanya.
“coba tanya sama abang itu Yu”
kata bang Putra
“yang mana?”
“yang makan itu” kata bang Putra
Lalu saya dan bang Putra
menghampiri kru tersebut
“bang, mau tanya. Ini trip mana
ya?” kata saya
“extra duri” kata kru tersebut
“berangkat jam berapa orang
abang?” kata bang Putra
“jam 9 bang” katanya
“ada bangku kosong bang?” kata
bang Putra
“ada bang”
“berapa ke Bagan Batu bang?” kata
saya
“berapa orang rupanya?”
“3 orang kami bang?” kata saya
“pulangnya naik si Galung kami
bang” kata bang Putra
“Galung O500R ya”
“ya bang, udah janji sama abang
itu”
“jam berapa rupanya orang itu
berangkat dari Bagan?”
“Subuh katanya bang” kata saya
“jadi berapa ongkosnya bang?”
kata saya lagi
“jumpain aja itu kak. Itu
supirnya”
“yang mana bang?” kata bang Putra
“itu bang, yang pakai baju putih”
katanya
Lalu saya menjumpai supir
tersebut, tapi malu-malu.
’eh, ada apa?” kata supir
tersebut sambil menyalami kami
“bang” kata saya dan bang Putra
menerima jabat tangan supir tersebut
“bang, kami mau ke Bagan 3 orang.
Berapa bang?” kata saya
“berapa orang kelen?” katanya
“3 orang kami bang. Udah janji di
sana sama bang Galung” kata saya
“oo si Galung. Bawa O500R dulu dia
kan”
“ya bang” kata bang Putra
“jam berapa orang itu dari sana
rupanya?”
“subuh katanya bang”
“jadi berapa bang?” kata saya
“udah 100 aja per orang” kata
supir tersebut
“100 bang” kata saya kepada bang
Putra
“100, ya udah la”
“ya udah bang, nanti kami nunggu
di depan ya bang, yang warung depan itu” tunjuk saya
“ya, aman itu”
“makasih bang” kata saya dan bang
Putra
‘ya, sama-sama”
Lalu kami pun berlalu, tiba-tiba
saya menyenggol bang Putra
“bang, uwak itu lihat kita aja
dari tadi” kata saya kepada bang Putra bilangkan korlap Makmur-Halmahera pak
Mr. Enam atau Emer anam.
“makanya itu, aku dari tadi gak
mau lihat dia” kata bang Putra
“mungkin dia tau kita mau
sarkawi”
“hahaha, jangan kau lihat dia”
“ya bang” dan kami berjalan tanpa
melihat beliau
Ketika mau nyebrang kami melihat
cewek, kami fikir mau nyebrang gak tahunya gak. Hahahahah. Lalu kami sampai di
Warjan. Dan bercerita dengan Rezki, Fitri, bang Toink dan bang Asrul. Tidak
berapa lama Rezki dan Fitri pamit duluan tinggalah kami disini menunggu keberangkatan.
Sambil menunggu kami pun cerita. Ya banyak la di ceritakan. Sudah jam 9 tapi
bus Halmahera belum juga keluar, masih terparkir menuju gerbang keluar.
“lama ya keluarnya” kata saya
“masih di dalam dia?” kata bang
Putra
“masih itu” kata saya
“udah tenang-tenang aja dulu”
kata bang Toink
Dalam pemikiran saya bahwa kam
tidak akan sampai di Bagan, firasat saya mengatakan kalau kami akan jumpa
tengah. Tapi saya tidak bilang ke bang Putra dan bang Asrul. Tidak berapa lama
bus Halmahera yang kami tumpangi keluar dan memutar dulu, tepat di dekat warjan
bus mengklakson
“ayo itu dia bus kita” kata saya
Lalu kernet membukakan pintu
“pilih aja yang mana bangkunya,
banyak kosong” kata supirnya
Lalu kami masuk dan memilih
bangku. Ketika masuk kami melihat cewek yang tadi ketika mau nyebrang. Dia
duduk di seat 1. Sedangkan bang Asrul sudah pasti memilih bangku belakang.
“engkong pasti dibelakang” kata
saya
“mau tidur dia itu” kata bang
Putra
“hahahaha, lalap engkong gitu”
Kemudian kami duduk di seat
11-12. Seperti biasa saya duduk dekat bang Putra. Apalagi kalau kami tidak
cerita.
“boleh juga, lumayan kencang dia
bawa” kata bang Putra bilangkan supir 1 nya
“lumayan la””
“tapi gak sekencang itu la”
“hahaha, siapa BMC? Xenia
Bracha?”
“sok tahu BMC emang udah pernah
naik?”
“kalau sama bang Aritonang udah,
BMC yang bawa belum pernah”
Sambil cerita kami memperhatikan
2 cowok di depan bangku kami. Dari tadi mereka gak pernah diam, terlalu lasak
kami bilang.
“Yu” kata bang Putra menyenggol
saya
“ah, udah dari tadi itu bang”
“aku gak pernah gini kalau duduk
sama kawan ku, walaupun itu cowok”
“Ayu rasa tanda kutip aja la
bang”
“hahahaha... geli aku Yu”
“coba lihat bang Asrul gimana?”
kata saya
“udah buka kap dia”
“koh Asrul mah gak heran, candid
bang” kata saya
“ditutupnya pakai selimut” kata
bang Putra
Sambil cerita kami melihat
tingkah cowok di depan kami ini sambil geleng kepala lihatnya. Hahahaha.
Akhirnya bang Putra memilih duduk di sebelah cewek yang di seat 1.
“mana kamera mu Yu”
“mau ngapain?”
“video la. Gak kau lihat udah
dilewatin Chandra”
“hahahahaha”
Lalu bang Putra duduk di seat
tersebut, saya lihat bang Putra berkenalan dan bercerita dengan penumpang
tersebut. Dari gayanya sich saya agak tanda kutip juga. Tapi ya biarlah.
“mau ngapain kau?” kata bang
Putra
“ngecharger bang”
“gak nampak lagi Chandra itu
dimana?” kata bang Putra
“Chandra Scorpion itu ya”
“ya”
“mana la terkejar sama ini bang.
Gak abang lihat joss kali dia tadi” kata saya
Saya lihat cewek itu
memperhatikan saya dan bang Putra berbicara. Akhirnya saya memilih duduk di
bangku tadi, tapi lama-lama risih juga karena lihat 2 makhluk di depan ini.
Tidak bisa diam, mau tidur aja grasak-gerusuk. Ckckckckckck.. akhirnya saya
memilih ke toilet dulu, begitu saya kembali ke bangku salah seorang cowok itu
melihat saya. Akhirnya saya ambil handphone yang saya charger tadi.
“mau ke mana kau?” kata bang
Putra
“ngambil hp bang”
“bagus kau depan la”
“ah, gak enak la”
“gak apa-apa”
“abang la ke depan, nanti Ayu ke
depan” kata saya
“kau aja, kawanin supir itu.
Tidur kernetnya” kata bang Putra
“ah masa?” kata saya
“ya. Lihat la” kata bang Putra
“bah tidur dia” kata saya
“ke depan aja kau”
“udah bangun lagi dia bang”
“ooo”
“dia juga lapar ternyata” kata
saya
“hahahaha” tawa bang Putra
Lalu saya kembali ke seat saya.
Dan saya pun duduk. Tapi lama-lama bosan juga sich karena merasa jijik melihat
orang yang didepan saya ini. Huff. Akhirnya saya memilih berdiri dan...
“kamera mana bang?” kata saya
“ini, kenapa?”
“mau ke depan Ayu. Malas di situ”
“ooo, ke depan la, kawanin abang
itu”
Lalu saya pindah ke depan, dan
duduk di area supir.
“eh, ngapain?” kata Supirnya
“bosan bang di belakang. Disini
boleh ya bang” kata saya
“ya udah, duduk la”
“ngapain kelen ke Bagan?” kata
supir tersebut
“mau naik Halmahera yang Scania
itu bang. Udah janji sama bang Galung”
“ooo, dimana orang itu rupanya?”
“di Bagan bang, subuh katanya
orang itu berangkat dari sana”
“berapa unit rupanya?”
“Scania K410 2 bang, yang K360 4
terus yang SR-2 ada 4 sebenarnya. Tapi 2 dulu yang datang”
“siapa namamu?” kata supir
tersebut
“Ayu bang”
“ooo, udah nikah atau masih
kuliah?”
“belum nikah bang. Udah kerja
bang”
“ooo. Kenal sama anak bismania
juga”
“siapa bang?” kata saya
“ada bismania cewek juga”
“anak mana bang?”
“kalau gak salah kisaran?”
“kisaran???” kata saya
“ya, ada Ayu juga namanya”
“oooo, si Icha bang. Annisa
Rahayu Ningsih namanya”
“ya itu la. Kenal kau?”
“kenal la bang. Kenal kali pun,
kawan awak juga itu bang”
“ooo iya”
“kenapa bang?”
“iya dia sering juga itu ke
Dumai”
“oh iya” kata saya
Sambil bercerita saya melihat ke
depan. Sambil melihat bus yang ada di depan sambil juga jadi kernet sementara
karena kernetnya tertidur. Dan saya pun mengambil video. Tidak berapa lama
sampai di RM. Gunung Sari I. Berhenti untuk cek in.
“iya, istirahat kita dulu” kata
supir tersebut
“gorengan kak” kata kernetnya
“ya bang, makasih”
“masih panas ini”
“ya bang” kata saya
Sepertinya akan berganti supir 2.
Hmmmmm, tidak berapa lama naik Supir 2 dan juga cewek yang duduk di sebelah
bang Putra juga ke depan.
“kak, maaf ya. Saya merokok”
katanya
“ya kak gak apa-apa” kata saya
“kalau gak kakak di sini aja”
katanya
Lalu saya pindah dekat sekali
dengan supirnya. Tapi ada sesuatu hal yang terjadi yang buat saya kesal.
Sepertinya supir yang satu ini menganggap saya sama seperti cewek di sebelah
saya ini.
“kak boleh geser sedikit” kata
saya pada cewek tersebut
“oh ya kak” katanya
Lalu saya masuk ke dalam dan
menuju ke seat saya.
“lho kok masuk kau?” kata bang
Putra
“nanti Ayu ceritakan bang” kata
saya
Lalu saya kembali duduk, dan
tidak berapa lama bang Putra datang dan duduk di samping saya.
“apa yang mau kau ceritakan
tadi?” kata bang Putra
”oh ya, gak ada yang
gimana-gimana sich” kata saya
“ya apa”
“rupanya supir 1 nya kenal sama
Icha bang”
“Icha mana?”
“si Benot la, mana lagi”
“ooo, apa di bilang dia?”
“dia bilang kenal gak kau sama
anak bismania juga. Yang tinggal di Kisaran katanya”
“Ayu bilang kenal”
“gak kau bilang dia itu siapa”
“gak la bang. Ngapain juga. Dia
sering naik bus abang ini kayaknya” kata saya
“oooo, ku kira apa. Terus kau
kenapa masuk lagi?”
“sempit di situ bang. Dah gitu
kayaknya supir 2 nya agak gimana gitu”
“oooo, diapainya kau rupanya”
kata bang Putra sedikit naik emosi
“gak diapain. Tapi pas dia ganti
persneling itu sengaja di kenakkan dia ke kaki ini” kata saya
“ah masa”
“ya lo bang. Gak tau dia siapa
awak. Nanti Ayu tanya sama MTG siapa nama supirnya ini. Nanti Ayu adukan sama
Emer anam kena dia” kata saya jengkel
“ya udahlah. Ku juga udah malas
di depan” kata bang Putra
“kenapa bang?” kata saya
“cewek gak benar juga rupanya”
“ooo”
“aku salam dia, dimainkannya
tangan ku”
“hahahahaha” kata saya tertawa
“gak kuat aku Yu”
“begh, gak setuju Ayu kalau abang
ada maksud dengan cewek itu”
“kenapa pula kau gak setuju”
“mending cari yang lain deh bang.
Kak Trisna juga yang masih terbaik” kata saya
“ah, mana pula”
“ya.. ya.. ya.. Ayu paham bang”
“pindah ke belakang yok Yu” kata
bang Putra
“ayoklah” kata saya
Lalu kami menuju seat belakang,
kami lihat bang Asrul masih saja buka kap alias tertidur. Dan kami memilih seat
yang sejajar dengan bang Asrul.
“kau dimana Yu?”
“Ayu di sini aja bang” kata saya
Saya melihat bang Putra sedikit
gelisah
“kenapa bang?” kata saya
“gak enak bangkunya Yu” kata bang
Putra lalu pindah ke sebelah saya
“gak nyaman ya?” kata saya
“ya Yu. Maklum la bis lama.
Bentar lagi pun ntah gimana dia”
“ya maklum sajalah” kata saya
“aku tidur dulu ya” kata bang
Putra sambil mencoba menggeser kepala ke pundak saya
“ada bantal empuk kok gak
digunakan” kata bang Putra
“begh, gak ada sana” kata saya
Lalu bang Putra pun bergeser lagi
“bang, kayaknya gak cukup waktu
kita buat sampe Bagan”
“kenapa?” kata bang Putra
“udah subuh ini” kata saya
“ah biar aja, kalau kelewatan
naik yang lain” kata bang Putra
“begh”
“coba hubungi bang Galung” kata
bang Putra
“gak aktif nomornya bang” kata
saya
“ya sudahlah, kalau lewat naik
yang lain” kata bang Putra
Perasaan saya mengatakan kalau
bang Galung sudah berangkat dari sana. Dan ternyata ketika saya mencoba
memejamkan mata....
“kak, udah lewat orang si Galung”
kata kernetnya
Saya dan bang Putra pun terbangun
“ah serius bang” kata saya
“iya kak. Baru lewat itu”
“kelewatan kita”
“udah gini aja kak, awak telepon
si Darusman dulu. Masih dibelakang kayaknya dia” kata kernetnya
“ya bang” kata saya
Lalu saya pun berdiri untuk
menuju ke depan
“kong, bangun kong” kata bang
Putra
“kenapa?” kata bang Asrul
“udah kelewatan kita. Orang si
Galung udah lewat” kata bang Putra
“jadi gimana?”
“kata kernetnya lagi di telepon
si Darusman”
Lalu saya pun menuju area supir
lagi dan pas buka pintu..
“bentar ya kak. Orang si Darusman
di spbu itu” kata kernetnya
“sini sayang duduk” kata supir 2
tersebut
Dan saya terkejut mendengar itu,
ingin rasanya saya memaki dia tapi saya tahan. Kami tetap berdiri dan tidak
berapa lama sampai di spbu di daerah Cikampak.
“itu si Darusman. Berhenti bang”
kata kernetnya
“yang mana bang?” kata saya
“itu bisnya lagi parkir kak. Udah
kubilang tadi kak. Kakak bilang aja” kata kernetnya
“makasih ya bang” kata saya
“ya sama-sama kak”
“makasih bang” kata bang Putra
dan bang Asrul
“ya bang”
Lalu kami menuju bis, pas kami
lihat hanya kernetnya saja yang ada.
“bilang la Yu” kata bang Putra
“kok Ayu sich”
“kau la yang bilang”
“begh emang la abang-abangku ini”
kata saya
Lalu saya menjumpai kernetnya.
Keadaan sedang hujan semalaman
“bang, ada bang Darusman?” kata
saya
“lagi sholat dia kak. Kenapa?”
“kami mau numpang bang, tadinya
mau naik bang Galung, cuma kelewatan tadi”
“oh ya, orang si Galung duluan
kak. Bentar lagi abang itu siap kok kak” katanya
“makasih bang”
“gimana Yu” kata bang Putra
“bang Darusman lagi sholat bang”
“ooo”
“aku ke toilet dulu la” kata bang
Asrul
“aku juga la” kata bang Putra
“aku juga. Hahaha” kata saya
“ikut aja pun kau” kata bang
Putra
“begh, gak ya. Ayu memang dari
tadi HIV (Hasrat Ingin Vivis)” kata saya
Lalu kami bertiga ke toilet.
Tentunya saya paling akhir keluar. Hahahaha namanya juga perempuan ya kan,
pasti ada aja yang dibenerin. Lalu saya pun keluar.
“gimana udah siap abang itu?”
kata saya
“belum” kata bang Putra
Tidak berapa lama bang Darusman
pun keluar dan menuju bus.
“udah ke sana yok” kata bang
Putra
“ayoklah” kata saya
Kemudian saya buka pintu dan kami
menaiki bis. Bang Darusman juga sudah ada di bis.
“seat 2-1 ya” kata bang Asrul
“ya, tapi sempit juga ya” kata
bang Putra
Lalu kami pun duduk. Bang Putra duduk
sendirian di cc 1 sedangkan saya dan bang Asrul duduk berdua di seat 1-2.
“masih berplastik cuy” kata saya
“namanya baru” kata bang Putra
“kita pula duluan yang duduk di
sini” kata saya
“coba telepon MTG dulu” kata bang
Putra
“mau ngapain?” kata bang Asrul
“bilangkan kita naik si Darusman.
Kita sampai dimana jumpa si Galung” kata bang Putra
Lalu bang Asrul menghubungi bang
Sitohang, bertanya dia dimana. Mereka cerita tapi sepertinya ada yang dilupakan
bang Asrul.
“lha, udah gitu aja” kata bang
Putra
“jadi apalagi?”
“kok gak di bilang yang ku bilang
tadi”
“oh iya lupa aku. Bentar la ku
telepon lagi” kata bang Asrul
Kemudian bang Asrul menghubungi
bang Sitohang. Lalu bang Asrul memberikan handphone tersebut kepada kernetnya
dan terjadilah percakapan bahwa kami akan turun dimana bus bang Galung
berhenti.
“udah kan bang?” kata bang Asrul
ke kernet bang Darusman
“udah bang, aman itu” katanya
“udah la aku mau tidur dulu” kata
bang Putra
“begh” kata saya
“yah tidur kau” kata bang Asrul
“ngantuk koh” kata bang Putra
Lalu bang Putra pun
tidur, sedangkan bang Asrul pindah ke belakang dulu, mungkin dia mau tidur atau
mau telepon. Dan saya pun duduk manis, mau tidur sudah tidak bisa dan akhirnya
memilih untuk mengambil foto dan video saja.
0 komentar:
Posting Komentar