Dasar emang bang Putra. Semakin
bingung jadinya. Hmmm akhinya saya mencoba SMS Tulang Suhardi. Untuk memastikan
naik bus Barumun. Karena kalau tidak bisa P3 sasaran terakhir adalah bus
Barumun.
“Lang, berapa ongkos ke Ranto
kalau 3 orang naik Barumun yang AC itu?”
“kapan mau berangkat?” balas
Tulang Suhardi
“malam ini rencana lang”
“datang aja nanti ke loket”
“oke lang, nanti kalau jadi Ayu
kabarin”
“oke”
Dan kemudian selepas maghrib saya
dan Dava berjalan ke arah SPBU sebelah loket P3. Dan kemudian saya menghubungi
bang Putra lagi.
“poster” kata saya melalui pesan
WA
“lagi nunggu angkot di depan
rumah” kata bang Putra
“ooo”
“kau dimana?”
“SPBU sebelah loket P3”
“oke”
Sambil menunggu datang agen bus.
Menggira saya akan berangkat. Dan memang saya akan berangkat, tapi kita cantik
mainnya. Agen bus disini sedikit parah dibandingan yang ada di warjan. Kalau di
warjan mereka bagus dalam menawarkan bus. Kalau gak mau calon penumpang gak
akan dipaksa. Bahkan mereka kalau kita ramah dan gak jadi sama mereka pun,
mereka akan bantu kita mengangkat barang jika barang bawaan banyak. Dan itu
ikhlas mereka lakukan, walau wajah bertampang preman. Hahahahahaha. Kalau di
sini jangan harap begitu. Kadang pemaksaan.
“mau berangkat dek? Itu ada bus
kami jam 9 berangkat”
“gak bang” kata saya
“mau kemana orang adek?”
“lagi nunggu kawan bang”
“ooo, mau ke mana rupanya?”
“gak ada bang. kalau kami sering
hunting bus di sini bang. sekitaran sini kami sering nongkrong” kata saya
“ooo. Ya la, oke ya” katanya
sambil meninggalkan kami
“ya bang” kata saya
Kadang lucu kalau di sini. Kadang
dikira saya sewa, padahal kadang hanya hunting saja. Orang kan tidak percaya
kalau saya ini bismania. Jadi dikira bisa dibohongin untuk masalah ongkos.
Hahahaha, jelas kita bismania biasa lebih tahu tarif ke beberapa daerah. Kalau
sudah begitu kadang mereka yang malu sendiri. Tidak berapa lama masuk bus Medan
Jaya Scania tersebut.
“itu MJ kak” kata Dava
“oh ya Va. Kok cepat ya dia
masuk” kata saya
“kurang tau kak”
“biasa gak jam segini dia masuk,
P3 Jetli dulu yang masuk biasanya. Ini Scania MJ duluan masuk. Ke sana kita
dulu Va. Kita tanya dulu”
“ya kak” kata Dava
Tidak berapa lama kemudian bus
Medan Jaya itu masuk ke loket dan langsung putar kepala ke arah pintu keluar.
Dan kemudian krunya turun.
“eh, ngapain kau?”
“eh, bang. apa kabar?” kata saya
kepada bang Samosir. Bang Samosir dulu adalah supir 2 di Makmur New Skyliner
tujuan Dumai, tetapi kemudian dia keluar dari MH dan kembali ke Jakarta, hanya
beberapa bulan dia kembali lagi ke Medan dan jadi supir bus pariwisata,
sekarang bang Samosir membawa bus Medan Jaya ekonomi trip Jakarta.
“sehat. Mau kemana?” kata bang
Samosir
“ke Ranto bang, rencana mau naik
ini dulu. Abang mau ke mana?”
“aku baru sampe tadi sore” kata
bang Samosir
“ooo, kabarnya ada masalah
kemarin bang?”
“ya, orang yang bawa barang, awak
juga kena. Gak jelas di sana gimana pulang la kami. Ini kan kernet satu mobil
sama ku”
“orang bawa barang abang pula
yang kena ya”
“ya. Sama siapa mau ke Ranto?”
“bertiga bang. nunggu si Jupe la
ini”
“ooo, jumpain aja krunya. Nah itu
dia” kata bang Samosir
“kenapa itu lae?” kata krunya
“ini mau ke Ranto katanya”
“bang, mau tanya la” kata saya
sambil mengajak kru tersebut ke samping bus
“mau ke mana kak?” katanya kepada
saya
“kalau ke Ranto berapa bang 3
orang?” kata saya
“250 la kak”
“gak kurang itu bang?”
“gak bisa kak”
“saya tanya kawan saya dulu ya
bang. nanti kalau jadi saya jumpa abang”
Kemudian saya menghubungi bang
Putra
“halo, dimana abang?” kata saya
“di angkot, kau dimana?”
“di MJ, ada Scania MJ tapi ongkos
ke sana di kasihnya 250 ribu 3 orang. Gimana?”
“gak bisa kurang lagi itu?”
“gak bang”
“gak usah kalau gitu”
“tunggu si Jetli aja la kita ya”
“ya udah” kata bang Putra
Kemudian saya akan pergi ke SPBU,
tapi..
“kak, gimana. jadi?”
“gak bang, gak mau kawan saya
segitu”
“gak kurang lagi kak”
“ok bang, makasih bang” kata saya
“ya. Nanti kalau jadi stop aja di
seberang ya” kata kru tadi
“ya bang”
Dan kemudian saya dan Dava jalan
ke arah SPBU. Dan tidak berapa lama si P3 Jetli pun masuk, lalu putar arah dari
SPBU dan masuk loket.
“bang Bit ini kayaknya” kata saya
“siapa kak?”
“P3 ini pernah kakak naikki waktu
dari Pekanbaru. 7544 krunya namanya bang Bitt”
“ooo”
“yok, kita jumpain krunya” ajak
saya ke Dava
Lalu supirnya pun kemudian turun.
“bang, mau tanya. Kalau ke Ranto
3 orang berapa?” kata saya
“harganya sama dengan beli tiket,
bagus kalian beli tiket aja” kata supirnya
“gak bisa sama abang aja. 3 orang
aja bang” kata saya
“beli tiket aja la bagusan”
“ok, bang, makasih ya bang”
Lalu saya pun keluar dari loket
dan menghubungi bang Putra
“halo, dimana abang?” kata saya
“udah lewat flyover. Gimana?”
“gak bisa bang. masih lama lagi
gak?” kata saya
“gak, udah dekat” kata bang Putra
“gimana?” kata supir tadi
“duluan aja bang, kawan saya satu
lagi belum datang” kata saya
“jadi duluan ini”
“ya bang”
Tidak lama kemudian, bang Putra
sampai
“ah, gak jelas kelen”
“udah la, abang ngomong dulu sama
kernetnya itu” kata saya
“mana?”
“itu bang” tunjuk saya
Kemudian bang Putra menjumpai
kernetnya, dan kami pun berhasil naik ke bus juga. Hahaha, bang Putra juga yang
harus turun tangan.
“ini kawan mu yang kau tunggu?”
kata supir tadi yang saya tanya
“ya bang” kata saya
“ah, kalau ini licik dia” katanya
“hahaha, memang bang” kata saya
“ah, gak bisa kelen cari armada.
Masa aku harus turun juga” kata bang Putra
“udah capek kami bang tanyanya.
Tanya si Dava” kata saya
“ah, pokoknya gak jelas kelen”
“udahlah, kan udah naik juga”
kata saya
“situ kau Va” kata bang Putra
“perasaan kemarin masih ada
tangga di situ. Sekarang udah ditimpa sama bangku” kata saya
“ya. Ini la yang aku dudukin”
kata bang Putra
“kalau waktu itu ayu pas di sini”
tunjuk saya di dekat pintu tengah
“ah, sama ajanya itu” kata bang
Putra
“aduh, pindah la aku” kata saya
“sini aja kau. Sebelah aku” kata
bang Putra
“geser dulu abang” kata saya
“Yu, kau pegang ongkos kita ini”
kata bang Putra
“pasnya ini?” kata saya
“pas itu”
Tidak berapa lama kernetnya minta
ongkos, dan saya berikan. Kalau tidak salah 210 ribu kami berikan. Dan kemudian
kami melakukan perjalanan touring singkat. Sedikit macet di jalan tapi
sebenarnya lancar.
“hubungin Fitri Yu. Telponkan kru
Bracha. Jalan mereka dari Pku hari ini”
“oh ya. Bentar Ayu hubungin” kata
saya
Lalu saya menghubungi Fitri
“fit, bisa tolong tanyakan sama
kru bracha dari kalau naik dari Ranto ke Medan berapa?”
“siapa yang mau naik mbak?” kata
Fitri
“mbak sama Jupe dan Dava”
“oo, touring kelen ya”
“jelas la, gak kayak kau” kata
bang Putra nyambung
“siapa itu mbak?”
“Jupe”
“bilang sama dia mana janjinya”
“besok la” kata bang Putra
“besok katanya Fit” kata saya
“begh, nanti bohong” kata Fitri
“gak itu. Udah tanyakan dulu.
Nanti telepon mbak” kata saya kemudian
“ya mbak”
Lalu telepon saya akhiri. Dan
kami pun melanjutkan cerita. Begitu melihat kesamping ternyata Dava udah tidur.
“bah, tidur dia” kata bang Putra
“kenapa Va?” kata saya
“agak mual kak”
“lha, gimananya” kata bang Putra
“ya bang, dingin kali pulanya”
“dingin, mana dingin” kata bang
Putra
“pusing Va?” kata saya
“ya kak”
“ya udah, tidurkan aja” kata bang
Putra
Lalu Dava mencoba untuk tidur,
tapi tidak bisa juga. Kalau masih daerah Medan-Tebing bus ini belum kelihatan
performanya. Lalu kemudian Fitri menghubungi saya lagi.
“halo Fit” kata saya
“halo mbak”
“ya, kenapa Fit?”
“mbak, kata orang itu 70 satu
orang”
“70 bang” kata saya ke bang Putra
“mainkan” kata bang Putra
“kata bang Putra ya, bilang la”
“orang mbak naik darimana?”
“dari SPBU jalan Baru itu”
“oo, ya udah”
“minta nomor krunya Yu” kata bang
Putra
“minta nomor krunya Fit”
“ya mbak, nanti Fitri kirimkan
nomor supirnya”
“nomor kernetnya aja fit. Jangan
Supirnya. Gak enak nanti”
“ya mbak, nanti Fitri kirim”
“oke”
“enakla yang touring itu” kata
Fitri
“jelaslah. Makanya ayok touring”
kata saya
“mbak acem gak tau adek mbak si
Rezki aja” kata Fitri
“ajak dia” kata saya
“mana mau dia”
“ah gak jelas”
“begh” kata Fitri
“Udah, jangan lupa nomor kru itu.
Nanti biar mbak yang telepon”
“oke mbak. Udah ya mbak”
“oke Fit. Makasih ya”
“ya Mbak”
Dan telepon pun berakhir.
Kemudian bang Putra mulai jahil.
“siapa krunya Yu” kata bang Putra
“bang Bitt”
“Supirnya bukan”
“kayaknya bukan bang”
“kita tanya anak gajah dulu ya.
Kita kerjain dia”
“pas, telepon la si Gilang”
Kemudian bang Putra menghubungi
si Gilang
“halo, dimana kau” kata bang
Putra
“lagi diluar bang” kata Gilang
“dikerjaan ya”
“ya bang”
“Lang, P3 hari ini dari Pku
siapa?”
“Baho bang. kenapa bang?”
“lawannya?”
“kalau dari Medan bang Bitt”
“abang di P3 ini mau touring ke
Pku sama Ayu. Tapi gak tau abang krunya”
“ah, mana mungkin ke Pku” kata
Gilang
“gak percaya kau. Tanya Ayu ini”
kata banag Putra
“mana kak Ayu” kata Gilang
“hallo anak gajah” kata saya
“ke Pku kelen kak?”
“ya Lang”
“ah, gak percaya aku”
“serius lo, besok tunggu di loket
ya” kata saya meyakinkan
“ah, serius la”
“ya serius kakak”
“naik apa kakak?”
“naik 7544”
“bang Bitt itu”
“ya bang Bitt”
“ada bang Bitt?”
“gak tau kakak yang mana Lang”
“ada gak krunya yang tinggi?”
kata Gilang
“ada”
“pakai topi”
“ada”
“itu la bang Bitt”
“ooo”
“kakak serius ke Pku?”
“ya Lang. Gak percaya lagi kau”
“gak percaya aku. Kakak sama bang
Putra sama aja”
“hahahahahahahaha”
“ya udah, besok ku tunggu kakak
ya di Pku”
“ya tunggu la”
Lalu saya memberikan hp tersebut
kepada bang Putra
“bang ini” kata saya
“halo. Percaya kau kan?”
“masih gak percaya aku”
“yah, itu kan kau. Gak percaya
sama abang”
“gak memang. Ku telepon krunya
ya”
“ya telepon la”
Dan kemudian telepon berakhir.
Lalu kami bercerita lagi dengan bang Putra. Memasuki Lima Puluh jalan macet.
Biasa karena malam minggu ada pesta dan pasar malam di sekitar jalan lintas
sumatera ini. Hanya beberapa menit memang, setelah itu lancar kembali. Dan
kemudian Gilang menghubungi bang Putra kembali.
“halo, apa anak gajah?” kata bang
Putra
“bohong abang kan?”
“bohong apa aku”
“abang bilang sampe Pku, padahal
sampai Ranto aja orang abang”
“ah, siapa yang bilang?”
“udah ku tanya sama bang Bitt”
kata Gilang
“hahahahaha, ya sampai Ranto aja
kami” kata bang Putra
“bohong aja orang abang sama kak
Ayu”
“hahahaha.. ya udah la ya”
“ok bang”
“yok”
Dan telepon bang Putra sama
Gilang berakhir
“tau anak gajah kita sampai
Ranto”
“tau darimana dia?” kata saya
“di teleponnya krunya”
“hahahaha”
Dan kami melanjutkan cerita,
sampai jam stengan 12 malam kami memasuki rumah makan di kisaran. Namanya Mega
Sari. Mega Sari ini awalnya sebenarnya hotel, tapi di depan hotel ada rumah
makan. Jadi beberapa bus seperti Rapi, P3, NPM sering berhenti di sini. Begitu
turun kami langsung mau hunting.
“yach, gak diajak makan kita?”
kata bang Putra
“begh, ngarep” kata saya
“hahaha, mana tau kan Yu”
“ya sudahlah.”
Lalu saya mengambil kamera dan
mencoba memfoto.
“sabar Yu” kata bang Putra
“ya bang, sabar kok” kata saya
Setelah penumpang turun semua,
baru kami mulai ritual kami. Yaitu hunting bus. Hahahahaha.
Tidak lama setelah hunting, kami
akan menaikki bus. Tiba-tiba terjadi sesuatu di atas tepat di jalan. Braakk,
rem berdecit, dan Braakkk rem berdecit lagi. Kami melihat ke Atas. Mini bus
KUPJ Tour menghantam sesuatu. Kalau supir gak seimbang pas rem tadi mungkin
sudah jatuh ke bawah dekat kami. Tapi anehnya tidak ada yang lewat berlawanan
saat itu, pasti ada yang di tabraknya.
“tabrakan.. tabrakan” kata orang
sekitar
“Kupj Tour itu bang” kata saya ke
bang Putra
“ya, plat berapa ya” kata bang
Putra
Lalu kami segera naik ke atas
untuk melihat kejadian secara nyata. Begitu naik saya melihat ada 2 orang di
sepeda motor, yang satu tercampak dekat gerbang Mega Sari dan yang satu lagi
beberapa meter ke depan sedikit dan sama sekali tidak bergerak. Orang sekitar
langsung menghubungi polisi dan beberapa bertanya kepada salah seorang yang
selamat. Kalau dilihat dari bentuk kejadian sepertinya yang salah sepeda motor.
Karena tidak ada lampu, dan tanda lainnya. Saya melihat dari jauh korban yang
tak bergerak tersebut. Sepertinya sudah tak sadarkan diri lagi. Lalu bang Putra
pun kembali dekat kami.
“gimana bang?” kata saya
“kayaknya bukan punya orang
kakak” kata bang Putra
“terus yang itu?”
“kayaknya sekarat”
“kayaknya gak la bang. gak
bergerak itu” kata saya
“ah, sudahlah, nanti kita bahas.
Yuk ke bus kita” kata bang Putra
Lalu kami pun berjalan ke bawah,
dan menuju arah bus kami.
“salut aku lihat supirnya?”
“kenapa bang?”
“kalau gak seimbang aja jatuh
dia” kata bang Putra
“ya bang, tadi udah miring gitu”
kata Dava
“kalau jatuh habis la itu. Paling
gak penumpang dia ada meninggal juga”
“ya bang, kalau jatuh udah la”
“aku kalau jatuh udah siap lompat
aku” kata bang Putra
“ya bang, aku dekat kali tadi”
kata Dava
Kemudian kami naik di bus, sambil
bercerita tentang kejadian itu. Dan bang Putra langsung menghubungi abang
sepupunya yang punya saham di Kupj Tour tersebut. Dan ternyata bukan mobil
kakak sepupu bang Putra, jadi masih aman. Saat bus melewati kejadian tadi semua
penumpang berdiri, melihat korban yang masih tergeletak tak berdaya dipinggir
jalan. Para warga sekitar tidak akan berani mengambil resiko jika polisi
setempat belum datang.
“udah jelas itu bang” kata saya
ke bang Putra
“kenapa?”
“udah gak bernyawa itu” kata saya
“kritis kayaknya Yu”
“sepertinya gak bang. udah gak
ada bergerak lagi itu” kata saya
“entahlah. Baru ini ah, asli”
kata bang Putra
“hmmm, ya sudahlah, yang penting
tadi itu Kupj gak jatuh ke bawah” kata saya
Dan bus mulai jalan perlahan,
disini sepertinya performa mulai kelihatan. Karena ada ALS trip Jember di
sepannya.
“bang, boleh ke depan gak ya?”
kata Dava
“ya udah, pergilah ke depan. Gak
apa-apa itu” kata bang Putra
“takut aku bang” kata Dava
“takut kenapa? Gak apa-apa itu.
Masa harus aku yang bilang”
“bilangkan la bang” kata Dava.
Mungkin Dava takut kena marah dengan supir. Maklum di beberapa bus kan gak
semua supir yang suka dengan kehadiran anak bismania. Apalagi sampai saat supir
itu bawa bus di videokan. Karena kalau udah di videokan pasti akan masuk di
sosial media.
“bang, boleh ke depan?” kata bang
Putra kepada bang Bitt
“boleh bang, duduk aja di bangku
kernet itu” kata bang Bitt
“boleh Va, pergilah” kata bang
Putra
“kawanin la bang”
“bah, masa harus dikawanin.”
“kawanin aja bang” kata saya
“ya udah ayok” kata bang Putra
Lalu bang Putra menemani Dava ke depan dan kembali lagi
ke tempat duduk kami.
“wah, di bangku kernet dia” kata
bang Putra
“hahaha, biar aja bang”
“gak apa-apa bang” kata bang Bitt
“terus abang ngapain?” kata bang
Putra
“gantian dulu bang, awak ngantuk.
Bangunin kawan, kawan gak bangun-bangun. Mata udah ngantuk” kata bang Bitt
“ya la bang”
“orang abang ke depan aja. Gak
apa-apa”
“ya bang, nanti aja” kata bang
Putra
Dan kemudian bang Putra mulai
heboh
“depan yok Yu” kata bang Putra
“abang aja la duluan” kata saya
“kau la duluan”
“mau duduk dimana?”
“di tangga itu aja”
“hmmmm, abang aja la”
“kau la duluan”
“ya udah, ayu duluan. Geser abang
dikit dulu. Gak muat Ayu mau keluar”
Lalu setelah itu saya duduk di
tangga antara bangku supir dan kernet
“eh Dava. Sehat Va?” kata saya
bercanda kepada Dava
“hahaha, ya kak”
“gimana Va? Masih pusing?”
“ya kak” kata Dava
“ya udah, di situ aja” kata saya
Lalu saya pun chat bang Putra via
WA
“ke depan la abang” kata saya
Lalu tidak berapa lama bang Putra
pun maju ke depan. Dia duduk tepat di belakang saya. Di tangga juga. Kemudian
supirnya bercerita kepada kami. Cerita mulai tentang saya tadi waktu di loket.
“salut saya lihat kamu” kata
supirnya
“kenapa bang?”
“ya, bagus itu kamu tadi jumpa
sama saya. Tanya langsung masalah ongkos. Daripada sama calo di situ, banyak
kali tipunya itu” kata supir tersebut
“kan memang enak gitu bang” kata
bang Putra
“ya bagus seperti itu” katanya
supir itu lagi
Dan supir tersebut bercerita
tentang keluarganya dan dia waktu masih muda. Salut kami lihat abang supir ini.
Dia tahu kami bismania, tapi tidak pernah membanggakan salah satu PO yang ada.
Ini bagus, itu bagus. Intinya dia bercerita tentang mesin bus dan body bus
saja.
“gimana bawa 2542 bang?” kata
bang Putra kepada supir tersebut
“kalau saya sama saja sebenarnya.
Cuma kan tergantung orang yang bawa”
“ooo” kata kami
“ya, bedanya Cuma dari manual
pindah ke matic. Dulu bawa manual kan harus masuk gigik, injak ini. Masuk lagi.
Nah kalau sekarang kan sudah dimudahkan semua. Sudah metic. Jadi mesin yang
bekerja”
“ya bang. ibarat teknologi robot
udah yang mengendalikan”
“ya, pas itu”
“udah abang WA bang Asrul?” kata
saya
“udah, aman itu”
“ada lagi kawan kalian rupanya?”
kata supir tersebut
“ada kawan nunggu bang. tapi di
Kota Pinang dia”
“ooo, jadi kapan kalian balik?”
“besok pagi bang” kata bang Putra
Panjang juga cerita kami, sampai
tak terasa sudah memasuki kota Ranto.
“turun dimana kalian?”
“di SPBU jalan baru itu bang”
kata saya
“ooo”
Tak lama kemudian kami sampai di SPBU
tempat kami akan turun.
“di sini kan?” kata supir
tersebut
“ya bang” kata saya
“ok, hati-hati ya. Tarik ke atas
itu” kata supir tersebut bilang ke Dava yang kebetulan di bangku kernet
“makasih ya bang” kata kami
kepada supir P3 tersebut
“ya, sama-sama”
Akhirnya finish juga di Ranto. Tempat
biasa saya dan bang Putra turun kalau kami touring pendek. Bang Putra kemudian
masuk ke Alfa Midi untuk belanja minuman.
“titip Nescafe ya bang?” kata
saya
“ayok la”
“abang aja, biar ayu tunggu koh
Asrul”
Lalu saya menghubungi bang Asrul
lagi.
“halo koh, udah dimana?” kata
saya
“udah dekat” kata bang Asrul
“udah abang bilang tadi kan sama
krunya di Ranto ada naik?”
“udah”
Tidak lama setelah menelepon bang
Asrul, Rapi Bracha pun datang. Dan kami kemudian naik ke dalam bus. Sebelum
naik berjumpa dengan kernetnya.
“eh, ketemu lagi” kata saya
“iya ini. Ketemu lagi kita” kata
kernet tersebut. Dan saat naik saya juga menyapa supir 2 nya
“eh, ketemu lagi ya bang”
“ya. Sama siapa?”
“kawan bang. 3 orang aja kami”
“ooo”
“masuk-masuk” kata bang Asrul
Begitu masuk ternyata udah penuh
penumpangnya. Pantes ini joss saja dari Pekanbaru, ternyata sewanya full.
Begitu naik tinggal 2 bangku yang kosong. Dan bus kemudian jalan. Dan kelihatan
performanya sudah. Goyang di goyang. Bangku tersissa tinggal 2 pula.
“gak ada bangku kosong lagi Yu”
kata bang Putra
“ya bang” kata saya
Kemudian kernetnya masuk dan
membuka pintu smooking area
“disini satu bang” katanya
Begitu bang Putra melihat, ia
urungkan. Dan bang Putra menyuruh Dava untuk ke belakang. Karena bang Putra
tidak muat kalau duduk di belakang. Lalu Dava pindah kebelakang, begitu duduk
sebentar Dava langsung buka pintu toilet dan muntah. Kasihan lihat Dava, dari
awal perjalanan mual begitu.
“bang, tolong ambilkan Aqua yang
ada di atas abang itu” kata saya
“dimana?” kata bang Putra
“kabin atas abang. Tadi diletak
Dava di situ”
Lalu bang Putra mengambil Aqua
itu dan memberikan kepada saya.
“gimana Va? Gak apa-apa kan?”
“gak kak” kata Dava
“ini minum dulu” kata saya
Lalu minum air tersebut dan
kemudian dia duduk dan tertidur. Sedangkan saya dan bang Putra masih tetap
melek. Tidak berapa lama ada penumpang turun 2 orang, dan saya menyuruh Dava
untuk pindah ke depan.
“Va.. Va..” kata saya
Lalu dava terbangun “kenapa kak?”
kata Dava
“Dava pindah ke depan gih. Sakit
banget kakak lihat gitu. Udah ada yang kosong itu” kata saya
“sini aja la kak” kata Dava
“kalau gak di bangku bang Putra
itu, tempat Dava tadi”
“ya kak”
Dava mengikuti kata saya, begitu
tidak berapa la saya dan bang Putra duduk saya bertanya kepada bang Putra
gimana Dava.
“gimana Dava bang?”
“udah tidur dia Yu” kata bang
Putra
“baguslah”
“bagus dia tidur, biar enakan
dia”
“ya bang”
Lalu saya dan bang Putra
bercerita panjang lebar lagi. Sampai gak terasa ada penumpang yang turun dan
kami mau pindah. Tapi pas udah pindah...
“kok rada basah ya?” kata bang
Putra
“ya tadi yang duduk di situ ada
muntah” kata penumpang yang duduk di seat nomor 7”
“pantes la” kata bang Putra
“abang duduk di depan aja” kata
saya
“tidur dia Yu”
“sebelah sana bang” kata saya
menunjuk seat nomor 4
Kemudian bang Putra pindah, dan
saya duduk di bangku belakang saya lagi. Kebetulan ada bang Asrul di situ. Jadi
saya duduk di situ. Tidak berapa lama bang Asrul sudah tidur saja. Dan saya
melanjutkan chat via WA dengan bang Putra.
“joss Yu”
“hahaha, emang”
“ke depan kau” kata bang Putra
“tidur ibuk itu bang” kata saya
“nyesal kau ga disini”
“roker la kita yok”
“ah, gak la” kata bang Putra
“hahahaha”
“120 Yu” kata bang Putra
“ya bang. lagi naik performa dia
ini”
Sepertinya bang Putra semangat
sekali melihat cara bawa supir 1 nya soalnya sampai ada di rekam juga sama bang
Putra. Tapi lama-lama saya tidak tahan juga. Waktu itu jam menunjukkan pukul
03.30, saya sudah mengantuk.
“bang, Ayu tidur dulu ya” kata
saya
“ah, sayang Yu kalau kau tidur”
“udah 1 watt ini bang. kalau gak,
gak tidur Ayu”
“lagi mantapnya ini Yu”
“ya bang, tapi Ayu udah gak
tahan. Ayu tidur dulu ya, nanti kita gantian” kata saya
“okelah” kata bang Putra
Lalu saya pun memejamkan mata dan
tertidur. Walaupun lagi tidur, terasa juga mantapnya si Scania ini. Heran saja
kenapa banyak penumpang yang muntah gitu. Padahal jarang-jarang dapat begini.
Kalau kecepatan saya recomended untuk si Bracha ini.
Jam 5.30 saya terbangun kembali.
Maklum biasa kalau dirumah bangun jam segitu. Dan kemudian saya melihat bang
Putra serius banget melihat supir tersebut.
“sayang kau tidur” kata bang
Putra via WA
“ya tau Ayu tadi”
“jossnya tadi”
“ya, Ayu juga merasakannya,
walaupun tidur”
“mantap Yu”
“roker kita”
“nantilah”
“hahahahaha”
Tak terasa sudah setengah 6 dan
bang Putra minta tukeran bangku
“udah mulai Yu” kata dia
“ya udah, tidurlah abang” kata
saya
Lalu saya pindah ke depan. Dan
melihat aksinya. Sedangkan bang Putra saya lihat sedang berbincang dengan bang
Asrul dan tidak lama dia pun tertidur. Tinggal saya yang melek, karena hari
sudah pagi. Saya asyik sendiri melihat speed yang ada di bagian stir supir.
Pengen sekali memvideokan tapi segan.
“terus.. gas terus..” kata saya
asyik sendiri, hahahahaha
Tapi bosan juga lama-lama karena
bang Putra tidur. Akhirnya saya hanya buka sosmed saja. Begitu mau sampai
daerah tanjung morawa bang Putra baru bangun. Dan bang Putra pindah ke bangku
depannya.
“lha, bau nanti celana abang
duduk di situ” kata saya
“ah, biarlah” kata bang Putra
“udah gak nampak la performanya”
“ada tadi bang, tapi abang tidur
tadi”
“ah, masa”
“ada lo bang. tapi memang hanya
100 terus naik dikit terus turun lagi”
“ooo”
“Dava mana?” kata saya
“itu dibelakang masih dia” kata
saya
“kayaknya Dava sekali aja touring
gila sama kita bang”
“kenapa gitu”
“kasihan Dava kalau gitu. Gak
abang lihat tadi malam. Gak nyaman dia jadinya”
“ya”
Tidak berapa lama bercerita,
akhirnya sampai di Medan. Kami turun di loket. Bang Putra pulang bersama dengan
bang Asrul. Naik kereta bang Asrul, kebetulan kereta bang Asrul ada di Loket
Makmur. Sedangkan saya dan Dava naik angkot.
“Dava naik apa?” kata saya
“angkot kak”
“oo, ya udah. Kakak duluan ya”
“ya kak”
“istirahat Va” kata saya
“ia kak”
Dan lalu saya menstop angkot. Dan
saya duluan meninggalkan Dava yang juga menunggu angkot. Nah ini akhir dari
touring kali ini. Touring gila bareng bang Putra dan Dava. See you next trip.