My Trip My Adventure Episode 9


Tahun ini sepertinya tahun yang mana liburannya lumayan panjang. Ya maklum karena pekerjaan saya adalah tenaga pendidik atau guru, jadi kalau libur ya ikut jadwal liburan sekolah. Dan lebaran tahun ini sebenarnya punya planning dengan keluarga akan berlebaran di Pekanbaru tempat tante (adik mama) yang kebetulan tinggal disana. Tapi sayang karena sesuatu hal jadi kami memutuskan tidak jadi ke sana. Alhasil kita lebaran di Medan, tapi semua berubah ketika negara api menyerang eits salah emang avatar ya, hehehehehe. Semua berubah setelah kabar duka meninggalnya kakak papa yang paling besar di Jakarta tepat H-2 jelang lebaran. Akhirnya setelah kompromi dengan semua kami memutuskan lebaran pertama akan mudik ke Siantar. Dan dimulai dari sini sebenarnya perjalanan dimulai. H+2 lebaran saya dan adik-adik serta adik sepupu ikut si om (adik mama) ke Aek Nauli. Tepatnya di daerah Sibaganding Parapat. Disana saya dan adik-adik sengaja hunting, ya serasa MTMA la, masuk ke daerah Balai Penelitian Kehutanan, tidak sembarang orang boleh masuk ke sini. Harus izin dahulu, apalagi jika ingin camping disini. Ok cukup cerita sekilasnya. H+3 kami pulang ke Medan sekalian mau ke rumah mertua sepupu saya, karena ada acara penabalan nama anaknya yang baru lahir. Oke cukup juga. Tanggal 5 Juli saya serta keluarga pergi kembali ke daerah Simalungun tepatnya di Bahjambi. Kebetulan ada acara keluarga dan menginap, kalau orang tua saya nginap sehari sedangkan kami ikut wak (kakak mama) ke Siantar karena kami akan melanjutkan sesi hunting didalam hutan lagi. Ya sebenarnya saya penasaran dengan penangkaran gajah yang ada di cagar alam Aek Nauli, Cuma kita gak boleh masuk terlalu jauh ke dalam akibat beberapa waktu lalu ada Harimau yang sudah turun gunung, ada 2 ekor, yang satu dapat dan diberikan ke kebun binatang siantar dan satu lagi kembali masuk ke hutan. Ini sebabnya banyak orang yang dilarang masuk terlalu jauh ke cagar alam karena takut harimau akan turun lagi. Oke cukup juga ceritanya. Dan ini cerita sebenarnya.
            Setelah liburan yang saya rasa belum puas, saya memutuskan untuk kembali touring sendiri. Kali ini tujuan selanjutnya adalah Pekanbaru. Ya kota dimana selalu saya rindukan untuk kembali ke sini. Setelah saya gajian, saya pun memutuskan untuk touring setelah tentunya pamit dulu sama orang tua (sok anak berbakti ya, ya dong ya).
            “halo lang, dimana kau?” kata saya kepada teman saya Gilang
            “dikerjaan kak. Kenapa itu?”
            “kakak mau ke pku besok. Bisa tolong bilangkan sama bg Madan? Kakak telpon dia gak ngangkat” kata saya
            “ok bisa kak” kata Gilang
            “ kalau 150 mau dia itu kan?”
            “mau kak. Kasih aja”
            “oke lang, nanti kabarin kakak kalau ok ya”
            “siap kak” kata Gilang
            Saya memang memutuskan untuk sarkawi kali ini. Karena kalau beli tiket pasti tidak akan dapat. Dan izin sudah dapat dimana hari H saya pun menghubungi tante saya.
            “buk, ibuk dirumah kan besok?” kata saya
            “ya, kau dimana ini?” kata tante saya
            “di Medan buk, nanti malam ke Pku Ayu”
            “sama siapa kau?”
            “biasa buk, sendiri”
            “naik apa?”
            “naik Makmur buk, trip terakhir dari sini, setengah 9 malam”
            “turun dimana?”
            “biasa buk, di Terminal AKAP”
            “kok gak naik Makmur yang ke Taluk, biar lewat rumah ibuk”
            “itu berangkat sore buk, gak ada supir yang Ayu kenal trip itu. Om masuk pagi ya buk?”
            “ya masuk pagi pula dia”
            “oalah, gak bisa jemput berarti” kata saya
            “gak ada kawanmu yang bisa ngantar?”
            “ada buk, nanti Ayu hubungi orang itu. Ya udah ya buk, nanti Ayu kabarin ibuk lagi”
            “ya, hati-hati Yu”
            “ya buk”
            Setelah telepon berakhir saya berfikir, siapa yang bisa saya minta tolong antar ke Lubuk Sakat. Kalau Gilang pasti kerja dia dan tidak akan bisa. Akhirnya minta tolong ke Opiee. Rekan yang selalu stay di sana.
            “halo Opiee, dimana?” kata saya
            “di Pku kak, kenapa kak?”
            “besok gak kemana-mana kan?” kata saya
            “besok belum tau kak, tapi kayaknya gak itu. Kenapa kak?”
            “malam ini kakak ke Pku”
            “sama siapa kakak?” kata Opiee
            “sendiri Opiee, kakak mau minta tolong sama Opiee antarkan kakak ke Lubuk Sakat, kebetulan om kakak masuk pagi, jadi gak bisa jemput. Bisa Opiee?”
            “ooo bisa kak, aman itu. Kakak berangkat naik apa?”
            “Makmur Opiee. Sama si Madan. Trip terakhir kakak”
            “oke kak, besok awak tunggu di Akap”
            “oke Opiee, makasih ya Opiee”
            “ya kak, sama-sama”
            “halo bang, dimana?” kata saya menghubungi bang Madan
            “di gudang” kata bang Madan
            “bang, ada dibilang Gilang sama abang”
            “ada”
            “satu ya bang, ke Pku”
            “siapa yang berangat?”
            “Ayu bang. Bisa kan bang?”
            “bisa, aman itu”
            “Ayu naik dari loket ya bang”
            “ya udah, gak apa-apa. Tapi kalau full nanti gimana Yu?”
            “Ayu dimana aja aman bang. Di depan pun gak masalah”
            “oke Yu”
            “oke bang, makasih bang”
            “ya sama-sama”
            Dan sore pun tiba, sebenarnya sudah siap dari sebelum ashar, sambil menunggu waktu saya seperti biasa ke rumah tetangga sebelah untuk mengganggu anak tetangga yang masih bayi. Dan tak terasa mau maghrib dan saya pun bersiap-siap. Kali ini saya naik ojek online ke loket. Karena si adik lagi keluar.
“kakak mau ke Pku?” kata Rio opung dari chat WA ketika saya di jalan mau ke loket
“ya kenapa pung?” kata saya
“sama siapa kak?”
“sendiri pung, kenapa itu?”
“aku boleh titip paket gak sama kakak?”
“boleh pung, paket apa rupanya?”
“ada handuk kak”
“ooo, boleh pung. Antar aja ke loket Makmur pung”
“kakak berangkat jam berapa?”
“trip terakhir jam setengah 9”
“ooo, ok kak”
“oke pung. Ini kakak jalan ke loket kok”
“oke kak. Nanti sepupu awak yang antar”
Dan ketika sebelum adzan maghrib berkumandang saya sampai di loket. Duduk manis sambil Minum Badak. Rame penumpang hari ini, mungkin karena ini minggu terakhir untuk libur. Selepas maghrib sepupu Rio pun datang dan kami berbincang sebentar. Jam stengah 8 bus Makmur bang Samosir pun masuk ke loket dan terus parkir ke arah ekspedisi karena mau masukkan paket ke bagasi. Lalu saya pun menuju ke sana. Terlihat bang Madan sudah mengangkat paket dan bang Samosir yang membantu juga.
“begh bang Madan, awak telepon gak diangkat” kata saya ke bang Madan
“ya Yu, maaf la” kata bang Madan
“eh, bang” kata saya ke bang Samosir
“yah, mau ke mana?” kata bang Samosir
“ke Pku tapi”
“ikut ini?” kata bang Samosir
“ya bang, sarkawi dulu”
“ya la, taruh aja tas mu di dalam”
“nanti aja bang, gak enak nanti”
“ya terserah la”
“nanti parkir di sana kan”
“ya”
Dan setelah itu saya berjalan meninggalkan bang Samosir dan bang Madan ke arah kantin lagi. Tidak berapa lama bus pun segera parkir di tempat parkir keberangkatan. Saya pun langsung ke Bis menaruh tas ransel saya di area tempat tidur bang Madan, karena tas saya kebetulan tidak muat di bagasi atas. Hujan pun turun semakin deras, dan saya menunggu semua penumpang naik di bawah sambil cerita bersama bang Samosir.
“hujan pula la ini” kata bang Samosir
“bentar lagi pun reda itu bang”
“iya”
“trip terakhir aja sekarang ya”
“mana pernah gak trip terakhir kami”
Kemudian bang Samosir berjumpa dengan penumpang langganannya dan berbicara, sementara saya duduk sambil mendengarkan lagu dari mp3 menggunakan headset. Tidak berapa lama bang Samosir mengajak saya ke bis. Dan saya pun kembali berbicara dengan bang Madan.
“full bang?” kata saya ke bang Madan
“full”
“ya la akhir libur pula minggu ini ya” kata saya
“kalau nanti gak ada tempat, dimana la kau ku letak” kata bang Madan
“dimana aja bang, asal aku aman”
“di depan aja kau nanti”
“tulang Butar mana bang?” kata saya
“mungkin naik dari amplas dia. Hujan pula ini”
“oo ya la. Nunggu apa lagi bang”
“ada penumpang telat”
“terbaikla emang, penumpang telat ditungguin, bus lain udah ditinggal itu” kata saya
“cemana lagi, trip terakhir pula. Yu nanti kau duduk di bangku 1-2 aja di belakang supir”
“kenapa gitu bang?”
“nanti di Tebing itu naik, saudara abang kok”
“ooo, aman bang”
Dan tidak berapa lama penumpang yang ditunggu pun datang dan segera naik bis, sedangkan bang Samosir ke loket untuk mengambil surat jalan. Pas naik ketemu tulang Butar.
“yah, ikut kau?” kata tulang Butar
“ya tulang, mau ke Pekanbaru dulu”
“oo ya la” kata tulang Butar
Kemudian kami naik ke Bis. Tepat 20.45 bis pun keluar dari loket, bang Samosir bawa pertama dari sini. Dan saya duduk di seat 2 sementara ini. Ketika di simpang lampu merah naik penumpang. Ada 2 orang dan duduk di depan. Saya berfikir kalau udah 2 didepan saya dimana lagi. Dan kemudian bang Madan masuk ke area kabin penumpang dan bilang ke saya.
“padat pula la Yu, dimana la abang letak kau” kata bang Madan
“lho, depan penuh?” kata saya
“penuh, ku fikir ibuk itu sendiri, rupanya bawa suaminya. Suaminya turun di Aek Kanopan”
“area full?” kata saya
“full Yu. Kalau gak nanti kau di tempat abang aja, yang sebelah kanan ya”
“ooo, aman bang. Kalau gak gantian kita nanti bang” kata saya
“ya udah, di Aek Kanopan aja nanti”
“sabar la Yu. Gini la anak Bismania”
“ya la bang, Bismania dimana aja ok kalau di bis. Asal nyaman” kata saya
Setelah itu saya mencoba untuk tidur, tapi sepertinya tidak bisa, apalagi ini yang bawa bang Samosir, yang menurut saya bang Samosir enak bawanya. Kemudian bang Madan kembali ke depan dan menyuruh ibu yang di depan pindah sementara ke dalam, duduk bersama saya sampai Tebing. Tidak berapa lama sampailah di Tebing setelah macet di daerah Sergai dan Sei Rampah. Dan saya pun berjalan ke arah area tempat tidur bang Madan, tapi apa yang saya dapat adalah zonk, sudah ada penumpang yang tidur disitu, dan saya ke tangga pintu tengah dan duduk disitu sambil menghubungi bang Madan.
“bang, gak bisa disitu. Udah ada orang” kata saya
“masa. Di sebelah kanan Yu” kata bang Madan
“ada penumpang tidur bang, kakinya udah lurus aja, telentang dia” kata saya
“oalah, jadi gimana itu?”
“Ayu di tangga tengah aja bang. Nanti gantian kita di Aek Kanopan” kata saya
Kemudian telepon berakhir, dan bis pun jalan, tapi tidak berapa lama berhenti lagi dan saya lihat bang Samosir dan bang Madan serta tulang Butar ada diluar. Kemudian tidak berapa lama bang Madan membuka pintu tengah dan bilang ke saya.
“Yu, kau di tempat tidur supir aja” kata bang Madan
“lha tulang Butar gimana?” kata saya
“turun dia. Ada urusan” kata bang Madan
“gak apa-apa itu?” kata saya
“gak, disitu aja kau dulu ya” kata bang Madan
Lalu bang Madan menutup pintu dan mengarahkan saya ke area. Dan disana ada dua penumpang pria juga. Sebenarnya deg-degkan sih, tapi bagaimana lagi, bus sudah full.
“sini dulu ya, nanti di Aek Kanopan abang bangunkan kau”
“ya bang, bangunkan aja nanti, gantian kita di depan”
Sudah pasti dua penumpang di area ini pasti heran dan bertanda tanya lihat saya. Siapakah saya, apakah supir juga atau kru di bis ini. Yang jelas ini pertama kali saya di kandang macan alias di tempat tidur supir. Karena belum ngantuk saya chat WA dengan sahabat saya sampai akhirnya saya mengantuk dan ingin tidur, saya meminta tolong sahabat saya untuk membangunkan saya sekitar 2 jam lagi, karena 2 jam lagi saya akan bergantian dengan bang Madan. Tepat jam 01.40 bang Madan ke belakang dan membangunkan saya.
“Yu, kau mau disini atau di depan?” kata bang Mada
“udah turun sewa abang?” kata saya
“udah baru aja. Jadi mau di mana?”
“ke depan aja la bang”
“ya udah la depan kau kawanin bang Butar” kata bang Madan
“oke bang” kata saya
“Yu, nanti di Bagan bangunkan abang ya, ada sewa mau turun”
“di Bagan dimananya?”
“jangan sampai kota la”
“oke seep bang” kata saya
Dan saya pun berjalan ke depan, sampai di depan pas mau buka pintu sekat agak sulit karena ada penumpang dan saya pun mengetuk pintu tersebut.
“kak, bisa geser sedikit?” kata saya
Mungkin dia fikir bergeser ke samping.
“gak kak, kakak geser ke sini, saya duduk disitu” kata saya
Dan kemudian saya duduk di bangku kernet. Saya fikir tulang Butar yang turun. Rupanya bang Samosir yang turun
“yah, gimana rasanya tidur di tempat tidur supir” kata tulang Butar
“ah tulang ini” kata saya
“enak kan”
“lumayan tulang” kata saya
Jujur sebenarnya ini perdana dan saya merasakan nyaman tidur disitu, karena tempat tidurnya bersih dan tidak ada barang-barang supir. Karena di bis ini kru punya bagasi sendiri di dekat bagasi penumpang di bawah.
“sendiri aku ini. Turun si Samosir tadi” kata tulang Butar
“lha, kata bang Madan tulang yang turun?”
“seharusnya iya, mau bawa keluarga ku ke Prapat sana, tapi kalau aku yang turun nanti bingung si Samosir, gak enak juga kalau aku yang turun. Bagus dia yang turun dan ngaso dulu dia”
“oo ya la lang”
“jadi aku mau tanya, jangan marah ya” kata tulang Butar
“ya tulang, tanya aja” kata saya
“sudah menikahnya kau?”
“belum tulang”
“berapa umurmu?”
“jalan 27 tulang”
“oo masuh bisa la itu”
“masih bisa tulang, tapi keluarga udah pada menuntut awak nikah”
“ah, biasa itu. Ku fikir tadi kau udah nikah. Ku tanya sama si Madan apa udah nikah dia? Kalau udah nikah kok bisa dia ikut kita?”
“jadi apa kata bang Madan tulang?”
“kata dia gak tau aku bang. Tapi udah ada calon kan?”
“belum lang”
“ah masa? Pacar?”
“gak ada juga lang”
“ah, cemananya. Coba dulu cerita gimana jalan ceritanya?”
“maksud tulang?”
“kok bisa kau suka sama bus”
“ooo, gimana ya lang, sebenarnya dari kecil diajak naik bis, dah gitu memang suka sama transportasi kayak bus, kereta api, pesawat. Tapi lebih ke bis” kata saya
“anak ku ada juga suka ini. Tau kau kan si Hendi anak ku itu”
“tau lang, pernah jumpa sama dia waktu awak naik dari Kota Pinang”
“ooo, iya dia suka itu juga. Jadi orang tua tau kalau kau suka bus?”
“tau lang”
“apa kata orang tua mu?”
“awalnya aneh mereka, tapi akhirnya mereka izinkan karena kan positif juga. Mereka juga tau awak suka transportasi dari kecil”
“ooo, jadi kembali la ke tadi ya, kalau ku tengok dimana salah mu ini?”
“salah apa lang?” kata saya
“kau di bilang cantik lumayan la, dibilang jelek kali enggaknya”
“standar la ya lang”
“ya gitula, dibilang sombong gak sombong, ramahnya kau ku lihat” kata tulang Butar
“mungkin belum di kasih Tuhan lang”
“mungkin belum ada jodohnya, atau ada yang suka sama mu kali”
“kalau suka mungkin ada lang, ada keponakan tetangga depan dulu, sepertinya dia udah ngomong ke orang tuanya. Tapi lang awak jumpa aja gak pernah say hello atau teguran, gimana mau kenal lang. awak gak suka laki-laki yang gak berani mengutarakan atau berkomunikasi la duluan”
“nah itu yang susah. Kalau boleh ku tebak, jangan marah ya” kata tulang Butar
“gak lang, bilang aja” dalam hati saya pasti sudah ketebak apa itu. Karena saya juga sudah bisa membaca tentang tulang Butar-Butar
“kau ini kalau cari pasangan harus kharismanya diatas mu lagi. Paham maksud ku kan?”
“paham lang. tau awak”
“ya, maksud kharismanya lebih tinggi dari mu itu dia harus diatas mu”
“ya la lang, dia harus diatas awak. Dia kan pemimpin rumah tangga, gak mungkin awak yang harus diatas dia karena awak perempuan” kata saya
“nah itu dia, ambil positifnya begitu. Kalau kharismanya di bawah mu gak kena di hatimu”
“ya lang, kalau awak gak pilih-pilih masalah calon lang, yang jelas dia bisa jadi pemimpin untuk menuntun awak ke arah yang lebih baik, dia bisa terima awak apa adanya dan bisa masuk ke keluarga. Karena keluarga awak rata-rata pada bocor, ya ngomong itu apa adanya, blak-blakan” kata saya
“kau sama seperti istri ku di rumah, istriku itu sama kayak kau” kata tulang Butar-Butar
“masa lang?”
“ya, sama sifat kalian. Kalau ku lihat la”
Banyak cerita bersama tulang Butar. Ada cerita pengalaman hidup dan nasehat dari tulang Butar-Butar. Salut lihat tulang ini, banyak pengalaman hidupnya, sama seperti udak Putra di Makmur MD. Gak terasa sudah memasuki Bagan Batu walaupun belum masuk kota.
“lang, awak masuk dulu ya, mau bangunkan bang Madan”
“oo ya, istirahat la kau disana”
Kemudian saya masuk ke area penumpang dan menuju area kru di belakang. Dan saya membangunkan bang Madan.
“bang, bangun bang. Udah masuk Bagan” kata saya
“ya” kata bang Madan sambil bersiap-siap
Kemudian saya bergantian naik di tempat tidur supir lagi, dan tidur karena sudah ngantuk juga. Tapi saat di balam area menuju duri bang Madan ke belakang dan membangunkan saya.
“Yu.. Yu..”
“ya bang”
“kau mau disini terus atau ke depan, ada bangku kosong itu di CC”
“di depan aja la bang” kata saya
“ayokla, tas mu ini Yu”
“ya bang, biar aja disitu” kata saya. Tapi tetap juga di bawa bang Madan
Dan kemudian saya duduk di seat CC. tidak berapa lama penumpang disebelah saya pun keluar dan akan turun di Duri. Dan setelah itu saya berpindah ke cc 1 dan menaikkn legrest dan tidur lagi. Rasanya masih mengantuk. Bang Madan tiba-tiba duduk disebelah saya dan berbicara dengan saudaranya yang di seat 1-2. Jam setengah 10 tiba di Rumah Makan Setia Abadi di Kandis. Sampai rumah makan saya langsung ke toilet sebentar dan setelah itu saya keluar dan beli snack ringan untuk ganjal perut sementara dan sambil hunting tentunya, banyak bis telat hari ini sepertinya.


 
 




“lha disini kau rupanya” kata bang Madan tiba-tiba
“ya bang”
“abang cariin kau tadi, mau abang ajak makan. Abang lihat kau ke belakang tadi terus gak nampak”
“ya bang, ke toilet tadi. Alah abang macam betul aja diajak makan”
“ya la, kalau gak kena marah si Gilang aku nanti”
“ahahahahaha”
Kemudian tidak berapa lama tulang Butar pun keluar dan ngobrol dengan agen di rumah makan. Tidak lama kemudian bus kami pun segera lanjut perjalanan ke Pekanbaru.
“ayok Yu” kata bang Madan
“ya bang” kata saya
Saya pun menaiki bus dan bus pun melanjutkan perjalanan. Suasana lumayan panas diluar, untung saya di bis AC, kalau di Ekonomi ah sudahlah jangan ditanya panasnya. Apalagi ini sudah masuk siang dan ini kota penghasil minyak juga, jadi wajarlah panasnya lain.
“poster” kata bang Putra via chat WA
“baru keluar dari rumah makan” kata saya
“ah lama kali, bis pariwisata”
“Butar sendiri” kata saya
“Samsir mana?”
“turun dia lewat di tebing tadi malam. Makanya Ayu tidur di kandang macan tadi malam, dan gantian sama si Madan”
“kenapa gitu?”
“ya, bawa keluarga si Butar ke Parapat”
“ooo. Enakla kau touring tunggal”
“touring tunggal ada enaknya ada gaknya” kata saya
“hhhmmmm”
“hmmmm terserah la” kata saya. Belakangan ini sebenarnya persahabatan saya dan bang Putra sedikit berjarak. Dan saya tidak tahu pasti apa sebabnya. Mungkin karena sama-sama sibuk.
“poster Opiee” kata saya melalui chat WA
“Terminal AKAP kak” kata Opiee
“oke”
“kakak dimana?”
“masih di Palas”
“oo bentar lagi itu” kata Opiee
“Opiee, masuk terminal gak biasanya kalau telat gini?” tanya saya ke Opiee
“masuk kak”
“oo, oh ya baru melintas van Bedelau . selisih di panam. Siapa ya yang bawa?”
“bang Ikral kak”
“opp, bisa la ini naikkan stat di fb tag nama bang ikral”
“naikkan aja kak. Hahahahaha” kata Opiee
Kebetulan setelah simpang bingung, masuk ke Panam jalan sedikit macet karena perbaikan jalan. Mau pembangunan jembatan dan pelebaran. Sudah sama saja di sini dengan di Medan rupanya. Cor-coran. Tidak berapa lama bis pun masuk teriminal Akap BRPS. Dan Opiee sudah menanti di dekat peron sambil hunting rupanya.


            “apa kabar Opiee” kata saya
            “baik kak” kata Opiee
            “gimana jalan kak? Macet ya”
            “macet tadi malam arah Sei Rampah, sama di Panam la”
            “oo ya kalau di sini cor-coran kak. Langsung kita kak?”
            “ke tempat kak Meetha aja dulu kita, makan. Pengen coba indomie di warung kak Meetha”
            “oo, boleh itu, ke situ dulu kita” kata Opiee
            Lalu kami hunting sejenak dan saya ambil video sejenak dan foto.




            Saat lagi asyik foto tiba-tiba kami disapa bapak Dishub terminal Akap ini.
            “ya, siapa ini?” kata bapak tersebut kepada Opiee
            “ini kawan dari Medan” kata Opiee
            “suka bis juga?”
            “ya, satu hobby” kata Opiee
            “foto dulu la kami. Masukkan ke Facebook” katanya



            “masukkan ke facebook kak, namanya Kemenhub brps” kata Opiee
            “jangan lupa ya” kata bapak tersebut
            “iya pak, aman itu” kata saya
            Kemudian saya dan Opiee berjalan ke parkiran dan menuju warung kak Meetha.
            “Opiee kira-kira penginapan murah ada gak disini? Untuk hari sabtu aja”
            “penginapan ada kayaknya. Kenapa kak?”
            “kak Meetha kan minggu gak bisa ikut ke Minas dia, segan juga kalau nginap dirumahnya”
            “udah gak apa-apa kak, nginap tempat kak Meetha aja kakak” kata Opiee
            Tidak berapa lama kami sampai di warung kak Meetha dan ternyata kak Meetha tidak ada.
            “coba Opiee WA kak Meetha dimana?” kata saya
            “gak dibalas kak” kata Opiee
            “kakak coba telepon dulu dia ya” kata saya
            “coba la kak” dan kami sambil duduk di luar warung
            “halo kak Met”
            “halo” kata kak Meetha
            “lagi dimana kak?”
            “lagi di pasar sebentar. Ayu dimana?”
            “Ayu sama Opiee udah di warung kakak. Lama lagi kakak?”
            “ooo, gak bentar lagi balek”
            “oke kak” kata saya
            Tidak berapa lama kemudian kak Meetha pun sampai
            “eh, udah lama kalian?”
            “baru berapa menit kak” kata saya dan Opiee
            “mau makan apa?” kata kak Meetha
            “ini kak Ayu pengen indomie katanya”
            “iya kak, pengen indomie ini” kata saya
            “kuah atau goreng?”
            “hmm, kuah aja kak”
            “Opiee apa?” kata kak Meetha
            “indomie juga la kak”
            “kuah, goreng?”
            “kuah aja sama kayak kak Ayu”
            “mau minum apa?”
            “mandi aja kak” kata saya
            “Opiee?”
            “sama kak” kata Opiee
            Dan kemudian segera memasak pesanan kami. Dan ini hasilnya


            Sederhana tapi menggugah iman untuk memakannya. Ahahahahaha.
            “naik apa tadi Yu?”
            “Makmur kak, naik sama tulang Butar”
            “oo, padat?”
            “dari Medan tadi malam penuh semua kak” kata saya
            “macet ya jalan?”
            “macet di Sei Rampah” kata saya
            “ooo, jam berapa dari Medan Yu?”
            “Setengah 9 lewat kak. Seharusnya setengah 9, tapi karena baik kali krunya sampai ditunggu penumpang telat” kata saya
            “ooo ya la, Ari mana Pie?” kata kak Meetha
            “bawa mobil dia kak, ke Padang. Awak diajak kemarin tapi pas pula kak Ayu ngabarin mau ke sini, gak jadilah” kata Opiee
            “apa katanya?”
            “ayok Pie ikut ke Padang, gantian nanti kita bawa. Terus awak bilang indak bisa aku, mau jemput kak Ayu hari kamis. Sedih lihat dia kemarin itu”
            “lha kenapa?” kata saya
            “ya kak, nyampe subuh terus jam 8 pagi disuruh berangkat lagi”
            “masa?” kata kak Meetha
            “iya kak, di bilang dia sama awak, mati aku ini, baru nyampe jam 5 jam 8 berangkek lagi, mata padiah masih”
            “wah parah la itu” kata saya
            “kasihan kali si Ari itu, nyawa taruhannya itu” kata kak Meetha
            “itu la kak” kata Opiee
            “jadi yang ngantar Ayu siapa? Lu Pie” kata kak Meetha
            “ya kak, awak yang antar kak Ayu”
            “tempat yang kemarin Yu?”
            “ya kak” kata saya
            Kemudian bercerita tentang akan pernikahan salah satu rekan BR juga bulan september ini.
            “teringatnya kapan pesta Yaman?” kata saya
            “bulan 9 ini kak”
            “ooop, kumpul lagi kita. Merusuh” kata saya
            “kakak datang kak?” kata Opiee ke kak Meetha
            “kayaknya aku gak turun sampe akhir tahun ini”
            “bah, aci gitu kak Met” kata saya
            “iya, bulan depan ada saudara juga pesta di medan tapi aku gak turun”
            “lha, kenapa gitu?” tanya saya
            “males aja, emang plannya gak turun sampe akhir tahun. Diajak si mama ke sana tapi ku bilang mama aja la”
            “kalau gak ada lu gak rame kak. ahahaha” kata saya
            “dasar lu” kata kak Meetha
            “kak, sabtu kak Ayu tidur dirumah kakak” kata Opiee
            “ooo ya udah gak apa-apa”
            “minggu kakak ikut ke Minas?” kata Opiee
            “kalau minggu aku gak bisa ikut, aku pagi ke pasar. Tapi kalau mau nginap gak masalah, datang la”
            “kakak tempat kak Meetha aja sabtu nanti”
            “aman itu Opiee” kata saya
            Panjang cerita tak terasa sudah siang juga dan kami memutuskan pamit ke kak Meetha. Saya dan Opiee pun melanjutkan perjalanan ke Lubuk Sakat. Dan saat dijalan si Opiee lagi beruntung, dia menemukan uang 50 ribu.
            “kenapa Opiee?” kata saya
            “gak apa-apa kak, rezeki ngantar kak Ayu dapat uang”
            “lha, kakak fikir ada yang jatuh gitu”
            “ibuk utu tadi juga mau berhenti, pas awak mau ambil dia gak jadi berhenti, malu kali”
            “dasar lu Pie” kata saya
            “nanti mau awak infaq sedikit ke mesjid”
            “ya la, bukan uang awak, dapat di jalan ya harus di infaqkan”
            Dan kami melanjutkan kembali perjalanan, dan sampai juga di Lubuk Sakat, dan masuk ke dalam lagi dan tidak berapa lama sampai dirumah tante. Dan Opiee juga istirahat sebentar disini karena cuaca masih panas. Jadi kami sambil bercerita, banyak juga yang diceritakan sampai jam setengah 3 sore Opiee pun pamit pulang.
            “sabtu jam berapa kak?” kata Opiee
            “kalau bisa jangan siang kali Opiee, karena mau cari tiket sekalian hunting kita”
            “oo berarti sebelum zuhur la”
            “terserah yang mana enaknya aja. Nanti kalau gak kakak kabarin” kata saya
            “oke kak”
            “makasih ya Opiee”
            “ya kak, sama-sama”
            Dua hari juga di rumah tante ini, sebenarnya harus ke Taluk Kuantan, tapi karena sesuatu hal maka gak jadi, marah marah la si tamte yang disana. Seharusnya jum’at pagi ke sana dan nginap semalam, tapi karena supir tante yang disini di hubungi gak ngangkat teleponnya. Ya sudahlah, mungkin belum rezeki ke Taluk Kuantan. Malam hari bang Putra menghubungi saya.
            “dimana kau?” kata bang Putra
            “di rumah tante di Lubuk Sakat”
            “oo, gak bisa kau pulang besok?”
            “mana bisa, Yaman mgajak ke Rest Area. Gak enak gak datang” kata saya
            “ooo, Yu aku mau cerita la”
            “cerita la” kata saya
            Kemudian bang Putra memulai cerita dan saya memberi solusi. Dan telepon berakhir dan bang Putra langsung chat
            “kalau RCT 256 jalan dari Medan besok, aku ke Pku” kata bang Putra
            “ya udah, besok Ayu tanya bang Bardol dimana 256” kata saya
            “kalau 256 gak jalan?” kata saya
            “gak jadi la” kata bang Putra
            “oke” kata saya
            Sabtu pun tiba, dan saya bersiap-siap packing barang saya. Kurang sebenarnya disini dan pengen ke Taluk Kuantan, tapi ya sudahlah.
            “poster Opiee?” kata saya via chat WA
            “masih dirumah kak, habis zuhur nanti Opiee jemput kak” kata Opiee
            “oke Opiee” kata saya
            Tiba-tiba bang Putra menghubungi saya
            “udah kau tanya si Bardol?”
            “ini mau dihubungi” kata saya
            “pastikan ya, nanti kau hubungi aku”
            “ya” kata saya, dan saya pun menghubungi bang Bardol kru RCT 11. Dan ternyata RCT 256 dari Medan hari ini.
            “256 jalan dari Medan hari ini” kata saya
            “kau mintakan dulu nomor loket Medan sama Bardol atau nomor krunya juga gak apa-apa”
            “ya udah nanti Ayu kabarin”
            “ok, aku mau rapat dulu”
            Dan tepat habis zuhur Opiee mengabari kalau dia otw ke sini, dan saya juga sudah siap. Hampir sejam juga dan Opiee pun sampai. Dan kemudian saya pun pamit ke si tante dan tentunya memberikan THR dulu buat anak-anak tante.
            “Jupe katanya mau ke Pku hari ini” kata saya ke Opiee
            “naik apa dia?”
            “256”
            “kalau bang Putra jadi turun, suruh aja tunggu di Minas” kata Opiee
            “ya juga ya. Ngapain dia sampe pku orang kita hunting di Minas besok”
            “halo dimana Yu?” kata bang Putra tiba-tiba telepon
            “dijalan bang, mau ke balik ke Pku”
            “pesankan tiket Yu, @#$#%$^%%” suara bang Putra tidak begitu jelas karena saya lagi di sepeda motor. Saya pun langsung mengakhiri panggilan dan langsung chat WA
            “abang bilang apa? Gak jelas. Ayu masih di jalan. WA aja” kata saya
            “pesankan tiket RCT”
            “naik RCT kita?”
            “ya, 2 seat, kalau ada seat 1-2. Kalau gak ada gak usah. Satu aja bayar punyamu nanti, punyaku nanti aja” kata bang Putra
            “oke bang” kata saya

            Dan kami pun melanjutkan perjalanan lagi, dan kali ini kami singgah dulu ke Loket bus SAN (Siliwangi Antar Nusa). Karena saya masih penasaran sama si SAN ini.




Setelah dari loket SAN kami lanjut ke loket Rajawali di jalan S.M. Amin atau Arengka 2. Tepat bersebelahan dengan loket Rapi dan Sempati Star.
“bang Jeff mau jumpa kita”
“dimana dia?”
“masih di rumah kak”
“jumpa dimana katanya Opiee?”
“di loket RCT aja kak”
“oo ya udah” kata saya
Lalu kami pun pergi dari loket SAN dan langsung ke Loket RCT. Dan alhamdulillah seat 1-2 masih kosong. Dan saya pesan.
            “bang, ke Medan 2 orang”
            “lihat bangku mana”
            “seat 1 sama 2 bang”
            “oke, atas nama siapa?”
            “namanya bisa buat beda bang?”
            “bisa”
            “yang seat 2 atas nama Ayu bang”
            “Ayu ya, yang 2”
            “yang 2 atas nama Putra” kata saya
            “Putra ya, oke boleh minta nomor telepon satu orang saja?”
            “boleh bang” lalu saya memberi nomor saya
            “210 ya”
            “ya bang, bang bisa panjar dulu?” kata saya
            “oo bisa, panjar berapa?”
            “100 dulu bang. Yang seat 2 besok bang” kata saya
            “oke” dan kemudian orang loket tersebut memberikan tiket saya. Lalu saya dan Opiee berjalan ke Indomaret di sebelah, dan kami istirahat sebentar sampai bang Jeff datang.
            “halo bang” kata Opiee
            “dimana Pie?” kata bang Jeff
            “udah di depan Indomaret bang”
            “abang udah di depan” kata bang Jeff
            “itu dia Opiee” kata saya ke Opiee sambil menunjuk bang Jeff
            Lalu bang Jeff melihat kami dan langsung memarkirkan sepeda motornya depan kami.
            “apa kabar Yu?” tanya bang Jeff
            “alhamdulillah baik bang” kata saya
            “minum bang?” kata Opiee
            “itu ada Aqua” kata saya
            “boleh la, eh dingin ya”
            “ya dingin” kata saya
            “gak jadi la”
            “begh gak jelas” kata saya dan Opiee

            Lalu kami bercerita dan sudah mulai sore dan kami memutuskan untuk berjalan ke terminal Akap. Dan hunting jadi pilihan utama sambil nongkrong. Kebetulan Ricky juga datang ke AKAP


            Sampai disana kami cerita sambil hunting. Dan selepas maghrib berencana ke Rest Area.
            “Meetha mana?” kata bang Jeff
            “di warung dia” kata Opiee
            “coba tanya bisa gak dia ke sini”
            Lalu kami menghubungi kak Meetha, ternyata dia habis maghrib baru bisa keluar, dan kami sepakat bertemu di rest area.








Saat hunting ada juga datang rekan BMC yaitu Alex dan temanya. Dan setelah menyapa sebentar mereka pamit. Selepas maghrib kami menuju Rest Area warung Yaman. Kota Pekanbaru tidak jauh berbeda dengan kota Medan. Karena sudah mulai macet juga. Dan sampai di warung Yaman kami duduk, dan kebetulan Yaman sedang keluar sebentar.
            “mau pesan apa?” kata pegawai yaman
            “lihat daftar menu dulu bang” kata saya
            Dan akhirnya sudah saya putuskan memesan minuman apa
            “Sule + Green Tea satu” kata saya
            “dingin atau panas kak?”
            “dingin aja”
            “Susu kedelai + alpukat satu ya” kata bang Jeff
            “dingin atau panas bang?”
            “dingin, tapi dikit aja esnya” kata bang Jeff
            “mau makan apa kakak?” kata Opiee
            “apa yang ada Opiee?”
            “Nasi Goreng ada itu” kata Opiee. Tiba-tiba datang sepiring nasi goreng
            “punya siapa ini?” kata Opiee
            “punya awak itu” kata bang Jeff
            “udah mesan aja”
            “udah duluan tadi ku bilang sama Yaman”
            “apa itu?” kata saya
            “mau kakak? Minas kak?” kata Opiee
            “apa itu Minas? Kayak nama daerah aja Minas” kata saya
            “Mie Nasi goreng lo kakakku” kata Opiee
            “boleh deh” kata saya
            “bang, pesan Minas 1 nasi goreng biasa 1” kata Opiee sama pegawai Yaman
            “Minasnya telur dadar ya buat” kata saya
            “bang, Minasnya telurnya dadar” kata Opiee
            Tidak berapa lama Yaman datang
            “eh, apa kabar kak Ayu” kata Yaman
            “sehat Yam. Apa cerita” kata saya
            “ah, gak ada kak. Udah pesan minum kakak” kata Yaman
            “udah, itu lagi dibuat” kata saya dan tidak berapa lama minuman saya datang.
            Kalau ke Pekanbaru tidak enak kalau tidak mampir ke rest area anak BR dan nginap di sini. Karena kalau tidak main ke sini Yaman pasti bertanya.



            “Jupe gak jadi berangkat” kata saya
            “lho kenapa kak?” kata Opiee
            “telat dia nunggu 256 itu” kata saya
            “mau naik itu rupanya dari sana dia” kata bang Jeff
            “ya bang, tapi karena telat ya gak jadi. Emang dia bilang kalau 256 gak jalan aku gak pergi”
            “ooo” kata bang Jeff
            Malam ini sungguh sangat seru, karena pada berkumpul, kak Meetha datang jam 9, setelah itu masuk si Evan dan rame la suasana rest area. Dan semua sepakat kalau besok selepas subuh akan ke Minas, tapi sayang kak Meetha gak bisa ikut. Jam 10 saya dan mbak Meetha pamit pulang duluan.
            “eh, duluan kami ya” kata kak Meetha
            “ok kak” kata Opiee
            “duluan ya” kata saya
            “ya kak, besok awak jemput kakak” kata Opiee
            “seep” kata saya
            “lu bawa motor Yu” kata kak Meetha
            “ok kak, sini”
            Gak heran sama kak Meetha, kalau sudah ke Pekanbaru dan jalan pasti saya yang bawa sepeda motornya. Setelah menempuh waktu sekitar 15 menit sampai juga di rumah kak Meetha. Setelah sampai taruh tas ransel, ganti pakaian ambil wudhu dan sholat isya sebelum tidur.
            “kenapa kak? Kok kayaknya lagi banyak fikiran” kata saya selepas sholat dan mau melipat mukena.
            “gak apa-apa kok” kata kak Meetha
            “jangan bohong kak, lagi banyak fikiran si kakak ini” kata saya tapi kak Meetha hanya menanggap senyum
            Sebelum tidur kami sempat bercerita sedikit, ya edisi curhat sedikit la walau tidak terlalu dalam. Biasa kan cewek kalau sudah jumpa pasti ada bahan cerita.
            “tidur lu Yu, besok subuh bangun dan lu kan mau ke Minas” kata kak Meetha
            “hehehehe.. ya kak” kata saya
            Ketika saya mencoba memejamkan mata ada sesuatu hal yang buat perasaan jadi tidak enak. Jadi saya hanya memejamkan mata tapi tidak tidur. Sampai jam 02.30 dini hari saya tersentak. Dan duduk di tempat tidur.
            “kenapa lu Yu?” kata kak Maeetha
            “gak apa-apa kak, gak bisa tidur. Kayak ada sesuatu gitu” kata saya
            Beberapa lama juga saya terdiam dan sambil pegang hp chat dengan sahabat saya.
            “kalau fikiran gak enak mending lu sholat deh” kata kak Meetha
            “ya kak” kata saya, tapi tetap juga gak bangun
            Tidak berapa lama kak Meetha bangkit dan keluar, saya pun mengikutinya karean mau ke kamar mandi. Dari dapur saya dengar kak Meetha lagi buat sesuatu. Sampai kamar saya lihat kak Meetha minum susu ternyata.
            “minum itu susu, biar enakan. Habis itu tidur” kata kak Meetha
            “ya kak” kata saya. Sebenarnya saya tidak terlalu suka susu apalagi susu putih. Tapi karena saya menghargai jadinya saya minum. Setelah itu mau tidur.
            “apa Ayu batalin aja ya kak tiket RCT itu?” kata saya
            “lho kenapa emangya?” kata kak Meetha
            “ada yang ganjel kayaknya kak. Gak enak perasaan” kata saya
            “ya terserah mu sih, terus kalau batal mau naik apa?” kata kak Meetha
            “naik P3 paling. Atau Rapi” kata saya
            “dah tidur lu, ntar gak terbangun” kata kak Meetha
            Saya pun kembali memejamkan mata, tapi tetap tidak bisa tidur, hanya memejamkan saja. Sampai saat sudah terdengar suara ngaji di Mesjid saya bangun dan langsung siap-siap mandi. Kak Meetha juga terbangun. Dan dia ke kamar mandi sebelah ambil wudhu juga. Selepas mandi saya pun sholat dan bersiap-siap.
            “udah siap Yu?” kata kak Meetha
            “bentar kak, Ayu mau sholat dulu ya”
            “sholat la” kata kak Meetha
            Sehabis sholat saya siap-siap dan kemudian bertanya ke kak Meetha
            “jadi teringatnya yang jemput Ayu siapa ini?” kata saya
            “si Opiee katanya” kata kak Meetha
            “ooo” kata saya
            Saya bersiap-siap, tiba-tiba kak Meetha bilang
            “udah siap lu Yu?” kata kak Meetha
            “kenapa kak?” kata saya
            “Opiee ga sempat kemari, jadi aku yang anter ke simpang”
            “ooo, udah kok” kata saya
            Kemudian kak Meetha mengeluarkan sepeda motornya dan seperti biasa ya saya pasti yang bawa.
            “Opiee nunggu dimana dia?” kata saya
            “di simpang lampu merah itu Yu katanya” kata kak Meetha
            “ooo, telat dia”
            “laki-laki mah gitu, bilang pagi tapi pada te;at. Gak heran” kata kak Meetha
            “hahahahaha.. sama la kayak di Medan ya” kata saya
            Tidak butuh waktu lama buat ke simpang Jl. Soekarno-Hatta itu. Sampai sana Opiee juga gak ada.
            “dimana dia katanya kak?” kata saya
            “disini katanya” kata kak Meetha
            “coba telepon kak” kata saya
            “dimana lu Pie” kata kak Meetha menghubungi Opiee
            “di jalan kak” kata Opiee
            “jalan mana lu” kata kak Meetha
            “arah Zainul Arifin. Masih isi minyak kak, bisa antar kak Ayu ke simpang Zainul Arifin kak?” kata Opiee
            “kau la ya Pie, buat silap lu” kata kak Meetha merepet
            “dimana dia kak” kata saya
            “isi minyak dia, yok Yu kuantar kesana” kata kak Meetha
            Selanjutnya kita jalan lagi deh, lewat pajak juga, kalau tidak silap pasar bawah namanya. Kemudian sampai di simpang dan berjumpa dengan Opiee
            “sorry ya kak, telat awak” kata Opiee
            “emang la lu ya Pie” kata kak Meetha
            “ya maaf lo kak”
            “ya la, hati-hati kelen. Yu nanti lu pulang ke rumah aja. Anggap aja rumah sendiri, mau ngapain juga terserah, tapi tidur lu ya, lu belum ada tidur soalnya” kata kak Meetha
            “siap kakak. Makasih kak, kami jalan dulu” kata saya
            “ya hati-hati”
            Dan kemudian kami pun jalan, udara pagi, sejuk, masih sepi. Maka nikmat Allah mana yang mau didustakan.
            “Yaman mana Pie?” kata saya
            “jemput si Angga kak” kata Opiee
            “oo, ketua kelen” kata saya bilangkan bang Jeff
            “bang Jeff nyusul dia” kata Opiee
            “ooo” kata saya
            Jalan yang dilalui tidak seperti biasanya. Sepertinya Opiee dari jalan lain tembusnya sama ke Simpang Bingung juga. Sampai disana sudah ada Ricky menunggu.
            “mana yang lain Ky?” kata saya
            “masih di jalan kak” kata Ricky
            Kemudian kami lanjut jalan dan berhenti di SPBU karena bang Jeff menunggu disitu. Kami pun menunggu. Tidak berapa lama Evan dan Rio Opung pun datang, kemudian disusul Yaman dan Angga.
            “kak Ayu nanti sama Evan aja, Opung sama bang Jeff”
            “kalau kakak bebas” kata saya
            “nanti Opiee jangan lupa jemput Bani” kata Evan
            “ikut si Bani Keren” kata Rio
            “ya ikut dia, kan dekat lagi rumahnya” kata Evan
            Kemudian kami pun jalan kembali, dijalan ketemu dengan Intra 47 (batangan si Evan). Kebetulan Evan kru di Intra 47.
            “lewat batangan ku. Salahnya pakai helm aku” kata Evan
            “itu dia Van, jadi berangkat nanti ke Siantar la” kata saya
            “belum tau juga. Perpal dulu aku kayaknya” kata Evan
            Lalu bang Jeff berhenti sebentar karena membeli kue dan gorengan, dan Rio membeli Aqua untuk kami di sana. Lalu kami pun lanjut ke Minas dan sampai di Spot Hunting anak Bismania Riau, gampang menandakan lapak hunting mereka, yaitu stiker BeDeLau yang tertempel di tiang listrik.


            Cuaca masih sejuk sampai disini, kami menyebut Minas adalah Rollercoaster Sumatera. Karena jalan yang naik berbelok dan dikelilingi sawit milik PT. Cevron






Tidak berapa lama rekan kami datang lagi yaitu Robby. Si tukang candid, kalau di Medan ada MTG dan bang Fandryasyah yang suka begitu. Tidak berapa lama sambil hunting dan sarapan kue dan gorengan, Rio pun mengajak kami berganti tempat hunting, kali ini ke arah Kandis, tidak jauh dari Spot hunting ini.
“kakak mau dapat foto yang bagus kak? Mau coba kamera itu kan?” kata Rio
“ya pung” kata saya
“nah ayok” kata Rio

Kami pun berjalan lagi dan tidak berapa lama sampai di spot yang dimaskud.














Sambil hunting sambil cerita asyik, sambil melece alias bercanda. Sampai akhirnya foto bersama dahulu sebelum banyak bis yang lewat.


Setelah foto bersama baru berburu lagi. Bakal banyak yang lewat.
“siapa yang lewat antara Rapi dan RCT itu yang ku naikki nanti” kata saya
“kenapa Yu?” kata bang Jeff
“masih 50:50 bang sama RCT” kata saya




Antara RCT dan Rapi rupanya masuk bersamaan, saya mengambil video saja karena cepat sekali.
“ooop.. ooop.. masuk bersamaan” kata saya
“joss RCT kak” kata Opiee
“ah jelas la ini” kata Rio
“RCT aja Yu. Joss itu” kata bang Jeff
“sepertinya akan ke RCT ini” kata saya
“naik RCT kak Ayu jadinya” kata Opiee
“kakak pulang naik RCT kak?” kata Angga
“ya Ngga”
“udah pesan tiket?”
“udah, tapi masih dipanjar”
“sama kak Ayu aja kalau gak pulangnya, karena seat 2 kosong itu” kata Opiee
“kakak duduk nomor berapa?” kata Angga
“seat 1-2, tapi seat 2 batal”
“untukku aja kalau gak kak”
“ya udah, nanti dibatalkan dulu” kata saya
“ya kak, buatkan aja namaku” kata Angga
“yang penting nanti kakak batalkan aja dulu, habis itu pesan aja. Masih banyak kok bangku kosong” kata saya
Sebenarnya malas kalau harus satu seat sama dia, yah karena orangnya kurang enak. Yaman permisi duluan karena akan belanja untuk kebutuhan jualannya.
“aku duluan ya kak” kata Yaman
“ya Yam, makasih ya” kata saya
“ya, sama-sama kak. Kalau sempat nanti aku ke Akap”

“ya datanglah” kata Opiee




Kemudian kami bersiap untuk pulang.
“jadi kemana kita habis ini?” kata Rio
“tempat Meetha aja dulu. Makan indomie kita” ajak saya
“ya, cocok itu tempat kak Meetha kita dulu” kata Opiee
“ya udah, ke warung Meetha aja dulu” kata bang Jeff
“Opiee, kita ke RCT dulu nanti ya, mau pelunasan tiket. Baru ke warung kak Meetha”
“itu pun jadi” kata Opiee
Lalu saya masih tetap dibonceng Evan, sambil cerita-cerita juga sama Evan. Tapi sayang Evan tidak bisa ikut ke warung kak Meetha. Karena jam 12 mau mengantar adiknya pergi bekerja. Jalan Panam kami pisah dengan Evan, sedangkan saya bersama Opiee. Emang dasar belum puas akhirnya kami hunting lagi.
















Setelah puas hunting, kami ke loket RCT dan saya membayar lunas tiket saya, baru kami ke warung kak Meetha. Sampai disana ternyata rekan-rekan yang lain sudah sampai duluan. Dan kami semua memesan Indomie kuah plus nasi.


Tidak lengkap rasanya kalau ke warung kak Meetha tidak memesan indomie khasnya. Hehehe. Kali ini pasukan banyak ke sini. Ketika zuhur sudah mulai pada ingin pulang dan mau istirahat, terutama saya. Saya juga akan kembali ke rumah kak Meetha. Istirahat sebentar karena setelah ashar akan diantar kak Meetha ke Terminal Akap.
“kakak gak mau ini dulu?” kata Opiee

“mau la Opiee, jarang ini di Medan. Apalagi Lorena kan udah gak masuk ke Medan” kata saya.




















Tidak berapa lama setelah hunting disitu saya pamit ke kak Meetha dan ibunya kak Meetha.
“ibuk, pamit ker rumah sebentar ya” kata saya
“ya” kata ibu kak Meetha
Sampai dirumah kak Meetha ternyata tidak ada orang, adik kak Meetha belum pulang. Akhirnya menghubungi kak Meetha lagi dan kak Meetha kembali ke rumah sebentar. Selepas sholat zuhur sebenarnya ingin tidur, tapi tetap juga tidak bisa. Akhirnya selepas sholat ashar saya bersiap-siap untuk mau pulang dan menunggu kak Meetha. Karena kak Meetha berjanji mau antar saya ke terminal Akap. Sambil menunggu kak Meetha pulang saya menonton tv bersama adik perempuan kak Meetha. Dan tepat jam setengah 5 kak Meetha pulang.
“udah siap Yu?” kata kak Meetha
“udah kak, tinggal pakai jilbab aja” kata saya
“aku mandi dulu ya”
“oke kak” tidak berapa lama
Tidak berapa lama setelah kak Meetha mandi dan bersiap-siap saya pun pamit ke adik kak Meetha. Dan kami pun pergi.
“ntar ke warung dulu ya Yu” kata kak Meetha
“oke kak, siap” kata saya
Lalu setelah dari warung kak Meetha saya pun kembali bergegas tancap gas.
“nanti mampir ke toko depan sana ya Yu”
“oke kak, nanti bilang aja” kata saya
Setelah dari toko, kami pun bergegas lagi
“kak, gak diisi minyak ini” kata saya
“oo, ntar aja deh” kata kak Meetha
“oke kak”
Sampai di jalan S.M. Amin/Arengka II kami berhenti sebentar di SPBU untuk isi minyak. Dan setelah itu pergi lagi, saya pun tancap gas, karena jam 6 kurang saya sudah harus di terminal Akap. Karena saya minta naik dari sana. Yah sampai di Akap ternyata sudah ada bang Jeff dan yang lain menunggu, ditambah lagi anak-anak bismania yang baru bergabung di Bismania Riau.

Saatnya saya akan pulang, tapi sebelum itu saya dan yang lain foto bersama dulu.
















Saatnya saya pamit ke mereka karena bis saya akan ke loket kembali.
“kak ini ada uang untuk kakak” kata Opiee
“uang untuk apa?” kata saya
“uang makan kakak di jalan”
“alah macem betul aja, gak mau” kata saya
“ini kak” kata Opiee
“enggak mau, macam betul aja la kelen” kata saya
Lalu saya berlari ke dalam bis dan kak Meetha mengejar dan memberikan kepada saya. Tapi saya tolak.
“ini Yu” kata kak Meetha
“gak mau Ayu kak. Macem betul kali la”
“nah ini” kata kak Meetha
“begh, buat silap, ini nampaknya buat awak gak mau ke sini lagi” kata saya
“udah, pokoknya ini. Kasih ke dia bamg” kata kak Meetha ke Supir RCT tersebut
“jangan terima bang” kata saya
“ambil aja bang” kata kak Meetha
Seperti adegan berantem ya, hahahahahha. Akhirnya supir mengambil dan bilang
“udah, kita beli minuman aja nanti” kata supir tersebut
“terserah abang la, aman itu. Ini la kawan-kawan ini” kata saya
“kalau dikasih bersyukur” kata sopir tersebut
“bukan gak bersyukur bang, awak sama orang itu udah kayak keluarga la”
“justru itu. Eh tadi siapa perempuan itu namanya”
“Meetha”kata saya
“dia yang di warung cucian lorena sama sampagul kan”
“ya bang”
“oo baru aku ingat, si Mita”
“namanya Mita bang. Tapi kami manggilnya Meetha” kata saya
Tidak berapa lama sampai diloket dan saya pun turun dan segera ke Indomaret untuk membeli minuman untuk saya dan para kru bis ini. Tidak berapa lama datang si Angga ke loket. Dan dia duduk di seat 2 karena sudah saya batalkan tadi. Malas rasanya selama dijalan bersama dia.
“bang, itu minumannya” kata saya
“ah, bercandanya tadi”
“gak apa-apa bang. Kan udah janji tadi” kata saya
“lha buatku mana? Kakak belikan orang itu” kata Angga
“tadi ada rezeki dikit dan mereka minta dibelikan minuman” kata saya
Nah ini salah satu yang gak saya suka dari Angga, terlalu sibuk dengan orang, mulutnya terkadang tidak bisa dijaga. 18.30 bus pun berangkat. Baru jalan saja sudah agak oleng bisnya, berarti yang bawa ini joss alias kencang. Tapi kita lihat bagaimana nanti. Nama supir 1 bang Kurdad Ginting dan Supir 2 bang Gopal. Di simpang Gelombang kena macet panjang karena truck-truck besar yang lewat. Jadi hampir sejam di situ-situ saja.
“kau apain dulu pipa angin ini nanti di rumah makan, gak enak kurasa” kata bang Kurdad
Dalam hati saya berfikir apa yang saya fikirkan terjadi, ada sesuatu hal. Dan jam 9 kami berhenti di rumah makan selama 15 menit, awalnya saya lapar dan ingin makan, tapi tidak jadi karena tadi.
“makan kau dek” kata si Kurdad yang sedang minum kopi

“ya bang” kata saya



Sebenarnya banyak kejadian selama perjalanan, tapi tidak saya paparkan, dari mulai penumpang yang hamil muda muntah, pipa angin lepas, rem lengket dan bis gak bisa jalan. Sampai di SPBU Kota Pinang baru diperbaiki. Sambil bus diperbaiki saya pun hunting sejenak.














Setelah selesai bus jalan lagi, jam setengah 7 sampai di RM. Gunung Sari 2 di Simpang Kawat. Tapi saya tidak turun.
“yah, gak makan” kata bang Gopal
“gak bang” kata saya
“nah ini makan peyek, garing” kata bang Gopal
“ya bang, makasih” kata saya

Jam setengah 10 juga masuk di Medan. Nah ini akhir dari touring kali ini, sampai jumpa di touring selanjutnya. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar