Kali ini saya akan kembali
menceritakan touring saya. Dan pastinya touring gila besama bang Putra. Tapi
kali ini kami tidak berdua, ada rekan kami di Medan Bisser yaitu Dava. Dan ini
ceritanya.
Waktu itu antara tanggal 23 atau
24 November 2016. Kami berencana akan touring pendek. Saat itu saya dan bang
Putra berdiskusi via WA.
“touring kita hari sabtu? 206
berangkat” kata bang Putra. 206 adalah nomor pintu dari bus ALS trip Bukit
Tinggi.
“206 ya, mau kemana? PSP?” kata
saya (PSP=Padangsidempuan)
“kalau ke PSP nanggung kali Yu”
kata bang Putra
“jadi maksud abang ke Bukit?”
“ya la. Gimana?”
“kalau ke bukit Ayu gak deh bang.
Gak cukup waktunya”
“alah, kalau ke PSP tanggung Yu”
kata bang Putra
“jadi gimana? Kalau ke Bukit Ayu
gak bisa bang. Kalau abang mau ke Bukit gak apa-apa” kata saya
“ah, mana enak kalau aku sendiri”
kata bang Putra
“jadi gimana?”
“PSP ajalah”
“yakin?”
“ya”
“okelah, ke PSP kita”
Tapi tidak berapa lama kemudian
bang Putra WA kembali
“kalau kita ke PSP nanggung kali,
bagus ke Bukit”
“yang mana yang betul, tadi udah
fiks ke PSP. Ini mau ke Bukit”
“hahahaha”
“kalau ke Bukit gak bisa Ayu
bang. Satu waktunya dan yang kedua itu uang Ayu Cuma 300. Kalau Ayu pakai semua
terus nanti gimana ke depannya. Gak mungkin Ayu gak pegang uang kan”
“ya . tapi tanggung kali Yu”
“kalau abang mau ke Bukit ya udah
gak apa-apa. Ayu lain kali aja”
“kalau sendiri gak enak Yu”
“lha, terus maunya gimana?”
“PSP ajalah kita”
“ya udah ke PSP kita”
“besok jam 3 kau udah di Warjan
ya”
“ya bang”
Heran lihat bang Putra kok
sepertinya mau touring kali ini terasa bimbang. Memilih antara ke PSP atau ke
Bukit Tinggi. Biasanya dia itu tidak seperti ini.
“Bukit aja la kita besok ya?”
“hah. Yang mana yang betul ini.”
“kalau ke PSP nanggung Yu. Besok
206 soalnya”
“kalau ke Bukit Ayu gak. Abang
aja la”
“kalau sendiri aku malas Yu”
“nah terus mau gimana?”
“ya udah deh ke PSP aja kita”
“galau adeks abang buat”
“hahahaha..”
Itu-itu saja yang di bilang bang
Putra kepada saya.
“Bukit kita?”
“astaga.. yang mana yang benar?”
“hahahaha”
“Bukit, terus nanti ke PSP. Galau
adek bang”
“PSP ajalah”
“yakin? Ayu tau hati abang ke
Bukit kan?”
“hati aku ke dia la Yu”
“yeee, kalau itu Ayu tau, hati
abang buat kakak yang di Semarang”
“hahahaha. Itu tau”
“jadi yang mana yang benar?”
“PSP ajalah”
“ya udah kalau ke PSP. Awas kalau
ganti haluan lagi ya”
Dan kemudian ketika malam bang
Putra bilang lagi
“kalau ku tambahin ongkosmu mau
kau ke Bukit?”
“hmmmm. Bingung Ayu bang. Ayu
tanya papa sama mama dulu ya, boleh atau gak ke Bukit. Nanti Ayu WA abang”
“oke”
Kemudian saya bertanya kepada
orang tua saya. Dan mereka mengizinkan saya untuk pergi ke Bukit dengan bang
Putra. Karena mereka tahu kalau saya sering toruing dengan bang Putra. Dan
kemudian saya WA bang Putra.
“bang, oke besok ke Bukit kita”
“oke”
Ketika menjelang malam bang Putra
kembali chat saya via WA. Saya fikir dia mau merubah haluan lagi. Kalau itu
siap la dia saya marahi.
“Yu, kalau misalnya aku ajak Semi
gak apa-apa kan?” kata bang Putra
“ooo. Ya udah terserah abang
gimana”
“jangan terserah aku. Kau la
gimana”
“kalau abang mau ajak Semi ya
udah, ajak aja biar rame kita” kata saya. Semi adalah perempuan yang di kenal
bang Putra waktu kami pulang dari Siantar beberapa waktu lalu.
“soalnya aku ada janji kan sama
dia kemarin itu”
“ya udah, aman itu bang kalau
sama Ayu”
“oke Yu” kata bang Putra
“oke bang. Berarti kita gak jadi
ke Bukit kan?”
“gak la, ke PSP aja kita” kata
bang Putra
“oke bang” kata saya
Besoknya adalah hari touring.
Tapi sepertinya...
“Yu, kita cancel dulu hari ini
ya. Aku ada kerjaan”
“oke bang. Gak masalah”
“oke Yu”
Sayang banget touringnya batal
hari ini. Tapi tidak masalah bagi saya. Jadi saya masih bisa mengumpulkan uang
lagi untuk touring selanjutnya. Menjelang siang saya pulang dengan Bunda
Fatimah salah satu rekan saya bekerja. Dan kebetulan saat kami dalam perjalanan
pulang hujan turun.
“seh mau malam minggu dia.
Touring”
“gak jadi bun” kata saya
“kenapa Yu?”
“ada kerjaan kawan Ayu itu bun.
Jadi batal dulu”
“oo ya la Yu. Jadi batal
jalan-jalannya ini?”
“batal bun”
Dan setelah mengantar Bunda
Fatimah sampai simpang, saya lalu singgah ke Mabes Medan Bisser sebentar untuk
menyerahkan surat permohonan yang kemarin belum sempat terprint. Sampai di
rumah saya fikir bisa istirahat merenggangkan badan, tapi tiba-tiba masuk pesan
WA dari bang Putra.
“ketemu di Warjan kita jam 3.
Harus on time”
“waduh, ngeri bah. Ngapain?”
“datang aja. Jangan bawa kereta”
Kalau seperti ini saya paham
maksudnya. Berarti akan ada sesi touring dadakan sama dia. Dan kemudian saya
membalas pesan bang Putra.
“ya bang”
Karena kalau dari rumah akan 2x
naik angkot, maka saya menghubungi MTG alias bang Sitohang yang kebetulan
sedang berada di Binjai dan akan jalan ke Loket Makmur Medan.
“poster om?” kata saya (Poster=Posisi
Terkini atau sama dengan lagi dimana. Bahasa anak-anak Bismania)
“lagi di km 12 om. Kenapa itu?”
“dimana itu om?”
“Binjai om”
“ooo, mau numpang nanti om dari
simpang Tikun ke Loket” kata saya
“ooo. Oke om”
“perkiraan jam berapa di daerah
Ringroad itu nanti?”
“kemungkinan jam 2 la om”
“oke om, nanti kabarin kalau udah
jalan dari Binjai ya om”
“ok om”
Kalau sudah begini kan saya bisa
mengatur waktu untuk dari rumah naik angkot menuju simpang berapa lama. Dan
saya pun segera bersiap-siap untuk menuju touring. Tidak berapa lama saya pun
pamit dengan orang tua. Dan kemudian saya berjalan ke simpang untuk menunggu
angkot. Beberapa menit juga la saya menunggu, dan muncul juga angkotnya. Dan
angkotnya lamberta alias lama jalannya. Saya takut terlambat sampai simpang.
Karena tidak mungkin bang Sitohang yang menunggu. Karena dia di Bus, dan tidak
mungkin bus menunggu di simpang terlalu lama. Bisa dimarahi orang karena buat
macet jalan. Dan kemudian saya sampai di simpang. Memang hujan masih turun
walaupun gerimis manja alias gerimis halus.
“poster” kata saya kepada bang
Sitohang melalui WA
“kampung lalang”
“ok om, Ayu udah di simpang” kata
saya
Mungkin orang-orang yang ada di
sekitar tempat saya menunggu ini heran melihat saya. Dari tadi saya menunggu
juga tidak naik angkot mana pun yang lewat. Beberapa menit saya menunggu
akhirnya saya WA bang Sitohang lagi.
“poster om?”
“udah di ringroad om. Depan
komplek tasbih”
“oke om”
Dan setelah menunggu beberapa
lama kemudian, akhirnya si Makmur MD 28 datang juga. Orang heran lihat saya,
yang di stop kok malah bus. Hahahahha. Tapi apa peduli saya, saya kan bismania.
“eh ada engkong” kata saya kepada
bang Asrul. Ternyata bang Asrul ikut touring pendek ke Tanjung Beringin dengan
Makmur MD 28.
“udah gak ada uang mu rupanya Yu,
makanya naik MD ke warjan” kata bang Sitohang
“hahahahaha. Ada bang, tapi lagi
pengen naik bus, tourpen dulu”
“ku fikir gak ada. Biar ku kasih
ongkos mu”
“hahahaha”
“bentar lagi demo supir angkot
karena kau stop bus di simpang itu. Di lempar pula bus kami nanti, di bilang
orang itu sewa kami itu yang kau ambil”
“hahahahahaha” kata saya tertawa
Sampai di Loket saya pun turun.
“eh udak” kata saya kepada udak
Putra
“ya, ikut kau?”
“gak dak, sampai loket aja Ayu
dak” kata saya
Lalu saya bertanya kepada bang
Asrul.
“engkong ke warjan nanti?”
“ya duluan aja” kata bang Asrul
Lalu saya menuju warjan. Dan
duduk. Tapi saya heran mengapa bang Asrul tidak kunjung keluar dari loket.
Sampai si MD lewat dan ternyata bang Asrul ada di dalam. Sepertinya ikut
touring dia.
“dimana Yu?” kata bang Putra
melalui WA
“di Warjan bang” kata saya
“coba kau ke loket depan, jumpain
kru 206 itu, tanya berapa ongkosnya”
“segan Ayu bang”
“ngapain kau segan. Tanya berapa
sama mereka”
“Ayu gak kenal krunya. Kalau
kenal udah Ayu tanya”
“aku pun gak kenal, makanya aku
bilang ke kau”
“ya udah, Ayu ke depan”
“oke”
Dan kemudian saya ke Loket ALS,
saya masuk ke dalam dan saya lihat 206 sudah terparkir di Area keberangkatan.
Tapi saya tidak tahu yang mana krunya. Akhirnya saya memutuskan untuk
menghubungi bang Putra kembali.
“Ayu udah didalam bang. gak tau
Ayu yang mana krunya”
“kau tanya la”
“segan Ayu mau tanya. Salah pula
nanti”
“ya udah, kau tunggu di situ. Aku
otw ini”
“oke bang. Ayu tunggu abang di
dalam loket”
Lalu saya menuju loket dan duduk
di ruang tunggu, tidak berapa lama bang Putra pun datang.
“rame Bukit ya” kata bang Putra
“sepertinya sich begitu” kata
saya
“kalau rame, dapat bangku
belakang ya sama aja. Gak enak Yu”
“makanya itu bang. jadi gimana?”
“itu la, sempit itu Yu. Kenapa
kau gak ikut sama engkong tadi?”
“gak ada engkong ngajak Ayu bang”
“ah, masa?”
“ya bang. gak ada, Ayu bilang ke
warjan gak, kata dia duluan aja. Tau-tau lewat MD di dadanya Ayu dari bangku
penumpang”
“udah ku bilang tadi ajak Ayu.
Dia di warjan. Nanti aku nyusul”
“intinya gak ada ngajak engkong
bang. padahal ketemu tadi di MD juga”
“hmmm ya sudahlah, mungkin ada
yang mau dibicarakannya”
“mungkin la bang. rahasia pasti”
“ya la”
“gimana ceritanya abang ngajak
Semi?” kata saya kemudian
“kemarin kan aku ada janji sama
dia Yu. Daripada ngajak dia jalan terus makan kan sama aja itu, bagus aku ajak
dia touring”
“ya la bang, balek gak balek itu”
“itu dia” kata bang Putra
“ngaren rame sewa kayaknya”
“sewa bukit semua kali”
“bisa jadi sich bang”
“ya udah, warjan kita” kata bang
Putra
“warjan kita?”
“iya la, ngapain di sini. Haus
aku. Di sana la kita fikirkan nanti gimana”
Lalu kami keluar dari loket dan
menuju warjan. Sampai di warjan kami memesan minuman. Dan kembali bercerita
lagi. Mau touring ke mana hari ini tepatnya.
“Kopin kita?”
“naik apa?”
“mana tau ada BMC di dalam”
“kayaknya gak ada bang. kalau ada
udah parkir dia duluan”
“dia berangkat jam 5 Yu”
“jam 5 pun, jam 3 biasa udah
masuk Loket dia” kata saya
“ah masa”
“ya lo bang”
Dan tidak lama kemudian Dava
salah satu rekan kami juga datang ke Warjan.
“eh, dari mana Va?” kata saya
“dari Rumah kak” kata Dava
“ooo”
“kak, kalau panjar dulu untuk
kopdar sumatera itu boleh kan kak?”
“boleh”
“tapi uang awak ada 50 ribu”
“ya udah, gak masalah itu.
Kasikan aja” kata bang Putra
“ya udah, gak masalah itu Va”
Kemudian Dava memberikan uang
panjar untuk acara kopdar tersebut. Lalu bang Putra mulai lagi.
“touring kita? Ada darah mu?”
“oppp. Mulai kata saya”
“mau touring ke mana bang?”
“ke mana aja, yang dekat. Ranto
aja kalau gak” kata bang Putra dengan semangat
“oop, di tantangin bah”
“ya la, gak kayak kau”
“begh, buat silap ya. Ayok” kata
saya
“gimana Va? Ikut yok” kata bang
Putra
“gini la Va kalau touring gila
namanya. Tiba-tiba aja gak ada persiapan langsung cus” kata saya
“tapi gak cukup lagi duit ku bang
kalau mau touring. Berapa bang?”
“modal 200 aja la” kata bang
Putra
“berapa uang mu?”
“tinggal segini bang” kata Dava
“ya udah, ambil uang mu yang 50
tadi” kata bang Putra
“ya Va, gimana?” kata saya
“ya udah la kak” kata Dava
“hahaha, goyang dia Yu”
“orang abang goyangkan. Abang kan
suka kali gitu”
“gak apa-apa la, kapan lagi dia
touring pendek”
“begh, tapi gak gini juga bang”
kata saya. Dan Dava hanya tersenyum lihat tingkah kami
“kelen cari armada ya, aku pulang
dulu” kata bang Putra
“begh, sama aja kenapa” kata saya
“masa aku terus, kalian dulu cari
armada. Aku bebas la pokoknya”
“bebas ya”
“ya la, mau naik Rapi, P3, Pinem,
Makmur. Terserah kau la pokoknya, aku ikut aja”
“begh, Barumun aja la”
“jangan itu. Itu pilihan nanti
aja”
“ya, aku pulang dulu. Gak mau tau
aku. Kalian yang putuskan malam ini mau naik armada apa. Kalau bisa 200 ribu 3
orang mainkan” kata bang Putra
“begh, ya udah la pulang sana”
kata saya
Lalu bang Putra pun pulang. Saya
dan Dava bingung mau naik bus apa untuk touring kali ini. Karena biasa saya dan
bang Putra yang putuskan untuk itu.
“jadi gimana ini Va?”
“terserah kakak aja” kata Dava
“ke Makmur kita dulu. Mana tau
ada supir yang dikenal kan bisa naik kita” kata saya
“ya udah ayok kak”
Lalu kami ke loket Makmur, tapi
rasanya tidak ada supir yang dikenal. Seperti bang Aritonang, bang Sihombing
juga tidak ada. Jadi bingung. Hari sudah mau maghrib, tapi kami belum
memutuskan naik apa.
“gak ada Va, ke mana kita? Ke
Medan Jaya kita?”
“boleh kak”
“mana tau kan bisa sarkawi naik
MJ yang Scania itu” kata saya
“ya kak”
Lalu kami berjalan ke loket Medan
Jaya. Ya lumayan la olahraga di sore menjelang malam. Hahahaha, dan kami pun
sampai di Loket Medan Jaya. Dan terparkir Medan Jaya nopin 19. Dan saya juga
bertemu dengan wak yang sering mengatur keberangkatan di sana.
“yach, mau ke mana kau? Gak ada
dia disini” kata wak itu. Saya paham yang dimaksud adalah si Restu pastinya.
“hahaha, ngapain nyari dia wak”
kata saya
“mana tau”
“wak, mau tanya la, kalau naik MJ
Scania itu bisa gak wak? Sampai Ranto aja wak. Berapa kira-kira wak?”
“payah wak, kalau naik itu bisa
la ku kasih.” kata wak tersebut menunjuk MJ nopin 19 itu
“pengen naik Scania itu wak”
“ya, tapi itu payah, ada cctv di
dalam. Kalau naik itu ku kasih gratis pun bisa”
“makasih ya wak”
“ya. Naik itu aja” kata wak
tersebut
“kawan ku satu lagi belum datang
masalahnya wak”
“kalau Scania itu gak berani aku”
katanya lagi
“oke wak, makasih ya wak” kata
saya
Sepertinya memang agak susah naik
Scania ini. Dan saya kembali bingung lagi. Sepertinya pilihan akan jatuh ke P3.
“gimana Va. Susah kayaknya” kata
saya
“jadi gimana kak?”
“kita tunggu si jetli P3 aja. Maghrib
ini, sini aja kita dulu ya” kata saya
“ya kak” kata Dava
Dan kemudian saya menghubungi
bang Putra dan bertanya keberadaannya.
“halo, dimana abang?” kata saya
“dirumah, kenapa”
“gak bisa kayaknya naik MJ, ke P3
aja kita?”
“terserah kalian, aku ikut
kalian”
“begh”
“ya udah, terserah la, aku makan
ini. Udah ya”
“ya”
0 komentar:
Posting Komentar