Tahun ini sepertinya tahun yang mana liburannya
lumayan panjang. Ya maklum karena pekerjaan saya adalah tenaga pendidik atau
guru, jadi kalau libur ya ikut jadwal liburan sekolah. Dan lebaran tahun ini
sebenarnya punya planning dengan keluarga akan berlebaran di Pekanbaru tempat
tante (adik mama) yang kebetulan tinggal disana. Tapi sayang karena sesuatu hal
jadi kami memutuskan tidak jadi ke sana. Alhasil kita lebaran di Medan, tapi
semua berubah ketika negara api menyerang eits salah emang avatar ya, hehehehehe.
Semua berubah setelah kabar duka meninggalnya kakak papa yang paling besar di
Jakarta tepat H-2 jelang lebaran. Akhirnya setelah kompromi dengan semua kami
memutuskan lebaran pertama akan mudik ke Siantar. Dan dimulai dari sini
sebenarnya perjalanan dimulai. H+2 lebaran saya dan adik-adik serta adik sepupu
ikut si om (adik mama) ke Aek Nauli. Tepatnya di daerah Sibaganding Parapat.
Disana saya dan adik-adik sengaja hunting, ya serasa MTMA la, masuk ke daerah
Balai Penelitian Kehutanan, tidak sembarang orang boleh masuk ke sini. Harus
izin dahulu, apalagi jika ingin camping disini. Ok cukup cerita sekilasnya. H+3
kami pulang ke Medan sekalian mau ke rumah mertua sepupu saya, karena ada acara
penabalan nama anaknya yang baru lahir. Oke cukup juga. Tanggal 5 Juli saya
serta keluarga pergi kembali ke daerah Simalungun tepatnya di Bahjambi.
Kebetulan ada acara keluarga dan menginap, kalau orang tua saya nginap sehari
sedangkan kami ikut wak (kakak mama) ke Siantar karena kami akan melanjutkan
sesi hunting didalam hutan lagi. Ya sebenarnya saya penasaran dengan
penangkaran gajah yang ada di cagar alam Aek Nauli, Cuma kita gak boleh masuk
terlalu jauh ke dalam akibat beberapa waktu lalu ada Harimau yang sudah turun
gunung, ada 2 ekor, yang satu dapat dan diberikan ke kebun binatang siantar dan
satu lagi kembali masuk ke hutan. Ini sebabnya banyak orang yang dilarang masuk
terlalu jauh ke cagar alam karena takut harimau akan turun lagi. Oke cukup juga
ceritanya. Dan ini cerita sebenarnya.
Setelah
liburan yang saya rasa belum puas, saya memutuskan untuk kembali touring
sendiri. Kali ini tujuan selanjutnya adalah Pekanbaru. Ya kota dimana selalu
saya rindukan untuk kembali ke sini. Setelah saya gajian, saya pun memutuskan
untuk touring setelah tentunya pamit dulu sama orang tua (sok anak berbakti ya,
ya dong ya).
“halo
lang, dimana kau?” kata saya kepada teman saya Gilang
“dikerjaan
kak. Kenapa itu?”
“kakak
mau ke pku besok. Bisa tolong bilangkan sama bg Madan? Kakak telpon dia gak
ngangkat” kata saya
“ok
bisa kak” kata Gilang
“
kalau 150 mau dia itu kan?”
“mau
kak. Kasih aja”
“oke
lang, nanti kabarin kakak kalau ok ya”
“siap
kak” kata Gilang
Saya
memang memutuskan untuk sarkawi kali ini. Karena kalau beli tiket pasti tidak
akan dapat. Dan izin sudah dapat dimana hari H saya pun menghubungi tante saya.
“buk,
ibuk dirumah kan besok?” kata saya
“ya,
kau dimana ini?” kata tante saya
“di
Medan buk, nanti malam ke Pku Ayu”
“sama
siapa kau?”
“biasa
buk, sendiri”
“naik
apa?”
“naik
Makmur buk, trip terakhir dari sini, setengah 9 malam”
“turun
dimana?”
“biasa
buk, di Terminal AKAP”
“kok
gak naik Makmur yang ke Taluk, biar lewat rumah ibuk”
“itu
berangkat sore buk, gak ada supir yang Ayu kenal trip itu. Om masuk pagi ya
buk?”
“ya
masuk pagi pula dia”
“oalah,
gak bisa jemput berarti” kata saya
“gak
ada kawanmu yang bisa ngantar?”
“ada
buk, nanti Ayu hubungi orang itu. Ya udah ya buk, nanti Ayu kabarin ibuk lagi”
“ya,
hati-hati Yu”
“ya
buk”
Setelah
telepon berakhir saya berfikir, siapa yang bisa saya minta tolong antar ke
Lubuk Sakat. Kalau Gilang pasti kerja dia dan tidak akan bisa. Akhirnya minta
tolong ke Opiee. Rekan yang selalu stay di sana.
“halo
Opiee, dimana?” kata saya
“di
Pku kak, kenapa kak?”
“besok
gak kemana-mana kan?” kata saya
“besok
belum tau kak, tapi kayaknya gak itu. Kenapa kak?”
“malam
ini kakak ke Pku”
“sama
siapa kakak?” kata Opiee
“sendiri
Opiee, kakak mau minta tolong sama Opiee antarkan kakak ke Lubuk Sakat,
kebetulan om kakak masuk pagi, jadi gak bisa jemput. Bisa Opiee?”
“ooo
bisa kak, aman itu. Kakak berangkat naik apa?”
“Makmur
Opiee. Sama si Madan. Trip terakhir kakak”
“oke
kak, besok awak tunggu di Akap”
“oke
Opiee, makasih ya Opiee”
“ya
kak, sama-sama”
“halo
bang, dimana?” kata saya menghubungi bang Madan
“di
gudang” kata bang Madan
“bang,
ada dibilang Gilang sama abang”
“ada”
“satu
ya bang, ke Pku”
“siapa
yang berangat?”
“Ayu
bang. Bisa kan bang?”
“bisa,
aman itu”
“Ayu
naik dari loket ya bang”
“ya
udah, gak apa-apa. Tapi kalau full nanti gimana Yu?”
“Ayu
dimana aja aman bang. Di depan pun gak masalah”
“oke
Yu”
“oke
bang, makasih bang”
“ya
sama-sama”
Dan
sore pun tiba, sebenarnya sudah siap dari sebelum ashar, sambil menunggu waktu
saya seperti biasa ke rumah tetangga sebelah untuk mengganggu anak tetangga
yang masih bayi. Dan tak terasa mau maghrib dan saya pun bersiap-siap. Kali ini
saya naik ojek online ke loket. Karena si adik lagi keluar.
“kakak mau ke
Pku?” kata Rio opung dari chat WA ketika saya di jalan mau ke loket
“ya kenapa pung?”
kata saya
“sama siapa
kak?”
“sendiri pung,
kenapa itu?”
“aku boleh titip
paket gak sama kakak?”
“boleh pung,
paket apa rupanya?”
“ada handuk kak”
“ooo, boleh
pung. Antar aja ke loket Makmur pung”
“kakak berangkat
jam berapa?”
“trip terakhir
jam setengah 9”
“ooo, ok kak”
“oke pung. Ini
kakak jalan ke loket kok”
“oke kak. Nanti
sepupu awak yang antar”
Dan ketika
sebelum adzan maghrib berkumandang saya sampai di loket. Duduk manis sambil
Minum Badak. Rame penumpang hari ini, mungkin karena ini minggu terakhir untuk
libur. Selepas maghrib sepupu Rio pun datang dan kami berbincang sebentar. Jam
stengah 8 bus Makmur bang Samosir pun masuk ke loket dan terus parkir ke arah
ekspedisi karena mau masukkan paket ke bagasi. Lalu saya pun menuju ke sana.
Terlihat bang Madan sudah mengangkat paket dan bang Samosir yang membantu juga.
“begh bang
Madan, awak telepon gak diangkat” kata saya ke bang Madan
“ya Yu, maaf la”
kata bang Madan
“eh, bang” kata
saya ke bang Samosir
“yah, mau ke
mana?” kata bang Samosir
“ke Pku tapi”
“ikut ini?” kata
bang Samosir
“ya bang,
sarkawi dulu”
“ya la, taruh
aja tas mu di dalam”
“nanti aja bang,
gak enak nanti”
“ya terserah la”
“nanti parkir di
sana kan”
“ya”
Dan setelah itu
saya berjalan meninggalkan bang Samosir dan bang Madan ke arah kantin lagi.
Tidak berapa lama bus pun segera parkir di tempat parkir keberangkatan. Saya
pun langsung ke Bis menaruh tas ransel saya di area tempat tidur bang Madan,
karena tas saya kebetulan tidak muat di bagasi atas. Hujan pun turun semakin
deras, dan saya menunggu semua penumpang naik di bawah sambil cerita bersama
bang Samosir.
“hujan pula la
ini” kata bang Samosir
“bentar lagi pun
reda itu bang”
“iya”
“trip terakhir
aja sekarang ya”
“mana pernah gak
trip terakhir kami”
Kemudian bang
Samosir berjumpa dengan penumpang langganannya dan berbicara, sementara saya
duduk sambil mendengarkan lagu dari mp3 menggunakan headset. Tidak berapa lama
bang Samosir mengajak saya ke bis. Dan saya pun kembali berbicara dengan bang
Madan.
“full bang?”
kata saya ke bang Madan
“full”
“ya la akhir
libur pula minggu ini ya” kata saya
“kalau nanti gak
ada tempat, dimana la kau ku letak” kata bang Madan
“dimana aja
bang, asal aku aman”
“di depan aja
kau nanti”
“tulang Butar
mana bang?” kata saya
“mungkin naik
dari amplas dia. Hujan pula ini”
“oo ya la.
Nunggu apa lagi bang”
“ada penumpang
telat”
“terbaikla
emang, penumpang telat ditungguin, bus lain udah ditinggal itu” kata saya
“cemana lagi,
trip terakhir pula. Yu nanti kau duduk di bangku 1-2 aja di belakang supir”
“kenapa gitu
bang?”
“nanti di Tebing
itu naik, saudara abang kok”
“ooo, aman bang”
Dan tidak berapa
lama penumpang yang ditunggu pun datang dan segera naik bis, sedangkan bang
Samosir ke loket untuk mengambil surat jalan. Pas naik ketemu tulang Butar.
“yah, ikut kau?”
kata tulang Butar
“ya tulang, mau
ke Pekanbaru dulu”
“oo ya la” kata
tulang Butar
Kemudian kami
naik ke Bis. Tepat 20.45 bis pun keluar dari loket, bang Samosir bawa pertama
dari sini. Dan saya duduk di seat 2 sementara ini. Ketika di simpang lampu merah
naik penumpang. Ada 2 orang dan duduk di depan. Saya berfikir kalau udah 2
didepan saya dimana lagi. Dan kemudian bang Madan masuk ke area kabin penumpang
dan bilang ke saya.
“padat pula la
Yu, dimana la abang letak kau” kata bang Madan
“lho, depan penuh?”
kata saya
“penuh, ku fikir
ibuk itu sendiri, rupanya bawa suaminya. Suaminya turun di Aek Kanopan”
“area full?”
kata saya
“full Yu. Kalau
gak nanti kau di tempat abang aja, yang sebelah kanan ya”
“ooo, aman bang.
Kalau gak gantian kita nanti bang” kata saya
“ya udah, di Aek
Kanopan aja nanti”
“sabar la Yu.
Gini la anak Bismania”
“ya la bang,
Bismania dimana aja ok kalau di bis. Asal nyaman” kata saya
Setelah itu saya
mencoba untuk tidur, tapi sepertinya tidak bisa, apalagi ini yang bawa bang
Samosir, yang menurut saya bang Samosir enak bawanya. Kemudian bang Madan
kembali ke depan dan menyuruh ibu yang di depan pindah sementara ke dalam,
duduk bersama saya sampai Tebing. Tidak berapa lama sampailah di Tebing setelah
macet di daerah Sergai dan Sei Rampah. Dan saya pun berjalan ke arah area
tempat tidur bang Madan, tapi apa yang saya dapat adalah zonk, sudah ada
penumpang yang tidur disitu, dan saya ke tangga pintu tengah dan duduk disitu
sambil menghubungi bang Madan.
“bang, gak bisa
disitu. Udah ada orang” kata saya
“masa. Di
sebelah kanan Yu” kata bang Madan
“ada penumpang
tidur bang, kakinya udah lurus aja, telentang dia” kata saya
“oalah, jadi
gimana itu?”
“Ayu di tangga
tengah aja bang. Nanti gantian kita di Aek Kanopan” kata saya
Kemudian telepon
berakhir, dan bis pun jalan, tapi tidak berapa lama berhenti lagi dan saya
lihat bang Samosir dan bang Madan serta tulang Butar ada diluar. Kemudian tidak
berapa lama bang Madan membuka pintu tengah dan bilang ke saya.
“Yu, kau di
tempat tidur supir aja” kata bang Madan
“lha tulang
Butar gimana?” kata saya
“turun dia. Ada
urusan” kata bang Madan
“gak apa-apa
itu?” kata saya
“gak, disitu aja
kau dulu ya” kata bang Madan
Lalu bang Madan
menutup pintu dan mengarahkan saya ke area. Dan disana ada dua penumpang pria
juga. Sebenarnya deg-degkan sih, tapi bagaimana lagi, bus sudah full.
“sini dulu ya,
nanti di Aek Kanopan abang bangunkan kau”
“ya bang,
bangunkan aja nanti, gantian kita di depan”
Sudah pasti dua
penumpang di area ini pasti heran dan bertanda tanya lihat saya. Siapakah saya,
apakah supir juga atau kru di bis ini. Yang jelas ini pertama kali saya di
kandang macan alias di tempat tidur supir. Karena belum ngantuk saya chat WA
dengan sahabat saya sampai akhirnya saya mengantuk dan ingin tidur, saya meminta
tolong sahabat saya untuk membangunkan saya sekitar 2 jam lagi, karena 2 jam
lagi saya akan bergantian dengan bang Madan. Tepat jam 01.40 bang Madan ke
belakang dan membangunkan saya.
“Yu, kau mau
disini atau di depan?” kata bang Mada
“udah turun sewa
abang?” kata saya
“udah baru aja.
Jadi mau di mana?”
“ke depan aja la
bang”
“ya udah la
depan kau kawanin bang Butar” kata bang Madan
“oke bang” kata
saya
“Yu, nanti di
Bagan bangunkan abang ya, ada sewa mau turun”
“di Bagan
dimananya?”
“jangan sampai
kota la”
“oke seep bang”
kata saya
Dan saya pun
berjalan ke depan, sampai di depan pas mau buka pintu sekat agak sulit karena
ada penumpang dan saya pun mengetuk pintu tersebut.
“kak, bisa geser
sedikit?” kata saya
Mungkin dia
fikir bergeser ke samping.
“gak kak, kakak
geser ke sini, saya duduk disitu” kata saya
Dan kemudian
saya duduk di bangku kernet. Saya fikir tulang Butar yang turun. Rupanya bang
Samosir yang turun
“yah, gimana
rasanya tidur di tempat tidur supir” kata tulang Butar
“ah tulang ini”
kata saya
“enak kan”
“lumayan tulang”
kata saya
Jujur sebenarnya
ini perdana dan saya merasakan nyaman tidur disitu, karena tempat tidurnya
bersih dan tidak ada barang-barang supir. Karena di bis ini kru punya bagasi
sendiri di dekat bagasi penumpang di bawah.
“sendiri aku
ini. Turun si Samosir tadi” kata tulang Butar
“lha, kata bang
Madan tulang yang turun?”
“seharusnya iya,
mau bawa keluarga ku ke Prapat sana, tapi kalau aku yang turun nanti bingung si
Samosir, gak enak juga kalau aku yang turun. Bagus dia yang turun dan ngaso
dulu dia”
“oo ya la lang”
“jadi aku mau
tanya, jangan marah ya” kata tulang Butar
“ya tulang,
tanya aja” kata saya
“sudah
menikahnya kau?”
“belum tulang”
“berapa umurmu?”
“jalan 27
tulang”
“oo masuh bisa
la itu”
“masih bisa
tulang, tapi keluarga udah pada menuntut awak nikah”
“ah, biasa itu.
Ku fikir tadi kau udah nikah. Ku tanya sama si Madan apa udah nikah dia? Kalau
udah nikah kok bisa dia ikut kita?”
“jadi apa kata
bang Madan tulang?”
“kata dia gak
tau aku bang. Tapi udah ada calon kan?”
“belum lang”
“ah masa?
Pacar?”
“gak ada juga
lang”
“ah, cemananya.
Coba dulu cerita gimana jalan ceritanya?”
“maksud tulang?”
“kok bisa kau
suka sama bus”
“ooo, gimana ya
lang, sebenarnya dari kecil diajak naik bis, dah gitu memang suka sama transportasi
kayak bus, kereta api, pesawat. Tapi lebih ke bis” kata saya
“anak ku ada
juga suka ini. Tau kau kan si Hendi anak ku itu”
“tau lang,
pernah jumpa sama dia waktu awak naik dari Kota Pinang”
“ooo, iya dia
suka itu juga. Jadi orang tua tau kalau kau suka bus?”
“tau lang”
“apa kata orang
tua mu?”
“awalnya aneh
mereka, tapi akhirnya mereka izinkan karena kan positif juga. Mereka juga tau
awak suka transportasi dari kecil”
“ooo, jadi
kembali la ke tadi ya, kalau ku tengok dimana salah mu ini?”
“salah apa
lang?” kata saya
“kau di bilang
cantik lumayan la, dibilang jelek kali enggaknya”
“standar la ya
lang”
“ya gitula,
dibilang sombong gak sombong, ramahnya kau ku lihat” kata tulang Butar
“mungkin belum
di kasih Tuhan lang”
“mungkin belum
ada jodohnya, atau ada yang suka sama mu kali”
“kalau suka
mungkin ada lang, ada keponakan tetangga depan dulu, sepertinya dia udah
ngomong ke orang tuanya. Tapi lang awak jumpa aja gak pernah say hello atau
teguran, gimana mau kenal lang. awak gak suka laki-laki yang gak berani
mengutarakan atau berkomunikasi la duluan”
“nah itu yang
susah. Kalau boleh ku tebak, jangan marah ya” kata tulang Butar
“gak lang,
bilang aja” dalam hati saya pasti sudah ketebak apa itu. Karena saya juga sudah
bisa membaca tentang tulang Butar-Butar
“kau ini kalau
cari pasangan harus kharismanya diatas mu lagi. Paham maksud ku kan?”
“paham lang. tau
awak”
“ya, maksud
kharismanya lebih tinggi dari mu itu dia harus diatas mu”
“ya la lang, dia
harus diatas awak. Dia kan pemimpin rumah tangga, gak mungkin awak yang harus
diatas dia karena awak perempuan” kata saya
“nah itu dia,
ambil positifnya begitu. Kalau kharismanya di bawah mu gak kena di hatimu”
“ya lang, kalau
awak gak pilih-pilih masalah calon lang, yang jelas dia bisa jadi pemimpin untuk
menuntun awak ke arah yang lebih baik, dia bisa terima awak apa adanya dan bisa
masuk ke keluarga. Karena keluarga awak rata-rata pada bocor, ya ngomong itu
apa adanya, blak-blakan” kata saya
“kau sama
seperti istri ku di rumah, istriku itu sama kayak kau” kata tulang Butar-Butar
“masa lang?”
“ya, sama sifat
kalian. Kalau ku lihat la”
Banyak cerita
bersama tulang Butar. Ada cerita pengalaman hidup dan nasehat dari tulang
Butar-Butar. Salut lihat tulang ini, banyak pengalaman hidupnya, sama seperti
udak Putra di Makmur MD. Gak terasa sudah memasuki Bagan Batu walaupun belum
masuk kota.
“lang, awak
masuk dulu ya, mau bangunkan bang Madan”
“oo ya,
istirahat la kau disana”
Kemudian saya
masuk ke area penumpang dan menuju area kru di belakang. Dan saya membangunkan
bang Madan.
“bang, bangun
bang. Udah masuk Bagan” kata saya
“ya” kata bang
Madan sambil bersiap-siap
Kemudian saya
bergantian naik di tempat tidur supir lagi, dan tidur karena sudah ngantuk
juga. Tapi saat di balam area menuju duri bang Madan ke belakang dan
membangunkan saya.
“Yu.. Yu..”
“ya bang”
“kau mau disini
terus atau ke depan, ada bangku kosong itu di CC”
“di depan aja la
bang” kata saya
“ayokla, tas mu
ini Yu”
“ya bang, biar
aja disitu” kata saya. Tapi tetap juga di bawa bang Madan
Dan kemudian
saya duduk di seat CC. tidak berapa lama penumpang disebelah saya pun keluar
dan akan turun di Duri. Dan setelah itu saya berpindah ke cc 1 dan menaikkn
legrest dan tidur lagi. Rasanya masih mengantuk. Bang Madan tiba-tiba duduk
disebelah saya dan berbicara dengan saudaranya yang di seat 1-2. Jam setengah
10 tiba di Rumah Makan Setia Abadi di Kandis. Sampai rumah makan saya langsung
ke toilet sebentar dan setelah itu saya keluar dan beli snack ringan untuk
ganjal perut sementara dan sambil hunting tentunya, banyak bis telat hari ini
sepertinya.
“lha disini kau
rupanya” kata bang Madan tiba-tiba
“ya bang”
“abang cariin
kau tadi, mau abang ajak makan. Abang lihat kau ke belakang tadi terus gak
nampak”
“ya bang, ke
toilet tadi. Alah abang macam betul aja diajak makan”
“ya la, kalau
gak kena marah si Gilang aku nanti”
“ahahahahaha”
Kemudian tidak
berapa lama tulang Butar pun keluar dan ngobrol dengan agen di rumah makan.
Tidak lama kemudian bus kami pun segera lanjut perjalanan ke Pekanbaru.
“ayok Yu” kata
bang Madan
“ya bang” kata
saya
Saya pun menaiki
bus dan bus pun melanjutkan perjalanan. Suasana lumayan panas diluar, untung
saya di bis AC, kalau di Ekonomi ah sudahlah jangan ditanya panasnya. Apalagi
ini sudah masuk siang dan ini kota penghasil minyak juga, jadi wajarlah
panasnya lain.
“poster” kata
bang Putra via chat WA
“baru keluar
dari rumah makan” kata saya
“ah lama kali,
bis pariwisata”
“Butar sendiri”
kata saya
“Samsir mana?”
“turun dia lewat
di tebing tadi malam. Makanya Ayu tidur di kandang macan tadi malam, dan
gantian sama si Madan”
“kenapa gitu?”
“ya, bawa
keluarga si Butar ke Parapat”
“ooo. Enakla kau
touring tunggal”
“touring tunggal
ada enaknya ada gaknya” kata saya
“hhhmmmm”
“hmmmm terserah
la” kata saya. Belakangan ini sebenarnya persahabatan saya dan bang Putra
sedikit berjarak. Dan saya tidak tahu pasti apa sebabnya. Mungkin karena
sama-sama sibuk.
“poster Opiee”
kata saya melalui chat WA
“Terminal AKAP
kak” kata Opiee
“oke”
“kakak dimana?”
“masih di Palas”
“oo bentar lagi
itu” kata Opiee
“Opiee, masuk
terminal gak biasanya kalau telat gini?” tanya saya ke Opiee
“masuk kak”
“oo, oh ya baru
melintas van Bedelau . selisih di panam. Siapa ya yang bawa?”
“bang Ikral kak”
“opp, bisa la
ini naikkan stat di fb tag nama bang ikral”
“naikkan aja
kak. Hahahahaha” kata Opiee
Kebetulan setelah
simpang bingung, masuk ke Panam jalan sedikit macet karena perbaikan jalan. Mau
pembangunan jembatan dan pelebaran. Sudah sama saja di sini dengan di Medan
rupanya. Cor-coran. Tidak berapa lama bis pun masuk teriminal Akap BRPS. Dan
Opiee sudah menanti di dekat peron sambil hunting rupanya.
“apa
kabar Opiee” kata saya
“baik
kak” kata Opiee
“gimana
jalan kak? Macet ya”
“macet
tadi malam arah Sei Rampah, sama di Panam la”
“oo
ya kalau di sini cor-coran kak. Langsung kita kak?”
“ke
tempat kak Meetha aja dulu kita, makan. Pengen coba indomie di warung kak
Meetha”
“oo,
boleh itu, ke situ dulu kita” kata Opiee
Lalu
kami hunting sejenak dan saya ambil video sejenak dan foto.
Saat
lagi asyik foto tiba-tiba kami disapa bapak Dishub terminal Akap ini.
“ya,
siapa ini?” kata bapak tersebut kepada Opiee
“ini
kawan dari Medan” kata Opiee
“suka
bis juga?”
“ya,
satu hobby” kata Opiee
“foto
dulu la kami. Masukkan ke Facebook” katanya
“masukkan
ke facebook kak, namanya Kemenhub brps” kata Opiee
“jangan
lupa ya” kata bapak tersebut
“iya
pak, aman itu” kata saya
Kemudian
saya dan Opiee berjalan ke parkiran dan menuju warung kak Meetha.
“Opiee
kira-kira penginapan murah ada gak disini? Untuk hari sabtu aja”
“penginapan
ada kayaknya. Kenapa kak?”
“kak
Meetha kan minggu gak bisa ikut ke Minas dia, segan juga kalau nginap
dirumahnya”
“udah
gak apa-apa kak, nginap tempat kak Meetha aja kakak” kata Opiee
Tidak
berapa lama kami sampai di warung kak Meetha dan ternyata kak Meetha tidak ada.
“coba
Opiee WA kak Meetha dimana?” kata saya
“gak
dibalas kak” kata Opiee
“kakak
coba telepon dulu dia ya” kata saya
“coba
la kak” dan kami sambil duduk di luar warung
“halo
kak Met”
“halo”
kata kak Meetha
“lagi
dimana kak?”
“lagi
di pasar sebentar. Ayu dimana?”
“Ayu
sama Opiee udah di warung kakak. Lama lagi kakak?”
“ooo,
gak bentar lagi balek”
“oke
kak” kata saya
Tidak
berapa lama kemudian kak Meetha pun sampai
“eh,
udah lama kalian?”
“baru
berapa menit kak” kata saya dan Opiee
“mau
makan apa?” kata kak Meetha
“ini
kak Ayu pengen indomie katanya”
“iya
kak, pengen indomie ini” kata saya
“kuah
atau goreng?”
“hmm,
kuah aja kak”
“Opiee
apa?” kata kak Meetha
“indomie
juga la kak”
“kuah,
goreng?”
“kuah
aja sama kayak kak Ayu”
“mau
minum apa?”
“mandi
aja kak” kata saya
“Opiee?”
“sama
kak” kata Opiee
Dan
kemudian segera memasak pesanan kami. Dan ini hasilnya
Sederhana
tapi menggugah iman untuk memakannya. Ahahahahaha.
“naik
apa tadi Yu?”
“Makmur
kak, naik sama tulang Butar”
“oo,
padat?”
“dari
Medan tadi malam penuh semua kak” kata saya
“macet
ya jalan?”
“macet
di Sei Rampah” kata saya
“ooo,
jam berapa dari Medan Yu?”
“Setengah
9 lewat kak. Seharusnya setengah 9, tapi karena baik kali krunya sampai
ditunggu penumpang telat” kata saya
“ooo
ya la, Ari mana Pie?” kata kak Meetha
“bawa
mobil dia kak, ke Padang. Awak diajak kemarin tapi pas pula kak Ayu ngabarin
mau ke sini, gak jadilah” kata Opiee
“apa
katanya?”
“ayok
Pie ikut ke Padang, gantian nanti kita bawa. Terus awak bilang indak bisa aku,
mau jemput kak Ayu hari kamis. Sedih lihat dia kemarin itu”
“lha
kenapa?” kata saya
“ya
kak, nyampe subuh terus jam 8 pagi disuruh berangkat lagi”
“masa?”
kata kak Meetha
“iya
kak, di bilang dia sama awak, mati aku ini, baru nyampe jam 5 jam 8 berangkek
lagi, mata padiah masih”
“wah
parah la itu” kata saya
“kasihan
kali si Ari itu, nyawa taruhannya itu” kata kak Meetha
“itu
la kak” kata Opiee
“jadi
yang ngantar Ayu siapa? Lu Pie” kata kak Meetha
“ya
kak, awak yang antar kak Ayu”
“tempat
yang kemarin Yu?”
“ya
kak” kata saya
Kemudian
bercerita tentang akan pernikahan salah satu rekan BR juga bulan september ini.
“teringatnya
kapan pesta Yaman?” kata saya
“bulan
9 ini kak”
“ooop,
kumpul lagi kita. Merusuh” kata saya
“kakak
datang kak?” kata Opiee ke kak Meetha
“kayaknya
aku gak turun sampe akhir tahun ini”
“bah,
aci gitu kak Met” kata saya
“iya,
bulan depan ada saudara juga pesta di medan tapi aku gak turun”
“lha,
kenapa gitu?” tanya saya
“males
aja, emang plannya gak turun sampe akhir tahun. Diajak si mama ke sana tapi ku
bilang mama aja la”
“kalau
gak ada lu gak rame kak. ahahaha” kata saya
“dasar
lu” kata kak Meetha
“kak,
sabtu kak Ayu tidur dirumah kakak” kata Opiee
“ooo
ya udah gak apa-apa”
“minggu
kakak ikut ke Minas?” kata Opiee
“kalau
minggu aku gak bisa ikut, aku pagi ke pasar. Tapi kalau mau nginap gak masalah,
datang la”
“kakak
tempat kak Meetha aja sabtu nanti”
“aman
itu Opiee” kata saya
Panjang
cerita tak terasa sudah siang juga dan kami memutuskan pamit ke kak Meetha.
Saya dan Opiee pun melanjutkan perjalanan ke Lubuk Sakat. Dan saat dijalan si
Opiee lagi beruntung, dia menemukan uang 50 ribu.
“kenapa
Opiee?” kata saya
“gak
apa-apa kak, rezeki ngantar kak Ayu dapat uang”
“lha,
kakak fikir ada yang jatuh gitu”
“ibuk
utu tadi juga mau berhenti, pas awak mau ambil dia gak jadi berhenti, malu
kali”
“dasar
lu Pie” kata saya
“nanti
mau awak infaq sedikit ke mesjid”
“ya
la, bukan uang awak, dapat di jalan ya harus di infaqkan”
Dan
kami melanjutkan kembali perjalanan, dan sampai juga di Lubuk Sakat, dan masuk
ke dalam lagi dan tidak berapa lama sampai dirumah tante. Dan Opiee juga
istirahat sebentar disini karena cuaca masih panas. Jadi kami sambil bercerita,
banyak juga yang diceritakan sampai jam setengah 3 sore Opiee pun pamit pulang.
“sabtu
jam berapa kak?” kata Opiee
“kalau
bisa jangan siang kali Opiee, karena mau cari tiket sekalian hunting kita”
“oo
berarti sebelum zuhur la”
“terserah
yang mana enaknya aja. Nanti kalau gak kakak kabarin” kata saya
“oke
kak”
“makasih
ya Opiee”
“ya
kak, sama-sama”
Dua
hari juga di rumah tante ini, sebenarnya harus ke Taluk Kuantan, tapi karena
sesuatu hal maka gak jadi, marah marah la si tamte yang disana. Seharusnya
jum’at pagi ke sana dan nginap semalam, tapi karena supir tante yang disini di
hubungi gak ngangkat teleponnya. Ya sudahlah, mungkin belum rezeki ke Taluk
Kuantan. Malam hari bang Putra menghubungi saya.
“dimana
kau?” kata bang Putra
“di
rumah tante di Lubuk Sakat”
“oo,
gak bisa kau pulang besok?”
“mana
bisa, Yaman mgajak ke Rest Area. Gak enak gak datang” kata saya
“ooo,
Yu aku mau cerita la”
“cerita
la” kata saya
Kemudian
bang Putra memulai cerita dan saya memberi solusi. Dan telepon berakhir dan
bang Putra langsung chat
“kalau
RCT 256 jalan dari Medan besok, aku ke Pku” kata bang Putra
“ya
udah, besok Ayu tanya bang Bardol dimana 256” kata saya
“kalau
256 gak jalan?” kata saya
“gak
jadi la” kata bang Putra
“oke”
kata saya
Sabtu
pun tiba, dan saya bersiap-siap packing barang saya. Kurang sebenarnya disini
dan pengen ke Taluk Kuantan, tapi ya sudahlah.
“poster
Opiee?” kata saya via chat WA
“masih
dirumah kak, habis zuhur nanti Opiee jemput kak” kata Opiee
“oke
Opiee” kata saya
Tiba-tiba
bang Putra menghubungi saya
“udah
kau tanya si Bardol?”
“ini
mau dihubungi” kata saya
“pastikan
ya, nanti kau hubungi aku”
“ya”
kata saya, dan saya pun menghubungi bang Bardol kru RCT 11. Dan ternyata RCT
256 dari Medan hari ini.
“256
jalan dari Medan hari ini” kata saya
“kau
mintakan dulu nomor loket Medan sama Bardol atau nomor krunya juga gak apa-apa”
“ya
udah nanti Ayu kabarin”
“ok,
aku mau rapat dulu”
Dan
tepat habis zuhur Opiee mengabari kalau dia otw ke sini, dan saya juga sudah
siap. Hampir sejam juga dan Opiee pun sampai. Dan kemudian saya pun pamit ke si
tante dan tentunya memberikan THR dulu buat anak-anak tante.
“Jupe
katanya mau ke Pku hari ini” kata saya ke Opiee
“naik
apa dia?”
“256”
“kalau
bang Putra jadi turun, suruh aja tunggu di Minas” kata Opiee
“ya
juga ya. Ngapain dia sampe pku orang kita hunting di Minas besok”
“halo
dimana Yu?” kata bang Putra tiba-tiba telepon
“dijalan
bang, mau ke balik ke Pku”
“pesankan
tiket Yu, @#$#%$^%%” suara bang Putra tidak begitu jelas karena saya lagi di
sepeda motor. Saya pun langsung mengakhiri panggilan dan langsung chat WA
“abang
bilang apa? Gak jelas. Ayu masih di jalan. WA aja” kata saya
“pesankan
tiket RCT”
“naik
RCT kita?”
“ya,
2 seat, kalau ada seat 1-2. Kalau gak ada gak usah. Satu aja bayar punyamu
nanti, punyaku nanti aja” kata bang Putra
“oke
bang” kata saya
Dan
kami pun melanjutkan perjalanan lagi, dan kali ini kami singgah dulu ke Loket
bus SAN (Siliwangi Antar Nusa). Karena saya masih penasaran sama si SAN ini.
Setelah dari loket SAN kami lanjut ke loket Rajawali
di jalan S.M. Amin atau Arengka 2. Tepat bersebelahan dengan loket Rapi dan
Sempati Star.
“bang Jeff mau
jumpa kita”
“dimana dia?”
“masih di rumah kak”
“jumpa dimana katanya Opiee?”
“di loket RCT aja kak”
“oo ya udah” kata saya
Lalu kami pun pergi dari loket SAN dan langsung ke Loket RCT. Dan
alhamdulillah seat 1-2 masih kosong. Dan saya pesan.
“bang,
ke Medan 2 orang”
“lihat
bangku mana”
“seat
1 sama 2 bang”
“oke,
atas nama siapa?”
“namanya
bisa buat beda bang?”
“bisa”
“yang
seat 2 atas nama Ayu bang”
“Ayu
ya, yang 2”
“yang
2 atas nama Putra” kata saya
“Putra
ya, oke boleh minta nomor telepon satu orang saja?”
“boleh
bang” lalu saya memberi nomor saya
“210
ya”
“ya
bang, bang bisa panjar dulu?” kata saya
“oo
bisa, panjar berapa?”
“100
dulu bang. Yang seat 2 besok bang” kata saya
“oke”
dan kemudian orang loket tersebut memberikan tiket saya. Lalu saya dan Opiee
berjalan ke Indomaret di sebelah, dan kami istirahat sebentar sampai bang Jeff
datang.
“halo
bang” kata Opiee
“dimana
Pie?” kata bang Jeff
“udah
di depan Indomaret bang”
“abang
udah di depan” kata bang Jeff
“itu
dia Opiee” kata saya ke Opiee sambil menunjuk bang Jeff
Lalu
bang Jeff melihat kami dan langsung memarkirkan sepeda motornya depan kami.
“apa
kabar Yu?” tanya bang Jeff
“alhamdulillah
baik bang” kata saya
“minum
bang?” kata Opiee
“itu
ada Aqua” kata saya
“boleh
la, eh dingin ya”
“ya
dingin” kata saya
“gak
jadi la”
“begh
gak jelas” kata saya dan Opiee
Lalu
kami bercerita dan sudah mulai sore dan kami memutuskan untuk berjalan ke
terminal Akap. Dan hunting jadi pilihan utama sambil nongkrong. Kebetulan Ricky
juga datang ke AKAP
Sampai
disana kami cerita sambil hunting. Dan selepas maghrib berencana ke Rest Area.
“Meetha
mana?” kata bang Jeff
“di
warung dia” kata Opiee
“coba
tanya bisa gak dia ke sini”
Lalu
kami menghubungi kak Meetha, ternyata dia habis maghrib baru bisa keluar, dan
kami sepakat bertemu di rest area.
Saat hunting ada juga datang rekan BMC yaitu Alex dan
temanya. Dan setelah menyapa sebentar mereka pamit. Selepas maghrib kami menuju
Rest Area warung Yaman. Kota Pekanbaru tidak jauh berbeda dengan kota Medan.
Karena sudah mulai macet juga. Dan sampai di warung Yaman kami duduk, dan
kebetulan Yaman sedang keluar sebentar.
“mau
pesan apa?” kata pegawai yaman
“lihat
daftar menu dulu bang” kata saya
Dan
akhirnya sudah saya putuskan memesan minuman apa
“Sule
+ Green Tea satu” kata saya
“dingin
atau panas kak?”
“dingin
aja”
“Susu
kedelai + alpukat satu ya” kata bang Jeff
“dingin
atau panas bang?”
“dingin,
tapi dikit aja esnya” kata bang Jeff
“mau
makan apa kakak?” kata Opiee
“apa
yang ada Opiee?”
“Nasi
Goreng ada itu” kata Opiee. Tiba-tiba datang sepiring nasi goreng
“punya
siapa ini?” kata Opiee
“punya
awak itu” kata bang Jeff
“udah
mesan aja”
“udah
duluan tadi ku bilang sama Yaman”
“apa
itu?” kata saya
“mau
kakak? Minas kak?” kata Opiee
“apa
itu Minas? Kayak nama daerah aja Minas” kata saya
“Mie
Nasi goreng lo kakakku” kata Opiee
“boleh
deh” kata saya
“bang,
pesan Minas 1 nasi goreng biasa 1” kata Opiee sama pegawai Yaman
“Minasnya
telur dadar ya buat” kata saya
“bang,
Minasnya telurnya dadar” kata Opiee
Tidak
berapa lama Yaman datang
“eh,
apa kabar kak Ayu” kata Yaman
“sehat
Yam. Apa cerita” kata saya
“ah,
gak ada kak. Udah pesan minum kakak” kata Yaman
“udah,
itu lagi dibuat” kata saya dan tidak berapa lama minuman saya datang.
Kalau
ke Pekanbaru tidak enak kalau tidak mampir ke rest area anak BR dan nginap di
sini. Karena kalau tidak main ke sini Yaman pasti bertanya.
“Jupe
gak jadi berangkat” kata saya
“lho
kenapa kak?” kata Opiee
“telat
dia nunggu 256 itu” kata saya
“mau
naik itu rupanya dari sana dia” kata bang Jeff
“ya
bang, tapi karena telat ya gak jadi. Emang dia bilang kalau 256 gak jalan aku
gak pergi”
“ooo”
kata bang Jeff
Malam
ini sungguh sangat seru, karena pada berkumpul, kak Meetha datang jam 9,
setelah itu masuk si Evan dan rame la suasana rest area. Dan semua sepakat
kalau besok selepas subuh akan ke Minas, tapi sayang kak Meetha gak bisa ikut.
Jam 10 saya dan mbak Meetha pamit pulang duluan.
“eh,
duluan kami ya” kata kak Meetha
“ok
kak” kata Opiee
“duluan
ya” kata saya
“ya
kak, besok awak jemput kakak” kata Opiee
“seep”
kata saya
“lu
bawa motor Yu” kata kak Meetha
“ok
kak, sini”
Gak
heran sama kak Meetha, kalau sudah ke Pekanbaru dan jalan pasti saya yang bawa
sepeda motornya. Setelah menempuh waktu sekitar 15 menit sampai juga di rumah
kak Meetha. Setelah sampai taruh tas ransel, ganti pakaian ambil wudhu dan
sholat isya sebelum tidur.
“kenapa
kak? Kok kayaknya lagi banyak fikiran” kata saya selepas sholat dan mau melipat
mukena.
“gak
apa-apa kok” kata kak Meetha
“jangan
bohong kak, lagi banyak fikiran si kakak ini” kata saya tapi kak Meetha hanya
menanggap senyum
Sebelum
tidur kami sempat bercerita sedikit, ya edisi curhat sedikit la walau tidak
terlalu dalam. Biasa kan cewek kalau sudah jumpa pasti ada bahan cerita.
“tidur
lu Yu, besok subuh bangun dan lu kan mau ke Minas” kata kak Meetha
“hehehehe..
ya kak” kata saya
Ketika
saya mencoba memejamkan mata ada sesuatu hal yang buat perasaan jadi tidak
enak. Jadi saya hanya memejamkan mata tapi tidak tidur. Sampai jam 02.30 dini
hari saya tersentak. Dan duduk di tempat tidur.
“kenapa
lu Yu?” kata kak Maeetha
“gak
apa-apa kak, gak bisa tidur. Kayak ada sesuatu gitu” kata saya
Beberapa
lama juga saya terdiam dan sambil pegang hp chat dengan sahabat saya.
“kalau
fikiran gak enak mending lu sholat deh” kata kak Meetha
“ya
kak” kata saya, tapi tetap juga gak bangun
Tidak
berapa lama kak Meetha bangkit dan keluar, saya pun mengikutinya karean mau ke
kamar mandi. Dari dapur saya dengar kak Meetha lagi buat sesuatu. Sampai kamar
saya lihat kak Meetha minum susu ternyata.
“minum
itu susu, biar enakan. Habis itu tidur” kata kak Meetha
“ya
kak” kata saya. Sebenarnya saya tidak terlalu suka susu apalagi susu putih.
Tapi karena saya menghargai jadinya saya minum. Setelah itu mau tidur.
“apa
Ayu batalin aja ya kak tiket RCT itu?” kata saya
“lho
kenapa emangya?” kata kak Meetha
“ada
yang ganjel kayaknya kak. Gak enak perasaan” kata saya
“ya
terserah mu sih, terus kalau batal mau naik apa?” kata kak Meetha
“naik
P3 paling. Atau Rapi” kata saya
“dah
tidur lu, ntar gak terbangun” kata kak Meetha
Saya
pun kembali memejamkan mata, tapi tetap tidak bisa tidur, hanya memejamkan
saja. Sampai saat sudah terdengar suara ngaji di Mesjid saya bangun dan
langsung siap-siap mandi. Kak Meetha juga terbangun. Dan dia ke kamar mandi
sebelah ambil wudhu juga. Selepas mandi saya pun sholat dan bersiap-siap.
“udah
siap Yu?” kata kak Meetha
“bentar
kak, Ayu mau sholat dulu ya”
“sholat
la” kata kak Meetha
Sehabis
sholat saya siap-siap dan kemudian bertanya ke kak Meetha
“jadi
teringatnya yang jemput Ayu siapa ini?” kata saya
“si
Opiee katanya” kata kak Meetha
“ooo”
kata saya
Saya
bersiap-siap, tiba-tiba kak Meetha bilang
“udah
siap lu Yu?” kata kak Meetha
“kenapa
kak?” kata saya
“Opiee
ga sempat kemari, jadi aku yang anter ke simpang”
“ooo,
udah kok” kata saya
Kemudian
kak Meetha mengeluarkan sepeda motornya dan seperti biasa ya saya pasti yang
bawa.
“Opiee
nunggu dimana dia?” kata saya
“di
simpang lampu merah itu Yu katanya” kata kak Meetha
“ooo,
telat dia”
“laki-laki
mah gitu, bilang pagi tapi pada te;at. Gak heran” kata kak Meetha
“hahahahaha..
sama la kayak di Medan ya” kata saya
Tidak
butuh waktu lama buat ke simpang Jl. Soekarno-Hatta itu. Sampai sana Opiee juga
gak ada.
“dimana
dia katanya kak?” kata saya
“disini
katanya” kata kak Meetha
“coba
telepon kak” kata saya
“dimana
lu Pie” kata kak Meetha menghubungi Opiee
“di
jalan kak” kata Opiee
“jalan
mana lu” kata kak Meetha
“arah
Zainul Arifin. Masih isi minyak kak, bisa antar kak Ayu ke simpang Zainul
Arifin kak?” kata Opiee
“kau
la ya Pie, buat silap lu” kata kak Meetha merepet
“dimana
dia kak” kata saya
“isi
minyak dia, yok Yu kuantar kesana” kata kak Meetha
Selanjutnya
kita jalan lagi deh, lewat pajak juga, kalau tidak silap pasar bawah namanya.
Kemudian sampai di simpang dan berjumpa dengan Opiee
“sorry
ya kak, telat awak” kata Opiee
“emang
la lu ya Pie” kata kak Meetha
“ya
maaf lo kak”
“ya
la, hati-hati kelen. Yu nanti lu pulang ke rumah aja. Anggap aja rumah sendiri,
mau ngapain juga terserah, tapi tidur lu ya, lu belum ada tidur soalnya” kata
kak Meetha
“siap
kakak. Makasih kak, kami jalan dulu” kata saya
“ya
hati-hati”
Dan
kemudian kami pun jalan, udara pagi, sejuk, masih sepi. Maka nikmat Allah mana
yang mau didustakan.
“Yaman
mana Pie?” kata saya
“jemput
si Angga kak” kata Opiee
“oo,
ketua kelen” kata saya bilangkan bang Jeff
“bang
Jeff nyusul dia” kata Opiee
“ooo”
kata saya
Jalan
yang dilalui tidak seperti biasanya. Sepertinya Opiee dari jalan lain tembusnya
sama ke Simpang Bingung juga. Sampai disana sudah ada Ricky menunggu.
“mana
yang lain Ky?” kata saya
“masih
di jalan kak” kata Ricky
Kemudian
kami lanjut jalan dan berhenti di SPBU karena bang Jeff menunggu disitu. Kami pun
menunggu. Tidak berapa lama Evan dan Rio Opung pun datang, kemudian disusul
Yaman dan Angga.
“kak
Ayu nanti sama Evan aja, Opung sama bang Jeff”
“kalau
kakak bebas” kata saya
“nanti
Opiee jangan lupa jemput Bani” kata Evan
“ikut
si Bani Keren” kata Rio
“ya
ikut dia, kan dekat lagi rumahnya” kata Evan
Kemudian
kami pun jalan kembali, dijalan ketemu dengan Intra 47 (batangan si Evan).
Kebetulan Evan kru di Intra 47.
“lewat
batangan ku. Salahnya pakai helm aku” kata Evan
“itu
dia Van, jadi berangkat nanti ke Siantar la” kata saya
“belum
tau juga. Perpal dulu aku kayaknya” kata Evan
Lalu
bang Jeff berhenti sebentar karena membeli kue dan gorengan, dan Rio membeli
Aqua untuk kami di sana. Lalu kami pun lanjut ke Minas dan sampai di Spot
Hunting anak Bismania Riau, gampang menandakan lapak hunting mereka, yaitu
stiker BeDeLau yang tertempel di tiang listrik.
Cuaca
masih sejuk sampai disini, kami menyebut Minas adalah Rollercoaster Sumatera.
Karena jalan yang naik berbelok dan dikelilingi sawit milik PT. Cevron
Tidak berapa
lama rekan kami datang lagi yaitu Robby. Si tukang candid, kalau di Medan ada
MTG dan bang Fandryasyah yang suka begitu. Tidak berapa lama sambil hunting dan
sarapan kue dan gorengan, Rio pun mengajak kami berganti tempat hunting, kali
ini ke arah Kandis, tidak jauh dari Spot hunting ini.
“kakak mau dapat
foto yang bagus kak? Mau coba kamera itu kan?” kata Rio
“ya pung” kata
saya
“nah ayok” kata
Rio
Kami pun
berjalan lagi dan tidak berapa lama sampai di spot yang dimaskud.
Sambil hunting
sambil cerita asyik, sambil melece alias bercanda. Sampai akhirnya foto bersama
dahulu sebelum banyak bis yang lewat.
Setelah foto
bersama baru berburu lagi. Bakal banyak yang lewat.
“siapa yang
lewat antara Rapi dan RCT itu yang ku naikki nanti” kata saya
“kenapa Yu?”
kata bang Jeff
“masih 50:50
bang sama RCT” kata saya
Antara RCT dan
Rapi rupanya masuk bersamaan, saya mengambil video saja karena cepat sekali.
“ooop.. ooop..
masuk bersamaan” kata saya
“joss RCT kak”
kata Opiee
“ah jelas la
ini” kata Rio
“RCT aja Yu.
Joss itu” kata bang Jeff
“sepertinya akan
ke RCT ini” kata saya
“naik RCT kak
Ayu jadinya” kata Opiee
“kakak pulang
naik RCT kak?” kata Angga
“ya Ngga”
“udah pesan
tiket?”
“udah, tapi
masih dipanjar”
“sama kak Ayu
aja kalau gak pulangnya, karena seat 2 kosong itu” kata Opiee
“kakak duduk
nomor berapa?” kata Angga
“seat 1-2, tapi
seat 2 batal”
“untukku aja
kalau gak kak”
“ya udah, nanti
dibatalkan dulu” kata saya
“ya kak, buatkan
aja namaku” kata Angga
“yang penting
nanti kakak batalkan aja dulu, habis itu pesan aja. Masih banyak kok bangku
kosong” kata saya
Sebenarnya malas
kalau harus satu seat sama dia, yah karena orangnya kurang enak. Yaman permisi
duluan karena akan belanja untuk kebutuhan jualannya.
“aku duluan ya
kak” kata Yaman
“ya Yam, makasih
ya” kata saya
“ya, sama-sama
kak. Kalau sempat nanti aku ke Akap”
“ya datanglah”
kata Opiee
Kemudian kami
bersiap untuk pulang.
“jadi kemana
kita habis ini?” kata Rio
“tempat Meetha
aja dulu. Makan indomie kita” ajak saya
“ya, cocok itu
tempat kak Meetha kita dulu” kata Opiee
“ya udah, ke
warung Meetha aja dulu” kata bang Jeff
“Opiee, kita ke
RCT dulu nanti ya, mau pelunasan tiket. Baru ke warung kak Meetha”
“itu pun jadi”
kata Opiee
Lalu saya masih
tetap dibonceng Evan, sambil cerita-cerita juga sama Evan. Tapi sayang Evan
tidak bisa ikut ke warung kak Meetha. Karena jam 12 mau mengantar adiknya pergi
bekerja. Jalan Panam kami pisah dengan Evan, sedangkan saya bersama Opiee.
Emang dasar belum puas akhirnya kami hunting lagi.
Setelah puas
hunting, kami ke loket RCT dan saya membayar lunas tiket saya, baru kami ke
warung kak Meetha. Sampai disana ternyata rekan-rekan yang lain sudah sampai
duluan. Dan kami semua memesan Indomie kuah plus nasi.
Tidak lengkap
rasanya kalau ke warung kak Meetha tidak memesan indomie khasnya. Hehehe. Kali
ini pasukan banyak ke sini. Ketika zuhur sudah mulai pada ingin pulang dan mau
istirahat, terutama saya. Saya juga akan kembali ke rumah kak Meetha. Istirahat
sebentar karena setelah ashar akan diantar kak Meetha ke Terminal Akap.
“kakak gak mau
ini dulu?” kata Opiee
“mau la Opiee,
jarang ini di Medan. Apalagi Lorena kan udah gak masuk ke Medan” kata saya.
Tidak berapa
lama setelah hunting disitu saya pamit ke kak Meetha dan ibunya kak Meetha.
“ibuk, pamit ker
rumah sebentar ya” kata saya
“ya” kata ibu
kak Meetha
Sampai dirumah
kak Meetha ternyata tidak ada orang, adik kak Meetha belum pulang. Akhirnya
menghubungi kak Meetha lagi dan kak Meetha kembali ke rumah sebentar. Selepas
sholat zuhur sebenarnya ingin tidur, tapi tetap juga tidak bisa. Akhirnya
selepas sholat ashar saya bersiap-siap untuk mau pulang dan menunggu kak
Meetha. Karena kak Meetha berjanji mau antar saya ke terminal Akap. Sambil
menunggu kak Meetha pulang saya menonton tv bersama adik perempuan kak Meetha.
Dan tepat jam setengah 5 kak Meetha pulang.
“udah siap Yu?”
kata kak Meetha
“udah kak,
tinggal pakai jilbab aja” kata saya
“aku mandi dulu
ya”
“oke kak” tidak
berapa lama
Tidak berapa
lama setelah kak Meetha mandi dan bersiap-siap saya pun pamit ke adik kak
Meetha. Dan kami pun pergi.
“ntar ke warung
dulu ya Yu” kata kak Meetha
“oke kak, siap”
kata saya
Lalu setelah
dari warung kak Meetha saya pun kembali bergegas tancap gas.
“nanti mampir ke
toko depan sana ya Yu”
“oke kak, nanti
bilang aja” kata saya
Setelah dari
toko, kami pun bergegas lagi
“kak, gak diisi
minyak ini” kata saya
“oo, ntar aja
deh” kata kak Meetha
“oke kak”
Sampai di jalan
S.M. Amin/Arengka II kami berhenti sebentar di SPBU untuk isi minyak. Dan
setelah itu pergi lagi, saya pun tancap gas, karena jam 6 kurang saya sudah
harus di terminal Akap. Karena saya minta naik dari sana. Yah sampai di Akap
ternyata sudah ada bang Jeff dan yang lain menunggu, ditambah lagi anak-anak
bismania yang baru bergabung di Bismania Riau.
Saatnya saya
akan pulang, tapi sebelum itu saya dan yang lain foto bersama dulu.
Saatnya saya
pamit ke mereka karena bis saya akan ke loket kembali.
“kak ini ada
uang untuk kakak” kata Opiee
“uang untuk
apa?” kata saya
“uang makan
kakak di jalan”
“alah macem
betul aja, gak mau” kata saya
“ini kak” kata
Opiee
“enggak mau,
macam betul aja la kelen” kata saya
Lalu saya
berlari ke dalam bis dan kak Meetha mengejar dan memberikan kepada saya. Tapi
saya tolak.
“ini Yu” kata
kak Meetha
“gak mau Ayu
kak. Macem betul kali la”
“nah ini” kata
kak Meetha
“begh, buat
silap, ini nampaknya buat awak gak mau ke sini lagi” kata saya
“udah, pokoknya
ini. Kasih ke dia bamg” kata kak Meetha ke Supir RCT tersebut
“jangan terima
bang” kata saya
“ambil aja bang”
kata kak Meetha
Seperti adegan
berantem ya, hahahahahha. Akhirnya supir mengambil dan bilang
“udah, kita beli
minuman aja nanti” kata supir tersebut
“terserah abang
la, aman itu. Ini la kawan-kawan ini” kata saya
“kalau dikasih
bersyukur” kata sopir tersebut
“bukan gak
bersyukur bang, awak sama orang itu udah kayak keluarga la”
“justru itu. Eh
tadi siapa perempuan itu namanya”
“Meetha”kata
saya
“dia yang di
warung cucian lorena sama sampagul kan”
“ya bang”
“oo baru aku
ingat, si Mita”
“namanya Mita
bang. Tapi kami manggilnya Meetha” kata saya
Tidak berapa
lama sampai diloket dan saya pun turun dan segera ke Indomaret untuk membeli
minuman untuk saya dan para kru bis ini. Tidak berapa lama datang si Angga ke
loket. Dan dia duduk di seat 2 karena sudah saya batalkan tadi. Malas rasanya
selama dijalan bersama dia.
“bang, itu
minumannya” kata saya
“ah, bercandanya
tadi”
“gak apa-apa
bang. Kan udah janji tadi” kata saya
“lha buatku
mana? Kakak belikan orang itu” kata Angga
“tadi ada rezeki
dikit dan mereka minta dibelikan minuman” kata saya
Nah ini salah
satu yang gak saya suka dari Angga, terlalu sibuk dengan orang, mulutnya
terkadang tidak bisa dijaga. 18.30 bus pun berangkat. Baru jalan saja sudah
agak oleng bisnya, berarti yang bawa ini joss alias kencang. Tapi kita lihat
bagaimana nanti. Nama supir 1 bang Kurdad Ginting dan Supir 2 bang Gopal. Di
simpang Gelombang kena macet panjang karena truck-truck besar yang lewat. Jadi
hampir sejam di situ-situ saja.
“kau apain dulu
pipa angin ini nanti di rumah makan, gak enak kurasa” kata bang Kurdad
Dalam hati saya
berfikir apa yang saya fikirkan terjadi, ada sesuatu hal. Dan jam 9 kami
berhenti di rumah makan selama 15 menit, awalnya saya lapar dan ingin makan,
tapi tidak jadi karena tadi.
“makan kau dek”
kata si Kurdad yang sedang minum kopi
“ya bang” kata
saya
Sebenarnya
banyak kejadian selama perjalanan, tapi tidak saya paparkan, dari mulai
penumpang yang hamil muda muntah, pipa angin lepas, rem lengket dan bis gak
bisa jalan. Sampai di SPBU Kota Pinang baru diperbaiki. Sambil bus diperbaiki
saya pun hunting sejenak.
Setelah selesai
bus jalan lagi, jam setengah 7 sampai di RM. Gunung Sari 2 di Simpang Kawat.
Tapi saya tidak turun.
“yah, gak makan”
kata bang Gopal
“gak bang” kata
saya
“nah ini makan
peyek, garing” kata bang Gopal
“ya bang,
makasih” kata saya
Jam setengah 10
juga masuk di Medan. Nah ini akhir dari touring kali ini, sampai jumpa di
touring selanjutnya.