Kali
ini aku akan menceritakan perjalanan touring perdana saya yang mungkin cukup
menguji kesabaran selama di perjalanan. Sebenarnya ini touring perdana saya
pergi sendiri jauh, walaupun sebenarnya sudah pernah touring jauh yaitu ke
Rengat tapi itu pun dengan rekan saya yang kebetulan kru di salah satu bis.
Oke,
sebenarnya ini touring dadakan sich, karena faktor libur panjang tanggal 5-6
Mei 2016, jadi karena ada rezeki tanpa pikir panjang saya pun memutuskan untuk
ke Pekanbaru. Kebetulan ada banyak teman sesama pecinta bis disana dan tante
saya juga tinggal tak jauh dari kota Pekanbaru yaitu di Lubuk Sakat. Dan kebetulan
saya membeli tiket dimana beberapa jam lagi saya akan berangkat. Dan saya
memilih PO. Makmur sebagai transportasi saya.
“Pak,
pesan tiket ac untuk ke Pku malam ini?” kata saya
“untuk
ac sudah habis semua, yang tersisa ekonomi mau?”
“kira-kira
berapa ongkosnya dan jam keberangkatannya?”
“Rp.
165.000,- berangkat 19,30, cemana?” agak logat la dikit
“okelah
saya pesan 1 orang”
“bangku
tersisa yang belakang, mau yang mana?”
“no
31 aja”
Setelah
itu dia mencatat ke keterangan di tiket tersebut. Saya berfikir tidak masalah
kalau tidak naik ac, ekonomi pun jadilah. Goes to bumi lancang kunnig.
Tiket Makmur (Tiket keberangkatan)
Ini bis yang saya naiki, Makmur New Skyliner
Ketika
maghrib menjelang saya diantar oleh salah satu sahabat saya Rezki. Ketika
sampai diloket, saya langsung cek in dan melihat bis mana yang saya naiki. Dan
ternyata bingo saya dapat bis Makmur New Skyliner, kernetnya pun ramah, karena
dia tahu saya anak bismania. Touring pun dimulai. Mungkin karena saya pergi
tepat dimana malam liburan dan banyak orang yang juga keluar kota, begitu
keluar loket pukul 19.45 sudah dihadapkan dengan macet yang panjang sampai
lewat Polda, sekitar ± 2 jam hanya di sekitar Medan-Tanjung Morawa, lewat polda
jalan mulai lancar, tapi ketika masuk Kota Tebing Tinggi, kemacetan kembali
terjadi ± 1,5 jam hanya di kemacetan. Saya tahu semua penumpang resah, karena bis
ini bis ekonomi dan pasti sangat panas dan gerah. Dan sopir juga sebenarnya
tidak tahan, maka ketika keluar dari kemacetan dia langsung gas pool sampai di
Indrapura tepat di RM. Ladang Sari, bis hanya berhenti sejenak karena mengambil
penumpang dan cek in lagi. Tapi sayang karena tidak semangat dengan macet saya
memilih bobomania alias tidur. Setelah ganti supir 2 benar-benar diluar dugaan,
si supir 2 ternyata lebih mantap lagi, mengejar target agar tidak terlambat,
tapi bagaimana lagi, memang sudah sangat terlambat, yang seharusnya subuh sudah
di Kota Bagan Batu, malah sampai pukul 08.00 pagi.
Makmur saat berhenti di RM. Sherly kota Bagan Batu
Sekitar
pukul 08.20 pagi, bis mulai keluar dari RM. Sherly, dan langsung melanjutkan
perjalanan. Semua bis dari medan yang berangkat malam mengalami keterlambatan
sampai ke tujuan. Panas semakin terik saja, badan semakin gerah, apalagi bis
yang saya naiki ekonomi. Beberapa jam lagi sampai di Pekanbaru, karena saat
sampai saya akan di jemput oleh om saya jadi tidak begitu khawatir, karena
rencana saya akan turun di loket Makmur di Arengka. Tapi melihat kondisi jam
sepertinya tidak memungkinkan om saya menunggu lama, karena harus kembali
bekerja. Jadi saya berkomunikasi dengan salah satu rekan saya di Pekanbaru
yaitu bang Jeff. Dia tetap berkomunikasi dengan saya selama perjalanan
menanyakan sudah sampai dimana saya.
“Assalamu’alaikum
bang, lagi dimana bang?”
“Wa’alaikum
salam, lagi dirumah yu, kenapa?”
“Ayu
mau minta tolong bang, kalau dilihat dari jam sekarang sepertinya gak
memungkinkan om Ayu untuk menunggu, karena dia masuk kerja jam 3. Kira-kira ada
gak anak BR (disebut Bismania Riau) yang bisa ngantar ayu ke Lubuk Sakat”
“ooo,
emang Ayu sudah di mana?”
“kalau Ayu lihat jalan di daerah Palas bang,
kira-kira berapa menit lagi itu sampai?”
“ooo,
paling 15 menit lagi itu yu, abang hubungi Opiee dulu ya, tadi dia masih di
Terminal AKAP”
“ok
bang, nanti hubungi Ayu ya kalau sudah ada kabar”
“ok
yu”
Tidak
berapa lama saya kembali menelepon bang Jeff untuk menanyakan kepastian
“Halo
bang, gimana?”
“mereka
masih di AKAP, nanti ayu turun di Terminal AKAP saja, nanti jumpain Opiee sama
Risky, mereka menunggu Ayu di sana”
“Abang
gak ke Terminal?”
“nanti
jumpa di tempat Meetha saja yu”
“ok
bang, terima kasih sebelumnya bang”
“sama-sama
yu”
Dan
tidak berapa lama sampai juga di bumi lancang kuning, menginjakkan kaki pertama
kali di Terminal AKAP Bandar Raya Payung Sekaki.
“turun
disini jadinya? Gak di Arengka?” tanya kernet bis
“gak
bang, di terminal saja, kebetulan ada kawan juga yang lagi menunggu”
“ooo,
ya sudah”
“lha,
turun disini kau?” tanya supir bis
“ya
bang, ada kawan yang jemput”
“ooo
ya la, hati-hati”
“ya
bang, terima kasih ya bang”
“ya”
Setelah
turun ketemu dengan yang namanya Opiee. Dan kami berjabat tangan.
“Opiee
kak”
“Ayu”
“Risky
kak”
“Ayu”
“oh
ya kak, gimana perjalanannya”
“macet
ketika baru berangkat dari loket, sampai polda. Belum lagi macet di tebing tadi”
“ya
kak, banyak yang telat juga bisnya. Kak, kita ke tempat kak Meetha dulu ya. Kakak
istirahat disitu dulu” kata Opiee
“boleh,
oh ya bang Jeff mana?”
“nanti
ketemu di tempat kak Meetha kak. Tadi kami baru kumpul disini, baru pada
pulang, tinggal kami berdua”
“ya
tadi bang Jeff juga bilang baru dari AKAP, kira-kira ke tempat mbak Meetha berapa
menit dari sini?”
“sekitar
20 menit la kak”
“ooo,
gak jauh la”
“lumayan
itu kak” kata Opiee “ayok kak, kita gerak”
Oke,
setelah keluar dari AKAP, ini lah kota Pekanbaru, sibumi Lancang Kuning. Daerah
yang dapat dikatakan daerah melayu juga. Kesan pertama menginjakkan kaki disini
adalah benar-benar kota yang nyaman. Walaupun panas terik, tapi itu tidak
membuat jadi letih, karena banyak yang dilihat dan pastinya itu adalah bis. Hahahaha.
Jujur, sampai disini bahasa saya pun berubah jadi melayu sedikit.
Tidak
berapa lama sampai juga di warung mbak Meetha
“sendiri
saja yu”
“ya
mbak”
“jam
berapa dari Medan?”
“sebenarnya
19.30 sudah berangkat mbak, tapi telat 15 menit dari keberangkatan”
“ooo,
macet jalan?”
“macet
mbak, dari keluar loket sampai polda sekitar 2 jam macetnya, belum lagi di
Tebing sekitar 1,5 jam”
“ya
la, libur kan, eh mau minum apa kelen?”
“es
teh aja kak” kata Opiee
“Ayu
apa yu? Risky apa?
“es
teh kak” kata saya
“awak
juga la”
“ok,
es teh 3 ya, bentar ya” kata mbak Meetha
Sebenarnya
pengen hunting juga ditempat mbak Meetha, karena kan dibelakang warungnya itu
cucian bis Lorena dan Sampagul. Tapi karena badan masih capek jadi malas untuk
foto. Banyak juga yang kami ceritakan sebelum kawan-kawan yang lain datang. Tidak
berarapa lama datang Fadhil, Arie.
“eh,
makan dulu yuk kita, mau makan apa?” ajak mbak Meetha
“bentar
lagi aja mbak” kata saya
“ayoklah,
ke rumah makan sebelah aja kita, yok” kembali ajakan mbak Meetha
Tidak
enak juga kalau harus menolak ajakan orang, akhirnya kami ke rumah makan
disebelah warung mbak Meetha
“pesan
apa woi” kata mbak Meetha
“apa
aja boleh deh mbak”
Kemudian
mbak Meetha memesan, tidak berapa lama bang Jeff pun datang. Kembali bercerita
dengan rekan-rekan BR
“eh
yu, ke Lubuk Sakat di mananya rumah tantenya?”
“Ayu
gak tau pasti bang, dari alamat yang dikirim dari gapura itu sekitar 6 km lagi”
“wuih..
jadi siapa yang ngantar si Ayu ini. Jadi Opiee kan?”
“masa
Opiee sendiri bang”
“masalahnya
yu, dari sini ke Lubuk Sakat ± 30 menit. Dan 30 menit disini gak sama dengan di
Medan yu” kata bang Jeff
Setelah
selesai makan kami kembali ke warung mbak Meetha, walaupun diguyur hujan deras,
tapi tak apalah. Hitung ucapan selamat datang. Hahaha.
“oh
ya, kami besok ada rencana mau hunting di Minas, Ayu gimana? Mau ikut?”
“wah,
pengen sich bang, tapi kan Ayu malam ini harus nginap di tempat tante. Kan gak
enak juga”
“kalau
ayu mau ikut, subuh kita dari sini. Kalau dari tempat tante Ayu jam 3-4 subuh
la itu. Tapi siapa yang jemput? Daerah rawan juga itu” kata bang Jeff
“rawan
itu, apalagi gelap kali kalau malam” sambung Opiee
“Kalau
gak Ayu nginap tempat Meetha aja malam ini, besok diantar ke Lubuk Sakat”
“tapi
gak mungkin juga, itu ada titipan yang dibawa Ayu buat tantenya” kata mbak
Meetha
“pas
mbak”
“ya
udah, gini aja. Kita antar Ayu ke tempat tentenya terus kita permisikan dia
untuk besok” kata mbak Meetha
“ya
juga ya, besok kita jemput rame-rame”
“tapi
permisikan la dulu aku sama bos, nanti gak dikasih keluar” kata mbak Meetha
Dan
setelah berunding cukup lama, kami pun bergegas pergi ke Lubuk Sakat, satu hal
yang aku salut dari mereka, mereka punya rasa solidaritas yang tinggi. Sekitar 30
menit kemudian sampai di tempat tante. Mereka rehat sejenak di saung belakang
rumah tante. Sambil melanjutkan cerita kembali. Dan akhirnya mereka memutuskan
kalau ke Minas bareng hari sabtu dan hari Jum’at saya akan di jemput Opiee lagi
di sini.
“yu,
gini aja, ayu disini dulu besok, nanti hari sabtu di jemput Opiee lagi di sini.
Nginap di rumah Meetha aja” kata bang Jeff
“boleh
juga bang”
“ya
udah yu, nanti sabtu nginap tempat kakak aja”
“siap…”
Selepas
maghrib mereka pamit pulang dengan tante, dan saya mengucapkan terima kasih
dengan mereka.
“ok
yu kami pulang dulu ya” kata bang Jeff
“terima
kasih ya, hati-hati dijalan” kata saya dengan mereka
Bersambung ke bag 2
0 komentar:
Posting Komentar